224 Spesies Baru Ditemukan di Mekong, Kera Hantu Hingga Ular Siput

Wilayah Mekong adalah hotspot keanekaragaman hayati.

ap
Kera hantu, salah satu spesies baru yang ditemukan di Mekong.
Rep: Fergi Nadira Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK - Seekor kera dengan lingkaran putih di sekitar matanya termasuk di antara 224 spesies baru yang terdaftar dalam pembaruan World Wildlife Fund’s (WWF) di wilayah Mekong. Kera ini merupakan spesies baru Lutung Popa yang ditemukan di gunung berapi Gunung Popa yang telah punah di Myanmar. Ini adalah satu-satunya mamalia baru di antara penemuan.

Lutung Popa ditemukan berdasarkan pencocokan genetik tulang yang baru-baru ini dikumpulkan dengan spesimen dari Museum Sejarah Alam Inggris. Tulang-tulang itu telah dikumpulkan lebih dari satu abad yang lalu.

Baca Juga

Dua karakteristik pembeda utama adalah cincin putih lebar di sekitar matanya dan kumisnya yang mengarah ke depan. WWF, bekerja sama dengan Fauna and Flora International (FFI), menangkap foto kera menggunakan jebakan kamera pada 2018. FFI melaporkan penemuan itu akhir tahun lalu.

"Kera itu adalah kandidat untuk terdaftar sebagai spesies yang terancam punah dalam Daftar Merah IUCN, karena hanya 200-250 yang diperkirakan bertahan hidup di alam liar, di beberapa tempat," kata laporan WWF seperti dilansir laman Guardian, Rabu (26/1).

 
Laporan WWF ini menyoroti perlunya melindungi keanekaragaman hayati dan habitat yang kaya di salah satu wilayah sungai terpanjang di dunia tersebut. Wilayah hutan Mekong meliputi juga Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand, dan Myanmar.

Wilayah Mekong adalah hotspot keanekaragaman hayati dan rumah bagi harimau, gajah Asia, saola atau hewan yang sangat langka yang juga disebut unicorn Asia atau spindelhorn, dan ribuan spesies lainnya. "Termasuk daftar terbaru ini, para ilmuwan telah mengidentifikasi lebih dari 3.000 spesies baru di kawasan itu sejak 1997," kata WWF.

  

Spesies yang terdaftar ditemukan pada tahun 2020 tetapi laporan tahun lalu tertunda hingga dirilis Rabu (26/1/2022). Dalam temuan terbaru, terdapat juga puluhan reptil, katak, hingga kadal air yang baru diidentifikasi. Ikan dan 155 spesies tanaman, termasuk satu-satunya bambu sukulen ditemukan di Laos.

Laporan WWF mencatat para ilmuwan menggunakan pengukuran dan sampel dari koleksi museum untuk membandingkan dan mengidentifikasi perbedaan utama dengan fitur hewan dan tumbuhan yang baru ditemukan. Seorang kurator di Institut Zoologi Universitas Cologne, Thomas Ziegler mengatakan, bahwa mempelajari perbedaan seperti itu dapat membantu menentukan kisaran spesies dan ancaman terhadap kelangsungan hidup mereka.

Namun, mengidentifikasi spesies baru itu rumit, dan terkadang hanya dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai metode. Metode tersebut seperti panggilan katak dan data genetik yang digunakan untuk membedakan katak kecil daun kapulaga, yang ditemukan tinggi di pegunungan Kapulaga di suaka margasatwa.

Beberapa spesies ditemukan di lebih dari satu negara, termasuk ular siput kembar berwarna oranye terang, yang memakan siput. Sementara itu jenis baru begonia dengan bunga kemerahan dan buah seperti berry juga ditemukan di dataran tinggi Myanmar. Di sana, pertambangan dan penebangan liar telah menjadi ancaman yang semakin mengerikan di negara itu.

Terlepas dari perambahan manusia di hutan tropis dan zona liar lainnya, sebagian besar Mekong Besar masih sedikit dieksplorasi dan setiap tahun puluhan spesies baru ditemukan. Ini adalah secercah harapan karena begitu banyak spesies punah.

Tidak semua spesies baru ditemukan jauh di dalam hutan. Salah satu spesies tanaman baru adalah tanaman jahe yang disebut "kutu busuk" karena baunya yang menyengat mirip dengan kumbang besar yang digunakan orang Thailand untuk membuat sejenis saus sambal yang disajikan dengan nasi.

 
Berita Terpopuler