Produsen Terbesar CPO, Tapi Harga Minyak Goreng Terus Melambung Tinggi

Sebagian besar produsen minyak goreng tidak terintegrasi dengan perusahaan CPO.

Antara/M Ibnu Chazar
Sejumlah warga antre membeli minyak goreng kemasan saat operasi pasar murah minyak goreng di halaman Dinas Perindustriaan dan Perdagangan, Karawang, Jawa Barat, Kamis (13/1/2022). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah menyediakan 1,2 miliar liter minyak goreng untuk masyarakat dengan harga Rp14 ribu per liter di tingkat konsumen yang berlaku di seluruh Indonesia selama enam bulan ke depan.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Eva Rianti, M Fauzi Ridwan, Deddy Darmawan Nasution

Baca Juga

Ratusan warga berbondong-bondong mendatangi Kantor Kecamatan Pamulang di Jalan Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten pada Selasa (11/1/2022) pagi. Warga yang notabene para ibu rumah tangga tersebut antusias untuk membeli minyak goreng dengan harga yang jauh lebih murah daripada di pasaran. 

Antrean tampak mengular sepanjang sekitar 20 meter dengan tiga barisan memanjang sejak sekira pukul 09.00 WIB. Satu baris di antaranya dikhususkan untuk ibu dengan membawa anak serta kalangan lanjut usia (lansia). Mereka tampak kurang menjaga jarak, namun notabene taat mengenakan masker. 

Demi mendapat minyak goreng murah, warga mengaku rela harus antri cukup panjang. Setidaknya butuh waktu sekira 30 menit hingga 1 jam untuk antri hingga mendapatkan minyak goreng yang dipatok seharga Rp28 ribu untuk 2 liter dalam operasi pasar tersebut. 

Nyai (45 tahun), salah satu warga yang datang ke operasi pasar mengatakan, dirinya antusias untuk datang ke lokasi penjualan minyak goreng murah. Hal itu mengingat saat ini harga minyak goreng di pasaran dinilai sangat tinggi. 

"Di sini (operasi pasar minyak goreng) harganya Rp 28 ribu untuk 2 liter, kalau di pasaran bisa sampai Rp 40 ribu. Ini cukup membantu karena memang terbebani dengan harga di pasaran," kata Nyai saat ditemui di pekarangan Kantor Kecamatan Ciputat, Selasa (11/1/2022). 

Nyai berharap, operasi pasar semacam itu bisa kembali dilakukan, di tengah tingginya harga bahan pokok. Hal itu, kata dia dinilai dapat meringankan beban pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terlebih jika bahan pangan murah yang dihadirkan dalam operasi pasar beragam, tidak hanya minyak goreng. 

"Harapannya diadakan juga selain minyak goreng supaya bisa bantu memenuhi kebutuhan. Misalnya, yang harganya lagi pada tinggi-tinggi kayak telor, beras, dan sayuran juga," ungkapnya. 

Sari (51), warga lainnya juga mengaku terbantu dengan adanya operasi pasar minyak goreng murah. Meski dia berharap operasi semacam itu juga menyediakan bahan pokok lainnya, namun dia lebih berharap jika harga di pasaran bisa kembali normal. 

"Boleh juga diadain lagi kayak gini, saya baru kali ini ke operasi pasar. Tapi harapannya lebih ke diturunkan saja harga di pasaran," ujarnya. 

Operasi pasar tersebut berlangsung hampir tiga jam. Satu per satu warga meninggalkan lokasi operasi pasar hingga akhirnya sepi pada sekira pukul 11.30 WIB. 

Operasi pasar tersebut diketahui diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Tangsel melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) sebagai respons atas tingginya harga minyak goreng. Faktor tingginya harga salah satu bahan pokok tersebut lantaran kelangkaan stok. 

"Saya cek ke pasar, kelangkaan yang banyak terjadi adalah minyak goreng. Harga sekarang kan Rp 20 ribu per liter, hari ini kita adakan operasi pasar minyak goreng dengan harga Rp 14 ribu per liter. Alhamdulillah masyarakat antusias sekali," tutur Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan saat mengunjungi operasi pasar. 

Pilar mengatakan, operasi pasar tersebut diperbolehkan bagi seluruh warga Tangsel. Setiap orang mendapatkan jatah hanya 2 liter dengan jumlah kapasitas yang disediakan sebanyak 4.000 liter minyak goreng merek 'Masku'. 

Antrean warga membeli minyak goreng murah juga terjadi di daerah lainnya seperti di Kota Bandung. Pada Kamis (13/1/2022) terlihat mengantre di tenda penjualan minyak goreng murah seharga Rp 14 ribu per liter di Taman Dewi Sartika.

Salah seorang warga Dewi asal Jalan Cagak Kota Bandung sengaja datang ke Taman Dewi Sartika untuk membeli minyak goreng murah dengan harga Rp 14 ribu. Ia membeli 2 liter minyak goreng.

"Lumayan ada operasi minyak goreng murah. Harga (minyak) lagi mahal sekarang," ujarnya usai membeli dua liter minyak goreng, Kamis (13/1/2022).

Salah seorang warga lain, Citra asal Cibeunying Kidul berharap harga minyak goreng cepat turun dan tidak hanya sebatas wacana. Ia mengaku merasa terbantu dengan adanya kegiatan operasi pasar murah ini.

"Mudah-mudahan cepat turun jangan wacana. Di pasar, minyak tinggi Rp 23 ribu seliter, di sini 14 ribu. Saya yang jualan seenggaknya ada keuntungan nggak mencekik," katanya.

Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Jabar dan Kota Bandung menggelar operasi pasar minyak goreng di tengah harga minyak goreng yang masih tinggi.

 

 

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi kepada Republika, Kamis (14/1/2022), mengatakan, pihaknya menduga adanya praktik kartel dalam tata niaga minyak goreng di Indonesia. Pasalnya, meski telah melalui momen Natal dan Tahun Baru 2022, harga minyak goreng tetap tinggi di luar batas kewajaran.

"Saya khawatir kalau diguyur dengan subsidi agar harga minyak goreng turun, itu tidak akan menyelesaikan masalah," katanya.

YLKI pun meminta pemerintah untuk membongkar adanya dugaan tersebut terhadap pelaku bisnis minyak sawit dan industri minyak goreng di Indonesia.

Tulus mengatakan, Kementerian Perdagangan, Polri, dan KPPU dapat menggunakan Undang-Undang Anti Monopoli dan Undang-Undang Perdagangan untuk membongkar praktik tersebut.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pun turun tangan menyelidiki penyebab kenaikan harga minyak goreng. Namun sejauh ini, KPPU belum dapat menyimpulkan penyebab utama tingginya harga minyak goreng yang sudah terjadi sejak tahun lalu.

"Saat ini masih diteliti, semoga pekan depan dapat kami sampaikan," kata Deswin kepada Republika, Jumat (14/1). 

Ia pun menegaskan, KPPU belum menyimpulkan adanya dugaan kartel minyak goreng yang membuat harga melonjak tinggi. KPPU, kata Deswin, juga belum menyimpulkan apakah akan menyelidiki isu dugaan kartel atau tidak.

"Kami belum ada kesimpulan atas isu tersebut. Belum dapat disimpulkan," kata Deswin menambahkan.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan tidak terdapat indikasi adanya praktik kartel minyak goreng oleh industri. Kenaikan harga yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh adanya kenaikan harga minyak sawit (CPO) yang merupkan bahan baku utama minyak goreng.

"Kami tidak melihat sejauh itu (kartel) dari pengamatan kami," kata Direktur Bahan Pokok dan Penting, Kemendag, Isy Karim kepada Republika, Jumat (14/1/2022).

Meskipun Indonesia merupakan produsen terbesar CPO di dunia, Isy Karim menjelaskan, sebagian besar produsen minyak goreng dalam negeri tidak terintegrasi dengan perusahaan produsen CPO. Lantaran entitas bisnis yang berbeda, para produsen minyak goreng harus membeli CPO sesuai harga pasar lelang dalam negeri di KPBN Dumai.

Sementara, harga lelang di KPBN Dumai juga berkorelasi dengan harga pasar internasional. "Dengan begitu harga produk minyak goreng yang dihasilkan akan sangat tergantung dari referensi harga di Lelang KBPN Dumai," kata Isy Karim.

Dengan kata lain, jika terjadi kenaikan harga CPO internasional, maka harga CPO dalam negeri akan ikut menyesuaikan dengan harga global dan harga minyak goreng dalam negeri ikut meningkat.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan, harga acuan minyak goreng yang diatur sebesar Rp 11 ribu per liter, berpatokan pada harga CPO sebesar 680 dolar AS per metrik ton. Harga itu ditetapkan pada tahun 2020 lalu yang dituangkan dalam Permendag Nomor 7 Tahun 2020.

Namun, memasuki awal 2022, harga CPO telah mencapai kisaran 1.380 dolar AS per metrik ton atau naik lebih dari dua kali lipat dari dua tahun yang lalu. Dengan tingkat harga CPO tersebut, maka harga minyak goreng khususnya untuk kemasan sederhana berada pada kisaran Rp 18.700 per liter.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah, mengatakan, langkah pemerintah untuk menyiapkan 1,2 miliar liter minyak goreng untuk enam bulan masih kurang untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah perlu menambah alokasi agar minyak goreng dengan harga terjangkau dapat diterima masyarakat secara mudah.

"Operasi pasar bisa menurunkan harga, tapi apakah itu cukup? Perhitungan kami itu tidak cukup," kata Rusli saat dihubungi Republika, Kamis (13/1/2022).

Rusli menjabarkan, saat ini rata-rata konsumsi minyak goreng mencapai 0,94 liter per kapita per bulan. Dengan asumsi jumlah penduduk 238,9 juta penduduk usia 5-70 tahun yang memungkinkan mengonsumsi makanan goreng, maka dibutuhkan sedikitnya 1,35 miliar liter selama enam bulan.

Adapun untuk menutup selisih harga minyak goreng yang ditanggung pemerintah untuk membayar minyak goreng agar dijual Rp 14 ribu per liter setara Rp 4,04 triliun. Sementara, dana yang disiapkan pemerintah sekitar Rp 3 triliun atau cukup untuk 1,2 miliar liter.

"Artinya kurang 150 juta liter untuk enam bulan," kata Rusli.

Soal langkah lain yang lebih mendasar untuk dapat menurunkan harga minyak goreng, Rusli mengatakan, subsidi harus diberikan langsung kepada pabrikan langsung. Dengan kata lain bukan kepada distributor. 

 

Para pabrikan yang telah memiliki fasilitas pengemasan tentu akan dengan mudah menjalankan program subsidi. Namun, untuk pabrikan yang masih murni memproduksi minyak curah, diharapkan terdorong untuk melengkapi fasilitas pengemasan minyak goreng.

"Jadi saya kira itu langkah yang ideal," ujarnya.

 

Program-program subsidi pemerintah dalam rangka pandemi Covid-19 - (Tim Infografis Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler