Malala Yousafzai Angkat Suara Soal Polemik Jilbab Siswa India

Malala dukung siswa India yang memperjuangkan hak mengenakan jilbab di kelas

AP/Manuel Balce Ceneta/AP Pool
Malala Yousafzai mendukung enam siswa India yang memperjuangkan hak mereka untuk mengenakan jilbab di kelas
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Aktivis hak perempuan dan pendidikan, Malala Yousafzai mendukung enam siswa India yang memperjuangkan hak mereka untuk mengenakan jilbab di kelas. Pada Selasa (8/2), Malala meminta para pemimpin India untuk segera bertindak menghentikan marginalisasi perempuan Muslim.

"Menolak anak perempuan pergi ke sekolah dengan hijab mereka sangat mengerikan. Objektifikasi wanita tetap ada," ujar Malala, dilansir BBC, Rabu (9/2).

Sejumlah remaja melakukan aksi protes di negara bagian Karnataka selama beberapa pekan terakhir. Mereka menolak larangan untuk menggunakan jilbab di kampus. Perselisihan telah menyebar dan mengobarkan ketegangan antaragama di negara bagian itu. Akibatnya, sekolah diliburkan selama tiga hari.

Perselisihan itu juga menjadi berita utama nasional di India, dan kini telah mencapai pengadilan tinggi negara bagian. Sebuah petisi ke pengadilan yang diajukan oleh salah satu siswa berpendapat bahwa, mengenakan jilbab adalah hak dasar untuk beragama yang dijamin oleh konstitusi.

Para gadis remaja memulai aksi protes setelah manajemen kampus melarang mereka mengenakan jilbab di kelas. Masalah ini telah menyebar ke perguruan tinggi lain di negara bagian Karnataka.

Sebuah video menunjukkan gerbang perguruan tinggi telah ditutup bagi sekelompok wanita muda berhijab. Insiden ini menyulut kemarahan. Kelompok nasionalis Hindu mendukung larangan jilbab tersebut. Pada Selasa, bentrokan antara kedua belah pihak diyakini telah menyebabkan sejumlah orang terluka.

Kepala Menteri negara bagian Karnataka, Basavaraj Bommai, menutup sekolah selama tiga hari. Dia menyerukan semua siswa, guru dan manajemen kampus dan perguruan tinggi serta masyarakat Karnataka untuk menjaga perdamaian dan harmoni.

Bagi banyak perempuan Muslim, hijab merupakan bagian dari keimanan mereka. Hijab sudah menjadi masalah selama berpuluh-puluh tahun di Barat terutama di Prancis yang pada tahun 2004 lalu melarang hijab di sekolah negeri.

Namun di India yang 14 persen dari 1,4 miliar populasinya Muslim, tidak pernah melarang atau membatasi pemakaian hijab di ruang publik. Banyak perempuan Muslim di India yang memakai hijab di jalan.


Baca Juga

Karena perdebatan ini melibatkan bias pada kain yang digunakan menutup rambut dan menjaga kesopanan, sejumlah aktivis hak sipil khawatir dekrit anti-hijab menambah Islamophobia. Kekerasan dan kebencian terhadap Muslim di India meningkat pesat selama pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dari partai nasionalis Hindu berkuasa. Partai itu juga berkuasa di Negara Bagian Karnataka.

"Memilih hijab untuk dikritik itu tidak adil dan diskriminatif, mereka yang menentangnya memiliki catatan mencela sekularisme dan dengan terbuka mendukung mayoritarianisme,” kata pendiri kelompok wanita Muslim, Bharatiya Muslim Mahila Andolan, Zakia Soman.

Pihak lain menekankan Modi dan partai nasionalis Hindu-nya perlahan-lahan akan semakin mengisolasi dan memarjinalisasi muslim. Kegelisahan yang sudah lama dirasakan komunitas Muslim India, negara multikultural yang menjamin kebebasan beragama di konstitusinya.

"Apa yang kami lihat adalah upaya menutup keberadaan perempuan Muslim dan mendorong mereka dari ruang publik," kata aktivis di New Delhi, Afreen Fatima.

Fatima mengatakan larangan ini merupakan puncak dari iklim kebencian terhadap Muslim. "Yang kini termanifestasikan dalam bentuk fisik," katanya.

Kebijakan anti-hijab memicu kecaman dari masyarakat di daring. Tagar #HijabIsOurRight menyebar di media sosial tapi juga dapat perlawanan balik.

 
Berita Terpopuler