Dua Kabar Baik tentang Omicron pada Penghujung Tahun

Pakar menyimpulkan Omicron berdasarkan data.

Pixabay
Dua kabar baik tentang varian Omicron hadir di penghujung tahun ini (Foto: ilustrasi)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga

Oleh: Umi Nur Fadhilah

Dua kabar baik tentang varian omicron hadir di penghujung tahun ini. Data menunjukkan bahwa varian ini mungkin tidak akan lama dan orang-orang yang divaksinasi lengkap tidak perlu khawatir, selama mereka memiliki sistem kekebalan tubuh sehat.

Karena Omicron sangat menular, para ahli medis mengatakan puncak varian ini tidak akan bertahan lama. Varian ini sudah menyebar di Afrika Selatan, sejak pertama kali diidentifikasi sehari sebelum Thanksgiving. Dalam pekan yang berakhir pada 26 Desember, data Johns Hopkins University bahwa jumlah yang baru didiagnosis telah turun hampir 36 persen dari puncaknya seminggu sebelumnya. 

Jika daerah lain yang telah dihantam varian Omicron mengikuti pola yang sama, maka mereka dapat melihat penurunan tingkat kasus segera setelah pertengahan Januari. Meskipun dua dosis suntikan tidak melindungi terhadap Omicron, tetapi vaksinasi tampaknya membuat perbedaan besar pada orang dengan sistem kekebalan yang sehat. 

Pasien yang telah mendapat tiga suntikan, tampaknya menderita sakit tenggorokan parah, beberapa kelelahan dan nyeri otot selama beberapa hari. Hal itu diungkapkan seorang dokter ruang gawat darurat di New York City, Craig Spencer di laman Twitternya.

Dia berbagi bawah orang yang pernah mendapat dua suntikan mengalami gejala yang sedikit lebih buruk. "Lebih lelah. Lebih banyak demam. Lebih banyak batuk. Sedikit lebih menyedihkan secara keseluruhan," tulis Spencer dilansir USA Today, Kamis (30/12).

Kemudian, nasib lebih buruk mengincar mereka yang baru saja mendapat satu suntikan, seperti merasa tidak enak badan selama beberapa hari. Spencer mengatakan hampir semua yang harus dirawat di rumah sakit karena Covid-19 itu adalah mereka yang tidak divaksinasi.

"Setiap orang dengan sesak napas berat. Setiap orang yang oksigennya turun ketika mereka berjalan. Setiap orang membutuhkan oksigen untuk bernapas secara teratur,” kata Spencer.

Dokter di rumah sakit lain menguatkan pernyataannya. Orang yang divaksinasi hanya memiliki gejala yang lebih sedikit, dan sakit untuk waktu lebih singkat. Satu-satunya pengecualian adalah mereka yang sistem kekebalannya lemah, mungkin karena pengobatan atau usia tua.

 

"Orang-orang yang kekebalannya terganggu dan orang-orang yang sangat lemah, di sana kita harus berhati-hati. Itu adalah kelompok penting yang meskipun vaksinasi belum sepenuhnya terlindungi,” ujar spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Rajesh Gandhi.

Jumlah pasien di Massachusetts General Hospital meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua minggu terakhir, dari sekitar 40 menjadi 45 dengan Covid-19 selama gelombang Delta hingga sekarang lebih dari 100 karena Omicron. Panggilan telepon ke rumah sakit juga meroket, dengan lebih dari 500 meminta informasi selama akhir pekan.

Gandhi mengatakan, varian Omicron juga kecil kemungkinan membuat orang tetap berada di luar rumah sakit. Dua dari tiga antibodi monoklonal yang secara rutin diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi untuk penyakit parah tidak lagi bekerja melawan Omicron, sementara yang ketiga, Sotrovimab, kekurangan pasokan. 

Dua pil antivirus, Paxlovid dan Molnupiravir, yang disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada minggu lalu, jauh lebih mudah diberikan dan dapat membuat perbedaan besar dalam pandemi. Namun, pil ini belum tersedia secara luas.

Meskipun peneliti percaya Omicron mungkin tidak lebih berbahaya daripada varian sebelumnya, ahli penyakit menular di UMass Chan Medical School di Worcester, Massachusetts, Jeremy Luban, memperkirakan mungkin masih ada banyak orang di rumah sakit.

 
Berita Terpopuler