Pfizer: Vaksin Booster Tingkatkan Antibodi 25x Lipat Hadapi Omicron

Pfizer menyebut vaksin dosis booster mampu menghadapi varian omicron.

AP/Pfizer
Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech. Menurut kajian internal, pemberian dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech dapat meningkatkan antibodi untuk menghadapi varian omicron.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perusahaan industri farmasi Pfizer mengatakan pada Rabu (8/12), vaksin booster Covid-19 mungkin menawarkan perlindungan terhadap varian omicron. Berdasarkan tes laboratorium Pfizer dan BioNTech, vaksin booster dapat meningkatkan 25 kali lipat antibodi yang mampu melawan omicron.

Bagi orang yang belum mendapatkan dosis tambahan, dua dosis sudah cukup untuk mencegah penyakit parah atau kematian. Sebelum hasil tes keluar, otoritas kesehatan di Amerika Serikat (AS) dan negara lain telah mendesak warganya yang memenuhi syarat untuk mendapatkan dosis ketiga.

Kepala Petugas Ilmiah Pfizer Dr Mikael Dolsten mengimbau masyarakat untuk segera mendapatkan dosis ketiga secepatnya. Ia menyebut, kabar ini sangat menyenangkan dan positif.

Baca Juga

"Kita dapat meningkatkan kekebalan melalui booster untuk melindungi dari infeksi, penyakit simtomatik, dan penyakit parah mulai sekarang di musim dingin," kata Dolsten, dikutip AP, Kamis (9/12).

Penemuan efikasi booster vaksin Pfizer disambut baik oleh Presiden Joe Biden. Meskipun demikian, dia memperingatkan ada banyak studi yang sedang berlangsung.

Pfizer dan BioNTech menguji sampel darah yang diambil sebulan setelah booster. Mereka menemukan orang-orang memiliki tingkat antibodi penetral omicron yang terbukti protektif terhadap varian sebelumnya setelah dua dosis.

Untuk tes laboratorium, para peneliti menumbuhkan sampel partikel pseudoviruses yang direkayasa. Temuan tersebut masih awal dan belum menjalani tinjauan ilmiah, namun Pfizer menjadi pembuat vaksin pertama yang mengecek kemanjuran dosis booster.

Sebenarnya, para ilmuwan belum mengetahui seberapa besar ancaman varian omicron. Saat ini, di AS dan negara lain, kasus Covid-19 mayoritas disebabkan oleh varian delta yang sangat menular.

Varian omicron baru ditemukan akhir bulan lalu. Kemunculannya membawa sejumlah besar mutasi yang tidak biasa. Para ilmuwan pun tengah berlomba untuk mempelajarinya.

Selain Pfizer, Moderna dan Johnson & Johnson juga sedang menguji proteksi vaksin mereka. Meski begitu, soal booster tetap tergantung pada kondisi ke depan.

Gejala Ringan tak Lazim Pasien Omicron - (Infografis Republika.co.id)

Apabila varian omicron menyebar pada populasi yang sudah divaksinasi dan menyebabkan penyakit serius, maka regulator harus memutuskan apakah vaksin harus diubah agar lebih cocok untuk menghadapi omicron. Para ilmuwan berspekulasi lonjakan antibodi yang datang dari dosis ketiga vaksin Covid-19 saat ini mungkin cukup untuk melawan penurunan efektivitas vaksin terhadap varian omicron.

"Terlepas dari sejumlah besar mutasi yang dimiliki omicron, ini masih bukan varian yang lolos sepenuhnya dari perlindungan yang diberikan vaksin, ini adalah varian yang lolos sebagian," kata CEO BioNTech Ugur Sahin dalam konferensi pers.

Tingkat antibodi memprediksi seberapa baik vaksin dapat mencegah infeksi virus corona tipe baru penebab Covid-19 (SARS-CoV-2), tetapi itu hanyalah satu lapisan pertahanan sistem kekebalan. Pfizer mengatakan dua dosis vaksin masih harus melindungi terhadap penyakit parah karena mutasi omicron tampaknya tidak menghambat pertahanan lain, sel T yang melawan virus setelah infeksi terjadi.

Baca juga : Data: Vaksin Booster Pfizer/BioNTech Bisa Melawan Omicron

Penurunan kemanjuran

Sebuah studi yang dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 berbasis mRNA dari Pfizer-BioNTech 40 kali kurang efektif dalam melawan omicron. Varian baru dari SARS-CoV-2 itu pertama kali dikonfirmasi di negara tersebut.

Dilansir laman India.com, para peneliti di Institut Penelitian Kesehatan Afrika di Durban melakukan percobaan pertama mengukur kemanjuran vaksin Pfizer pada omicron. Dari sana, mereka menemukan bahwa ada pengurangan sekitar 40 kali lipat dalam tingkat antibodi penetral yang diproduksi oleh orang-orang yang telah menerima dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech dibandingkan dengan terhadap varian awal yang terdeteksi di China pada akhir 2019.

Tim ilmuwan, termasuk Alex Sigal dari Africa Health Research Institute, menguji 14 sampel plasma darah dari 12 peserta. Sebanyak enam di antaranya tidak memiliki catatan pernah mengalami Covid-19 sebelumnya.

Semuanya sebelumnya telah divaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech. Hasil studi menunjukkan penurunan 41 kali lipat pada antibodi untuk menetralkan varian baru.

Meski demikian, Sigal mengatakan bahwa kemampuan omicron untuk "lolos" dari antibodi vaksin tidak lengkap. Sebanyak lima peserta yang seluruhnya pernah terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan titer netralisasi yang relatif tinggi terhadap varian ini.

Baca juga : 5 Tips Bepergian di Tengah Ancama Varian Omicron

Selain itu, antibodi yang diinduksi vaksin turun tiga kali lipat dalam kemampuannya untuk menetralkan varian beta yang sebelumnya mendominasi Afrika Selatan. Temuan yang dipublikasikan dalam server pracetak dan belum ditinjau sejawat itu menunjukkan bahwa omicron jauh lebih baik dalam menghindari perlindungan.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini masih dapat melindungi orang-orang dari omicron. Secara khusus, perlindungan yang dimaksud adalah membuat mereka yang terinfeksi tidak mengalami gejala parah.

 
Berita Terpopuler