Ilmuwan Australia Temukan Biomarker Inflamasi Long Covid

Penanda inflamasi yang signifikan-berkelanjutan tampak pada pengidap long Covid.

www.freepik.com.
Pengidap long Covid (ilustrasi). Pengidap long Covid memiliki biomarker infeksi yang tak lagi dimiliki pasien yang telah pulih sepenuhnya dari penyakit tersebut.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Tim peneliti dari University of New South Wales (UNSW) dan St Vincent's Sydney Hospital, Australia, telah menemukan penanda biologis (bio marker) yang jelas pada pasien yang mengalami long Covid. Kantor berita Xinhua melaporkan, studi tersebut yang diterbitkan dalam jurnal Nature Immunology pada Jumat (14/1/2022).

Para peneliti menggunakan data yang dikumpulkan dari pasien yang tidak divaksinasi di St Vincent Hospital. Mereka terinfeksi varian alpha selama gelombang pertama pandemi Covid-19 di Australia pada awal 2020.

Baca Juga

Rekan peneliti senior di The Kirby Institute UNSW, Chansavath Phetsouphanh, yang juga sebagai salah satu penulis utama makalah tersebut mengatakan, penelitiannya menjelaskan dampak jangka panjang Covid-19 di sistem kekebalan tubuh melalui analisis di lingkungan laboratorium.

"Kami menemukan bahwa ada peradangan (inflamasi) yang signifikan dan berkelanjutan yang menunjukkan aktivasi berkepanjangan dari respons sistem kekebalan yang terdeteksi setidaknya selama delapan bulan setelah infeksi awal," katanya, seperti dikutip dari laman Times Now News, Senin (17/1/2022).

Dari 62 pasien yang terlibat di penelitian ini, sebanyak 30 persen di antaranya menunjukkan beberapa gejala long Covid-19. Mereka menemukan bahwa pasien yang datang dengan long Covid memiliki biomarker infeksi yang tak lagi dimiliki pasien yang telah pulih sepenuhnya dari penyakit tersebut.

"Ini adalah karakteristik biologis yang dapat membantu kita mendefinisikan kondisi medis dengan cara yang akurat dan dapat direproduksi," ujar Phetsouphanh.

Menariknya, penelitian teraebut menemukan bahwa tingkat keparahan pengalaman seseorang dengan Covid-19 tidak menunjukkan hubungan dengan berkembangnya gejala jangka panjang yang terlihat pada long Covid. Mendukung temuan ini, salah satu peserta dalam penelitian, Doris Gal, memberikan laporan langsung tentang pengalamannya selama terinfeksi Covid-19.

"Infeksi awal saya cukup ringan, tetapi gejala long Covid signifikan. Saya sudah kehilangan kemampuan untuk memahami seperti yang saya lakukan sebelum terinfeksi Covid-19," kata Gal.

Membuktikan dasar biologis long Covid tidak hanya akan membuka cara untuk mengobati dan memantau kondisi, tetapi juga untuk pasien seperti Gal. Ini mengonfirmasi dasar biologis dampak penyakit yang berkelanjutan.

Para peneliti mengatakan bahwa studi baru perlu dilakukan untuk melihat apakah dampak long Covid lebih ringan atau lebih jarang pada mereka yang telah divaksinasi atau dengan varian yang berbeda seperti varian omicron yang sekarang dominan.

"Kami akan melanjutkan analisis kami dalam menanggapi gelombang omicron. Sementara itu, dengan begitu banyak hal yang tidak diketahui terkait Covid-19 dan long Covid, kami harus melakukan segala yang kami bisa untuk mengurangi penularan," kata Direktur Institut Kirby Anthony Kelleher.

 
Berita Terpopuler