Menafsirkan Arti Kedatangan Menlu AS dan Penasihat Rusia ke Indonesia

Kehadiran Menlu AS bersamaan dengan Penasihat Rusia tunjukkan pengaruh kuat Indonesia

Antara//Dok. Kedubes AS/handout
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melambaikan tangannya dari atas pesawat setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (13/12/2021). Menteri Luar Negeri Antony Blinken memulai kunjungan kerjanya ke sejumlah negara ASEAN dengan melakukan kegiatan di Indonesia dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Amerika Serikat. Kehadiran Menlu AS bersamaan dengan Penasihat Rusia menunjukkan posisi kuat Indonesia.
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Anthony Blinken yang bersamaan dengan kedatangan penasihat keamanan nasional Rusia Nikolay Patrushev menunjukkan pentingnya posisi Indonesia. Pendapat itu disampaikan Pengamat hubungan internasional Teuku Rezasyah.

"Dalam beberapa pekan terakhir terjadi latihan perang (Naval Exercise) Rusia-ASEAN. Ini menunjukkan ASEAN dan Rusia memiliki persepsi yang sama mengenai tertib keamanan di kawasan Indo-Pasifik dan latihan ini belum pernah dilakukan dengan China," kata Teuku, Selasa (14/12).

Baca Juga

"Amerika Serikat seperti yang diketahui dalam pernyataannya untuk Bali Economy Forum, Blinken mengatakan ia sangat menghargai hukum internasional dan negara-negara yang menjalankan prinsip demokrasi. Jadi artinya Indonesia berada di posisi dihargai oleh Amerika Serikat dan oleh Rusia. Namun yang tidak diketahui apakah kedatangan ini dalam konteks sendiri-sendiri tapi kebetulan bertemu atau sama-sama ingin bertemu Indonesia," tambahnya.

Pengajar hubungan internasional Universitas Padjadjaran ini mengatakan baik AS maupun Rusia tidak memberikan pernyataan resmi apa yang akan dilakukan Blinken dan Patrushev di Indonesia. Akan tetapi dilihat dari pejabat yang berkunjung, ada kemungkinan hasil kunjungan Blinken dan Patrushev akan bersifat mengikat.

"Tanpa diminta kedua negara sama-sama menyatakan mendukung kepemimpinan Indonesia di ASEAN dan juga mendukung kebijakan dalam urusan Laut China Selatan. Namun kembali ke Indonesia jangan menimbulkan pada China, Indonesia memanfaatkan kedatangan dua tokoh besar untuk menjawab tantangan China secara militer," kata Teuku.

Pekan lalu China memperingatkan Indonesia untuk menghentikan eksplorasi minyak di perairan Natuna Utara. Pemerintah Indonesia memilih mengabaikan peringatan tersebut. "Jangan sampai terkesan Indonesia galak karena mendapat restu dari dua negara besar," tambah Teuku.

Menurutnya, Indonesia harus mengatakan tetap menginduk pada hukum internasional. "Kalaupun dua negara ini ingin membantu Indonesia ya membantunya dalam konteks Global Maritime Fulcrum yang digagas Presiden Jokowi, pemberdayaan pulau-pulau terluar. Kemudian pembangunan infrastruktur pulau-pulau terluar, peningkatan kemampuan Bakamla, dan menjelajah di Zona Ekonomi Eksklusif," paparnya.

Blinken berkunjung ke Indonesia tepat setelah mengikuti pertemuan G7 di Liverpool, Inggris. Dalam pertemuan itu bersama negara-negara kaya lainnya, AS memperingatkan Rusia akan ada konsekuensi dan respons yang sangat merugikan perekonomian mereka jika Moskow memilih menggelar serangan militer ke Ukraina.

Teuku mengatakan Indonesia harus tetap teguh di posisinya sebagai negara non-blok. Menurutnya posisi Indonesia menarik sebab Jakarta dapat menekan Moskow dalam kapasitasnya sebagai ketua giliran G20. Namun menurut Teuku, Indonesia tidak akan melakukan itu.

"Indonesia tahu koridor. Koridor kita adalah dengan Rusia sebagai sesama negara berdaulat, kan prinsipnya non-intervensi. Kemudian Indonesia menghargai sejarah masa lalu dengan Rusia, jadi kita tidak akan terjebak skenario Amerika di satu sisi," katanya.

"Mengakui kepemimpinan Indonesia di Indo-Pasifik tapi di sisi lain bergerak di Indonesia untuk menekan Rusia, saya pikir kita tidak akan terjebak untuk itu," tambah Teuku.

Blinken Singgung AUKUS

Dalam konferensi persnya kemarin (14/12) Blinken mengatakan kerja sama keamanan AS, Inggris, dan Australia alias AUKUS merupakan kerja sama tambahan dan melengkapi kerja sama lain. Terutama kerja sama, kemitraan, dan aliansi AS di Indo-Pasifik dan sekitarnya.

"Semuanya itu, apakah ASEAN, apakah QUAD, apakah APEC dalam cara yang berbeda, apakah AUKUS, saling melengkapi satu sama lain," ujarnya.

Sebelumnya Indonesia mengungkapkan keberatannya pada AUKUS yang akan membuat Australia memproduksi kapal selam kekuatan nuklir dengan teknologi dari AS dan Inggris. Indonesia sangat prihatin kepemilikan kapal selam berkekuatan nuklir dapat memicu perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di kawasan.

Indonesia juga menekankan pentingnya komitmen Australia untuk terus memenuhi kewajibannya mengenai non-proliferasi nuklir. Pemerintah mendorong Australia untuk terus memenuhi kewajibannya untuk menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Kawasan sesuai dengan Treaty of Amity and Cooperation.

"Banyak perhatian yang fokus pada aspek AUKUS yang berhubungan dengan pengembangan kekuatan nuklir, yang bertentangan dengan kapal selam berkekuatan nuklir. Perbedaannya kadang membingungkan. Namun kesepakatan itu melibatkan banyak hal lain seperti kolaborasi dan kerja sama di bidang sains dan teknologi, rantai pasokan, siber, kecerdasan artifisial," kata Blinken di Jakarta.

Menurutnya apa yang dilakukan AS di seluruh Indo-Pasifik dan sekitarnya adalah membangun koalisi dan membangun kemitraan. Negara-negara yang berbeda mungkin berpartisipasi dalam kesepakatan yang berbeda dan kemudian menyatukannya dengan cara yang berbeda.

Ia mencontohkan AUKUS terbuka untuk diikuti negara lainnya dan bekerja sama dengan kelompok negara-negara lain, organisasi-organisasi lain dan institusi-institusi lain. Namun harus berbagi prinsip dasar tertentu dalam mendekati masalah yang dihadapi bersama.

November lalu Presiden China Xi Jinping mengatakan kawasan Asia-Pasifik tidak boleh kembali ke era Perang Dingin. Xi mengatakan membentuk lingkaran kecil atau garis ideologi pada geopolitik pasti menuai kegagalan.

Pidato Xi dalam forum CEO di sela-sela di pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik yang diselenggarakan Selandia Baru merupakan referensi atas upaya AS dengan sekutu dan mitra-mitranya di kawasan termasuk QUAD yang terdiri AS, Jepang, India dan Australia. Kelompok itu dibangun untuk menumpulkan pengaruh ekonomi dan militer China yang semakin kuat.

 
Berita Terpopuler