Kenali Pneumonia dan Cara Pencegahannya

Pneumonia merenggut nyawa sekitar 2,5 juta orang di dunia pada tahun 2019.

Balita terserang pneumonia atau radang paru-paru
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pneumonia menjadi sebagai salah satu penyakit infeksi penyebab kematian terbesar pada orang dewasa dan anak-anak. Data menunjukkan, penyakit ini merenggut nyawa sekitar 2,5 juta orang di dunia pada tahun 2019. Sebanyak 672.000 di antaranya anak-anak.

Baca Juga

Pneumonia dapat disebabkan berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, dan jamur. Menurut penelitian, beberapa jenis kuman seperti Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, serta virus pernapasan seperti virus penyebab pilek, flu, dan COVID-19 banyak ditemukan pada orang dewasa atau lansia berusia 65 tahun ke atas berhubungan dengan pneumonia.

Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Rania Imaniar, Sp.P menjelaskan, penyakit pneumonia menyerang paru-paru dan bisa dialami siapa saja mulai dari anak-anak hingga dewasa. Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini.

Di antaranya adalah  mereka dengan riwayat penyakit sebelumnya seperti penyakit kronik contohnya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, gagal jantung. Kemudian, orang dengan kondisi yang meningkatkan risiko aspirasi mukus dari mulut dan hidung, mereka dengan penyakit yang dapat melemahkan sistem imun tubuh dan pasien yang telah mengalami splenektomi atau pengangkatan limpa.

"Tidak hanya hal tersebut, kebersihan mulut dan gigi yang buruk, kontak erat dengan binatang tertentu seperti burung merpati (juga menjadi faktor risiko pneumonia)," kata Rania melalui siaran pers RSUI.

Faktor risiko lainnya yaitu menggunakan produk tembakau terutama produk yang dihisap, berpergian ke daerah tertentu dan usia lebih dari 65 tahun. Tanda dan gejala pneumonia dapat berpengaruh ke organ lainnya di seluruh tubuh ataupun hanya dirasakan di satu organ saja.

Tindakan pencegahan

Pneumonia bisa dicegah. Rania mengatakan, upaya yang bisa dilakukan antara lain dengan menghindari faktor resiko. Selain itu juga melakukan pemeriksaan gigi teratur, menjaga kebersihan dan mencuci tangan dengan sabun dan air.

Perbaikan gaya hidup seperti tidak merokok, mendapatkan asupan nutrisi yang optimal juga menjadi upaya pencegahan yang tak bisa diabaikan. Rania juga merekomendasikan orang-orang berusia di atas 65 tahun dan usia 19-65 tahun yang menerima terapi kanker, penyakit paru kronik, atau kondisi lain yang dapat melemahkan sistem imun, untuk mendapatkan vaksin pneumonia.

Terkait vaksinasi, dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. dr. Alvina Widhani, Sp.PD-KAI menuturkan, vaksinasi bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh dengan membentuk antibodi sehingga tubuh memiliki kesiapan untuk menangkal bakteri atau virus yang akan masuk ke dalam tubuh. Menurut Alvina, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi pneumonia yakni indikasi vaksin untuk usia lebih dari 50 tahun dan adanya riwayat alergi dan gejala akut yang juga harus diperhatikan.

Hal ini mengingat faktor kekebalan tubuh sangat berpengaruh terhadap seseorang dapat terjangkit penyakit pneumonia atau tidak. Penyakit pneumonia dapat bersifat invasif dan non-invasif, kekebalan tubuh dapat merubah dari non-invasif menjadi invasif.

Vaksinasi pneumonia ini menjadi hal yang penting untuk dilakukan kepada lansia, dimana kekebalan tubuh yang mereka miliki akan semakin rendah.Vaksin pneumonia merupakan salah satu langkah pencegahan yang sangat dianjurkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).Menurut CDC, vaksin ini dapat diberikan kepada bayi, anak-anak, orang dewasa, dan lansia.

 

Pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas, vaksin pneumonia memiliki tingkat efektivitas 50-85 persen dalam hal melindungi individu dari penyakit pneumonia. Di masa pandemi COVID-19 saat ini, vaksin pneumonia juga dapat diberikan bersamaan dengan dosis ketiga atau booster vaksin COVID-19.

 
Berita Terpopuler