Saudi: Dunia Perlu Respons Krisis Afghanistan

Saudi meminta Dunia menanggapi memburuknya krisis di Afghanistan.

AP/Petros Giannakouris
Seorang anak berdiri di luar rumahnya di lingkungan tempat banyak pengungsi internal telah tinggal selama bertahun-tahun, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 7 Desember 2021.
Rep: Kamran Dikarma Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, ISLAMABAD – Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, dunia perlu menanggapi memburuknya krisis di Afghanistan. Menurutnya, kondisi di negara tersebut dapat mempengaruhi stabilitas regional.

Baca Juga

“Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk membantu menghentikan memburuknya situasi di Afghanistan,” kata Pangeran Faisal saat berbicara di pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) tentang Afghanistan yang digelar di Islamabad, Pakistan, Ahad (19/12), dikutip laman Al Arabiya.

Dia menilai, krisis Afghanistan berpotensi memicu kekacauan yang bisa berdampak secara regional dan global. Terkait hal itu, dia menyebut rakyat Afghanistan pun harus berkontribusi guna mengakhiri tragedi di negara mereka. “Kita harus memastikan bahwa Afghanistan tidak digunakan untuk melindungi kelompok teroris dan ekstremis,” ujarnya menyoroti serangkaian serangan teroris oleh ISIS di negara tersebut.

Sebagai tuan rumah pertemuan, Pakistan memang ingin mendorong negara-negara Muslim bersatu membantu Afghanistan. “Tolong jangan tinggalkan Afghanistan. Silakan terlibat. Kami berbicara untuk rakyat Afghanistan. Kami tidak sedang membicarakan kelompok tertentu,” kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi.

 

 

Sejak Taliban merebut kekuasaan pada Agustus lalu, krisis di Afghanistan kian memburuk. Hal itu turut dipengaruhi keputusan AS membekukan aset asing Afghanistan senilai sekitar 9 miliar dolar. Pasca Taliban berkuasa kembali, Bank Dunia juga menghentikan bantuannya ke Afghanistan. Bulan lalu, Program Pembangunan PBB (UNDP) memperingatkan bahwa sektor perbankan Afghanistan berisiko runtuh. Hal itu dipicu memburuknya likuiditas dan peningkatan pinjaman bermasalah. 

 

 

 
Berita Terpopuler