Moderna Bilang Butuh Booster Kedua, Pakar Sebut tidak Perlu

Moderna sebut butuh 'booster' kedua untuk lawan varian baru Covid-19.

AP/Alessandra Tarantino
Moderna sebut butuh 'booster' kedua untuk lawan varian baru Covid-19.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga

Oleh: Puti Almas

Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS), Moderna mengatakan bahwa orang-orang di seluruh dunia mungkin membutuhkan dosis keempat atau booster kedua dari vaksinasi. Hal itu untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). 

“Saya masih yakin bahwa semua orang akan membutuhkan booster pada akhir 2022 dan seterusnya,” ujar CEO Moderna, Stephane Bancel, dilansir Fox News, Selasa (11/1/2022). 

Pernyataan dari Moderna datang beberapa saat setelah data dari Israel dirilis mengenai booster Covid-19 kedua atau dosis keempat vaksin yang menghasilkan peningkatan lima kali lipat dalam antibodi. Bahkan, peningkatan terjadi hanya satu pekan setelah pemberian dosis tambahan lebih lanjut ini. 

Bancel mengatakan, Moderna telah mulai mengerjakan vaksin yang disesuaikan dengan Omicron, varian terbaru yang beredar saat ini. Tetapi dengan booster pertama yang hanya diberikan kepada sebagian besar orang dewasa yang memenuhi syarat, data menunjukkan sedikit tentang kemanjuran aktual atau hilangnya kemanjuran suntikan.

Penelitian di Israel hanya mencatat peningkatan antibodi dan tidak mengatakan apapun tentang kemanjuran. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan mencatat bahwa hasil awal studi menunjukkan kemungkinan yang sangat tinggi bahwa booster kedua akan memberikan peningkatan perlindungan yang diperlukan dari Omicron.

Israel telah mengambil data sebagai indikasi bahwa booster kedua akan terbukti diperlukan. Akan tetapi, beberapa peneliti menganggap bahwa dosis berulang dari vaksin yang sama justru dapat mengurangi respons kekebalan tubuh.

Meski bos Moderna dan Israel menyebut booster kedua diperlukan, tidak semua pakar setuju akan hal itu. Pakar lain justru mempertanyakan kebijaksanaan dalam pemberian vaksin Covid-19 ketika beberapa orang belum menerima satu dosis atau tidak sama sekali.

Hagai Levine, seorang ahli epidemiologi di Universitas Ibrani dan ketua Asosiasi Dokter Kesehatan Masyarakat Israel, memperingatkan bahwa peningkatan antibodi begitu cepat setelah pemberian booster pertama mungkin terbukti tidak perlu. "Ini semacam jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang salah," ujar Levine.

Kepala divisi Asosiasi Penyakit Menular Universitas California/San Francisco, Monica Gandhi, bergabung dengan kelompok skeptis yang mengatakan bahwa vaksinasi berulang tidak akan menghasilkan jenis perlindungan yang tepat. Ia mengatakan bahwa itu melatih sistem kekebalan yang salah.

"Itu tidak melatih sistem kekebalan untuk mengenali varian," jelas Ghandi kepada ABC 7. 

 

Ghandi mengatakan bahwa hal ini melatih sistem kekebalan untuk mengenali strain lama yang dibuat dari vaksin. Konsep itu adalah apa yang disebut sebagai antigenic sin oleh ahli imunologi.

“Mari kita tingkatkan dengan vaksin yang lebih baik, bukan yang melawan jenis virus asli yang muncul," bantahnya.

Ghandi juga menyatakan keraguan atas dorongan untuk mendapatkan lebih banyak vaksin dari perusahaan farmasi daripada yang disampaikan oleh pejabat kesehatan. Ia mengatakan, sulit bagi perusahaan dalam mendikte kebijakan para ahli kesehatan, di mana mereka dianggap memiliki keuntungan tersendiri dalam mempromosikan hal itu.

Selama laporan hasil pendapatan kuartal ketiga, Moderna mengatakan penjualan pasar booster komersial bisa mencapai 2 miliar dolar AS di Amerika pada 2022.

 
Berita Terpopuler