Gejala Covid-19 yang Bisa Terdengar di Kuping

Satu dari enam orang yang kena Covid-19 dilaporkan mengalami gejala di kupingnya.

EPA
Miniatur perempuan berdiri di patung telinga ukuran besar di Budapest, Hungaria. Telinga terasa bising atau berdenging merupakan pertanda tinnitus. Hal itu juga dialami oleh satu dari enam penderita Covid-19.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, gejala umum dari Covid-19 yang paling umum adalah sakit tenggorokan, pilek, dan batuk. Namun, ada suatu gejala yang mungkin tidak diduga sebagai tanda dari penyakit wabah ini.

Dilansir The Sun, salah satu gejala Covid-19 yang tersembunyi dan mengejutkan adalah munculnya suara mendengung. Suara ini bahkan hanya bisa didengar oleh penderitanya.

Kondisi dari gejala tersebut dikenal sebagai tinnitus. Suara dengungan bernada rendah ini disebut bisa memengaruhi sekitar satu dari enam orang yang terinfeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2).

Suara yang didengar oleh penderita juga bisa termasuk mendesing dan tidak berasal dari sumber luar atau hanya mereka yang menyadarinya. Katie Ogden, seorang Manajer Pelatihan untuk ReSound North-West Europe, mengatakan, kondisi ini bisa sangat membuat frustrasi.

"Ini sering dikaitkan dengan insomnia dan dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, stres, dan depresi," ujar Ogden.

Menurut Ogden, tinnitus mungkin dapat terjadi karena stres. Karena itu, mengelola stres bisa menjadi lundi dalam meghentikan kondisi ini.

Baca Juga

Para peneliti di University of Manchester, Iggris mengatakan bahwa antara tujuh hingga 15 persen orang dewasa yang dididagnosis dengan Covid-19 melaporkan masalah pendengaran dan keseimbangan. Tinnitus adalah yang paling umum, diikuti oleh kesulitan mendengar dan vertigo.

Beda gejala infeksi varian omicron dan delta. - (Republika)

Kevin Munro, profesor di bidang audiologi di University of Manchester mengatakan, kemungkinan virus menyerang dan merusak sistem pendengaran. Ia juga menuturkan bahwa di sisi lain, tekanan mental dan emosional dari pandemi mungkin menjadi pemicunya.

"Tetapi kita perlu berhati-hati ketika menafsirkan temuan ini karena tidak selalu jelas apakah penelitian melaporkan gejala yang ada atau baru," jelas Munro.

 
Berita Terpopuler