NASA Rencanakan Misi Antarbintang yang Berlangsung Selama 100 Tahun

Jika disetujui, probe akan diluncurkan tahun 2036 menyeidiki ruang antarbintang.

pixabay
Alam semesta
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND -- Misi luar angkasa selalu bersifat jangka panjang. Ralph McNutt dari Laboratorium Fisika Terapan Universitas John Hopkins (JHU-APL) di Amerika Serikat (AS) bersama rekan-rekannya baru saja menerbitkan proposal terperinci tentang penyelidikan antarbintang pada masa depan.

Baca Juga

Badan Antariksa Amerika ( NASA) memiliki wahana yang telah bertahan 40 tahun menjelajah luar angkasa. Wahana Voyager 1 adalah salah satu pesawat antariksa tertua dan objek buatan manusia yang paling jauh dari Bumi. Wahana ini masih melakukan sains di antariksa sejak diluncurkan 40 tahun lalu.

Voyager 1 dan 2 membuat sejarah pada 2010-an ketika meninggalkan gelembung gas panas yang mengelilingi Matahari, yang disebut heliosphere. Pesawat itu telah memasuki medium antarbintang-wilayah ruang yang didominasi oleh partikel, debu, dan medan magnet yang dihasilkan oleh bintang lain. Namun, Voyager bukanlah misi antarbintang.

Voyager 1 telah melintasi sekitar 23 miliar km atau 155 kali jarak Matahari. Voyager telah memberi tahu manusia hal-hal baru tentang lingkungan galaksi tempat Matahari berada. Voyager awalnya dirancang untuk menyurvei planet luar, seperti Jupiter, Saturnus, Neptunus, dan Uranus yang mereka selesaikan dengan cara yang spektakuler.

“Voyager memiliki instrumen di kapal yang disesuaikan untuk eksplorasi planet. Mereka tidak memiliki instrumen khusus untuk benar-benar memahami proses di tepi heliosfer,” kata Elena Provornikova dari JHU-APL. 

Yang perlu dicatat, misi Voyager bukanlah misi antarbintang. Sistem bintang terdekat terlalu jauh untuk dijangkau oleh penyelidikan operasional dengan teknologi Voyager. Namun, pesawat ruang angkasa itu akan menjadi penjelajah abadi di celah antara bintang-bintang.

Kini, NASA memiliki hal baru untuk diselidiki. Studi baru dimulai atas perintah divisi heliofisika NASA. Konsep kerjanya adalah pesawat ruang angkasa sebesar 850 kg, dilengkapi dengan sensor untuk mengukur parameter seperti partikel bermuatan dan netral, medan magnet, dan debu. Ini adalah penyelidikan antarbintang yang diusulkan untuk menyelidiki sistem antarbintang. 

 

Probe akan diluncurkan sekitar 2036 menggunakan roket angkat super berat. Pesawat ruang angkasa itu hanya membutuhkan 6,5 jam untuk melewati orbit Bulan dan mencapai Jupiter dalam tujuh bulan untuk manuver sling-shot yang memompanya hingga kecepatan puncak enam hingga tujuh unit astronom per tahun itu lebih dari satu miliar km setiap 12 bulan. 

Ada beberapa hal yang diperhatikan NASA probedalam tujuan kali ini. Dengan dua baterai nuklir generasi berikutnya, diharapkan  antarbintang masih dapat mengirim data kembali ke Bumi dalam satu abad ke dalam misi yang diperpanjang ketika jaraknya akan ratusan AU.

 “Apa yang telah dilakukan penelitian kami adalah mengambil mimpi yang dimiliki para ilmuwan ini dan menempatkan teknik di belakang mereka,” kata pemimpin sistem muatan untuk tim studi, Alice Cocoros.

Dengan teknologi yang ada, para ilmuwan berharap bisa menyelidiki hal-hal lain yang telah diketahui sebelumnya.

Data Voyager telah menimbulkan banyak pertanyaan baru tentang sifat gelembung Matahari. “Sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, tata surya kita mulai terbentuk, dan dengannnya gelembung magnet ini yang melindungi kita dari semua debu dan plasma yang kita lewati dalam perjalanan kita melintasi galaksi,” kata ilmuwan proyek Pontus Brandt.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah penyelidikan antarbintang mendapatkan dana yang dibutuhkan. Proposal penelidikan ini membutuhkan dana sekitar 1,6 miliar dolar yang  akan bergantung pada dukungan yang lebih luas dari komunitas matahari dan fisika ruang angkasa di AS. 

 
Berita Terpopuler