Putra Mahkota UEA Terima Kunjungan PM Israel

Bennett menjadi pemimpin pertama Israel yang melakukan kunjungan resmi ke UEA

EPA-EFE/Roman Pilipey
Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan menerima kunjungan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, Ahad (12/12). Ilustrasi.
Rep: Kamran Dikarma Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID,ABU DHABI – Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan menerima kunjungan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, Ahad (12/12). Bennett menjadi pemimpin pertama Israel yang melakukan kunjungan resmi ke UEA.

Saat tiba di Terminal Kepresidenan Bandara Internasional Abu Dhabi, Bennett disambut Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional UEA Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan. “Sungguh sambutan yang luar biasa. Saya sangat senang berada di sini atas nama rakyat saya (pada) kunjungan resmi pertama seorang pemimpin Israel di sini,” kata Bennett.

Dari bandara, Bennett segera melakukan perjalanan untuk melakukan pertemuan dengan Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan. “Kami berharap dapat memperkuat hubungan ini,” ujarnya.

Menurut keterangan kantor perdana menteri Israel, bidang ekonomi dan militer bakal menjadi dua topik kerja sama yang dibahas dengan Sheikh Mohammed. Kunjungan satu hari Bennett ke UEA menjadi sejarah baru. Ia akan tertulis sebagai perdana menteri Israel pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Abu Dhabi.

Pada 15 September 2020, Bahrain dan UEA menandatangani perjanjian normalisasi diplomatik dengan Israel. Hal itu tercapai berkat mediasi dan dukungan AS di bawah kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Kesepakatan normalisasi tersebut dikenal dengan nama Abraham Accords.

Selain UEA dan Bahrain, AS pun membantu Israel melakukan normalisasi diplomatik dengan Sudan serta Maroko. Washington menghapus Sudan dari daftar negara pendukung terorisme sebagai aksi timbal balik atas kesediaannya membuka hubungan resmi dengan Tel Aviv. Kemudian terkait Maroko, sebagai balasan, AS mengakui klaim negara tersebut atas wilayah Sahara Barat yang dipersengketakan.

Palestina mengecam kesepakatan damai yang dilakukan empat negara Muslim tersebut. Menurut Palestina, apa yang dilakukan keempat negara terkait merupakan “tikaman” bagi perjuangannya memperoleh kemerdekaan.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler