Diduga Rekrut Anggota ISIS, Imam di Swedia Dideportasi

Swedia telah mendeportasi Ahmed (52) karena dugaan rekrut anggota ISIS.

VOA
Gerakan ISIS (ilustrasi)
Rep: Mabruroh Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  STOCKHOLM — Pemerintah Swedia telah mendeportasi Ahmed (52) setelah satu tahun di tahan karena dicurigai merekrut anggota ISIS. Ahmed dianggap sebagai tokoh kunci dalam radikalisasi dan perekrutan pejuang ISIS di seluruh Swedia, tempat ia bekerja di sejumlah masjid.

Baca Juga

Otoritas keamanan Swedia mendeportasinya pekan lalu, setelah seorang hakim memutuskan bahwa Ahmed merupakan ancaman bagi keamanan nasional Swedia. Ahmed berasal dari Irak maka dikembalikan ke negara asalnya.
 
Dilansir dari The National News, Jumat (21/1), Ahmed diduga berhubungan dengan 14 orang lainnya melakukan perjalanan untuk memperjuangkan ISIS.
 
Dalam penggerebekan pada 2015 di rumahnya, gambar pejuang ISIS dan Osama bin Laden diduga ditemukan bersama dengan gambar pilot Yordania yang dibakar hidup-hidup oleh ISIS. Investigasi awal terhadapnya dibatalkan dan imam membantah tuduhan itu.
 
"Saya dapat mengonfirmasi bahwa dia telah dideportasi," kata pengacaranya, Alparslan Tügel, kepada surat kabar Aftonbladet.
 
 

Dia adalah salah satu dari beberapa imam yang ditahan oleh pemerintah Swedia sebelum dideportasi. Meskipun tuntutan pidana tidak dilanjutkan, penyelidik menuduh bahwa dia memiliki kontak dengan sebagian besar orang di rebro yang telah bergabung dengan ISIS.
 
Peneliti teroris Magnus Ranstorp mengatakan kepada surat kabar Swedia Doku, bahwa Ahmed adalah perekrut kunci.
 
“Dia penting dalam perekrutan di rebro tetapi dia juga bekerja di kota-kota lain seperti Gothenburg, Stockholm dan Eskilstuna,” katanya.
 
“Dia adalah seorang radikalis dan perekrut keliling. Penting untuk menghilangkan ancaman keamanan penting ke Swedia — ini akan mempengaruhi situasi keamanan di masa depan,” tambah Ranstorp
 
Menurut istrinya, Irak menolak untuk menerima Ahmed, sehingga suaminya ditempatkan dalam penerbangan ke Turki dan diberi sejumlah kecil pesangon, sebuah ponsel dan tiket pesawat ke Irak.
 
Lima ulama Muslim terkemuka, termasuk seorang rektor sekolah, ditahan menyusul serangkaian penggerebekan terkait dugaan ekstremisme di Swedia pada 2019.
 
Dinas keamanan Swedia Sapo menangkap tiga imam, kepala salah satu sekolah Islam terkemuka yang didanai negara dan salah satu putra imam. Dari mereka yang ditangkap, mantan kepala sekolah School of Science Abdel Nasser El Nadi telah secara sukarela meninggalkan Swedia untuk menghindari deportasi.
 
Pihak berwenang Swedia telah menghadapi kritik domestik dan internasional karena gagal menangkap dan mengadili pejuang ISIS yang kembali, dan saran bahwa negara itu dapat dipandang sebagai tempat perlindungan bagi teroris.

 Tindakan keras itu dilakukan ketika pemerintah Swedia berupaya memberlakukan undang-undang yang lebih keras untuk menargetkan para ekstremis. Banyak dari mereka yang ditangkap sebelumnya telah ditolak kewarganegaraan Swedianya selama dekade terakhir.
 
Angka terbaru dari Sapo mengungkapkan, setidaknya 300 warganya melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak antara 2012 dan 2017 untuk bergabung dengan kelompok ekstremis. Diyakini setengahnya telah kembali, 100 masih berjuang dan 50 tewas.
 

 
Berita Terpopuler