Jangan Dijajal, Tren TikTok Ini Berbahaya untuk Kesehatan Mata dan Mental

Dokter mengingatkan bahaya di balik tren memancing lendir mata.

TikTok
Mucus fishing syndrome ditandai dengan desakan untuk memancing keluar lendir mata.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memancing lendir mata kini sedang menjadi salah satu tren yang populer di media sosial TikTok dengan jumlah penonton mencapai lebih dari 7,6 juta. Di balik popularitas tersebut, tren memancing lendir mata ini memiliki bahaya tersendiri bagi kesehatan mata dan mental.

Dalam tren ini, pengguna TikTok mengunggah video di mana mereka menarik semacam lendir seperti benang yang tersembunyi di bagian kelopak mata bawah dan atas. Kemunculan lendir tersebut kemungkinan disebabkan oleh infeksi atau kosmetik yang digunakan.

Sebagian orang menggunakan cotton bud atau tisu untuk menarik lendir tersebut dari mata. Namun ada pula yang hanya menggunakan jari tangan untuk "memancing" lendir tersebut keluar dari mata.

Melalui sebuah video edukasi di TikTok, dr Anthony Youn memberikan peringatan agar orang-orang tidak berpartisipasi dalam tren tersebut. Menurut dr Youn, semakin lendir tersebut sering ditarik keluar dari mata, semakin banyak lendir yang akan kembali muncul di mata.

Baca Juga

"Lendirnya menjadi hitam karena noda maskara, jadi itu bukan rambut yang masuk ke mata," jelas dr Youn.

Hal senada juga diungkapkan oleh ahli estetika dari Vera Clinic, Waleed Taleb. Menurut Taleb, kondisi yang dikenal sebagai mucus fishing syndrome (MFS) tersebut bisa juga disebabkan oleh sindrom mata kering atau konjungtivitis.

"Saya sangat tidak merekomendasikan untuk mencoba ini mengingat semakin banyak lendir yang Anda tarik, semakin banyak yang muncul kembali," jelas Taleb, seperti dilansir The Sun, Kamis (10/2/2022).

Penarikan lendir juga bisa memicu terjadinya iritasi dan perasaan tidak nyaman. Hal terbaik yang perlu dilakukan adalah membiarkan lendir dan meminta saran medis untuk obat tetes mata yang bisa membantu.

Selain dapat mengiritasi mata, MFS juga bisa berkaitan dengan masalah kejiwaan. Menurut psikolog Jordan Vyas-Lee, MFS kemungkinan masuk ke dalam kategori gangguan kebiasaan atau gangguan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh.

"Perilaku kompulsif yang dapat diamati ini memiliki kesamaan karakteristik dengan obsessive-compulsive disorder (OCD)," ujar Lee.

Akan tetapi, gangguan kebiasaan umumnya diatur oleh bagian otak yang mengatur perilaku otomatis dan tidak disertai dengan kecemasan seperti pada OCD. Ketika suatu pola kebiasaan dilakukan, itu akan terbentuk jalur kebiasaan yang cepat di otak.

"Kebiasaan ini akan menjadi sulit untuk dicegah pada individu, meski ada konsekuensi negatif yang mungkin dihasilkan (dari kebiasaan tersebut)," ungkap Lee.



Kondisi ini bisa memberikan dampak yang besar bagi kesehatan mental. Orang yang mengalami MFS bisa mengalami masalah dalam kontrol diri. Kekhawatiran mengenai citra diri juga dapat memunculkan perasaan rendah diri.

"Dari segi fisik, MFS akan menyebabkan masalah kronis dengan mata merah permanen, infeksi mata yang terus berlangsung, dan peradangan terus-menerus," ujar Lee.

Masalah-masalah tersebut bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Salah satunya adalah neuritis optik, kondisi di mana terjadi kerusakan saraf optik karena pembengkakan kronis.

 
Berita Terpopuler