Apakah Serangan Anti-Muslim di Masyarakat India Kini Menjadi Norma?

Insiden kekerasan komunal berintensitas rendah telah merajalela di India.

AP/Panna Ghosh
Apakah Serangan Anti-Muslim di Masyarakat India Kini Menjadi Norma? Seorang prajurit paramiliter berpatroli melewati sebuah toko yang terbakar di desa Rowa, sekitar 220 kilometer dari Agartala, di negara bagian Tripura, India, Rabu, 27 Oktober 2021. Ketegangan tinggi di beberapa bagian negara bagian Tripura pada Jumat setelah serangkaian serangan terhadap minoritas Muslim. Serangan itu sebagai pembalasan atas kekerasan terhadap umat Hindu di perbatasan Bangladesh awal bulan ini. Polisi mengatakan setidaknya satu masjid, beberapa toko dan rumah milik Muslim dirusak sejak Selasa. 
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik antara Hindu dan Muslim di India, terutama di kalangan masyarakat sipil, semakin menonjol. Serangan anti-Muslim seakan menjadi norma di negara Asia Selatan itu. Muslim kian merasa tertekan di bawah kekuasaan dan mayoritas Hindu di negara itu.

Baca Juga

Seperti yang terjadi pada komedian Muslim India Munawar Faruqui yang mengisyaratkan untuk berhenti dari dunia komedi pekan lalu. Dalam sebuah unggahan di media sosial, ia mengungkapkan akan berhenti dari dunia yang digelutinya setelah puluhan pertunjukannya dibatalkan karena ancaman vandalisme dari kelompok garis keras Hindu.

"Kebencian telah menang, seniman ini telah kalah," kata Faruqui, Rabu (8/12).

Faruqui menghabiskan satu bulan di penjara setelah dia ditangkap pada 1 Januari 2021, tepat ketika salah satu pertunjukannya berakhir. Dia dituduh menghina sentimen agama Hindu dalam lelucon yang diduga telah dia siapkan, meskipun lelucon itu tidak ditampilkan di lokasi syutingnya malam itu. Komedian stand-up ini sejak itu menjadi target kelompok main hakim sendiri Hindu.

Dalam insiden kebencian agama lainnya, kelompok sayap kanan Bajrang Dal menyerang kumpulan serial web "Aashram" di Negara Bagian Bhopal pada Oktober lalu. Kelompok tersebut mengeklaim judul serial tersebut adalah serangan terhadap agama Hindu. Tidak hanya itu, penyerang diduga mengotori sang pembuat film Prakash Jha dengan tinta dan menyerang anggota kru lainnya.

 

Pada Agustus lalu, sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemudi becak Muslim berusia 45 tahun dipukuli oleh gerombolan Hindu garis keras di negara bagian utara Uttar Pradesh viral di media sosial. Para mafia melafalkan Jai Shri Ram, nyanyian Hindu, saat mereka memojokkan pria itu, sementara putrinya yang masih kecil berpegangan padanya, memohon keselamatan ayahnya.

Penulis Born A Muslim: Some Truths About Islam in India Ghazala Wahab memperingatkan insiden kekerasan komunal berintensitas rendah telah merajalela di India. "Ini menjadi lebih endemik. Hal ini telah menjadi seperti menggantungkan pada kehidupan sehari-hari semua warga, tetapi beban ditanggung oleh Muslim," kata Wahab kepada DW.

"Saya juga mengenal orang-orang yang bukan Muslim yang khawatir. Ketakutan yang menyebar seperti ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujarnya.

Sebagian besar insiden kekerasan komunal dalam beberapa tahun terakhir dilakukan oleh organisasi-organisasi Hindu pinggiran, seperti Bajrang Dal. Menurut Wahab, dalam organisasi yang terdaftar, ada organisasi yang lebih kecil yang tidak ingin disentuh oleh polisi.

"Ada tingkat impunitas karena mereka beroperasi dengan kedok agama. Kelompok-kelompok ini menjadi semakin berani," ujar Wahab.

Muslim berpartisipasi dalam prosesi untuk menandai Idul Fitri, peringatan kelahiran Nabi Muhammad, di Hyderabad, India, Selasa, 19 Oktober 2021. - (AP/Mahesh Kumar A)

 

Wahab menambahkan, meningkatnya insiden kebencian agama akan memiliki konsekuensi yang berbahaya dan memperdalam celah dalam masyarakat India jika tidak ditangani. "Jika hal seperti ini terus terjadi, jarak antara komunitas hanya tumbuh, informasi yang salah hanya akan meningkat. Kita pada dasarnya menciptakan masyarakat yang sangat retak dan akan memakan waktu lama untuk menjembatani kesenjangan ini," kata Wahab.

Sementara itu, bentuk 'othering (yang lain)' terkait agama meningkat di bawah partai yang berkuasa. Seorang profesor ilmu politik di Universitas Delhi Tanvir Aeijaz mengatakan kekerasan komunal intensitas rendah dapat melacak akarnya kembali ke Pemisahan India pada 1947.

"Di India, kekerasan komunal intensitas rendah ini adalah arus bawah sejak Pemisahan. Muslim di India hidup di bawah kesalahan pemisahan yang seharusnya tidak terjadi karena Muslim yang tinggal di India tidak pernah meminta pemisahan. Hanya beberapa politisi di tingkat atas yang merundingkan hal-hal ini," kata Aeijaz kepada DW.

Menurut Aeijaz, bagian dari relijiusitas di India adalah "othering (yang lain)" dari komunitas religius. Tetapi proses ini semakin intensif dengan berkuasanya Partai Bharatiya Janata (BJP) dari nasionalis Hindu. Dia menambahkan pers India telah mengungkap konflik berlarut-larut dan berintensitas rendah cukup terlihat di wajah masyarakat sipil India. Menurutnya, seluruh definisi diri itu sebagian besar terjadi pada garis etnis dan agama.

Baca juga : Prancis Salah Tangkap Pria yang Diduga Bunuh Khashoggi

"Dan kemudian masalahnya adalah 'kita' versus 'mereka'. Ada konfrontasi budaya/agama. Ada agresivitas agama," kata Aeijaz kepada DW.

Profesor Universitas Delhi Aeijaz ini menyerukan akuntabilitas yang lebih kuat di dalam lembaga-lembaga India. "Saya melihat lembaga negara menjadi sangat lemah, terutama kepolisian, lembaga hukum dan ketertiban. Mereka harus menjalankan tugasnya," kata Aeijaz.

https://www.dw.com/en/india-are-anti-muslim-attacks-becoming-the-norm/a-60046964

 
Berita Terpopuler