Materi Erupsi Panas Jadi Kendala Evakuasi Korban Semeru

Tim DVI Polri sudah menerima 30 korban erupsi Semeru untuk diidentifikasi.

Antara/Zabur Karuru
Tim SAR gabungan menggali material guguran awan panas Gunung Semeru saat pencarian korban yang tertimbun material tersebut di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (7/12/2021). Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal hingga pukul 12.00 WIB hari ini berjumlah 34 orang dan 16 orang dalam proses pencarian.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wilda Fizriyani, Fauziah Mursid, Antara

Proses evakuasi korban hilang akibat erupsi Gunung Semeru masih terkendala hingga kini. Salah satu penyebabnya, yakni sisa material erupsi yang masih panas.

Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Joko Sambang menyatakan, instansinya harus menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban. Saat ini BPBD dan para relawan mencari korban dengan sistem manual. "Anjing pelacak sudah ada, tapi sementara ini pakai manual," ujar Joko saat dihubungi, Selasa (7/12).

Cara manual dilakukan dengan menghampiri sebuah titik jika terdapat lalat berkerumun. Apabila ada yang mencurigakan, tim akan menghampiri lokasi tersebut, termasuk dengan alat beratnya.

Menurut Joko, penggunaan cangkul untuk mencari korban hanya bisa dilakukan saat sisa material erupsi sudah dingin. Pihaknya tidak berani menggunakan alat tersebut apabila material sisa erupsi masih panas. "Karena prinsip rekan-rekan di lapangan, tujuan penyelamatan jangan sampai kita yang diselamatkan," katanya.

Berdasarkan laporan yang diterima, lokasi terparah akibat erupsi berada di Dusun Curah Kobokan, Desa Supit Urang, Pronojiwo dan Dusun Kajar Kuning, Sumberwuluh, Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Baca Juga

Lokasi ini dianggap parah karena abu erupsi telah membuat rumah-rumah warga tertutup hingga menyisakan atap. Tim BPBD yang bertugas mendata fasilitas umum (fasum) hanya bisa mengambil data dari balai desa. "Jadi, misal di sekitar itu sekian, gitu saja. Cuma belum bisa diidentifikasi karena kami tidak tahu kondisi rumah awalnya seperti apa. Jadi, belum bisa kami petakan," ujarnya.

Hingga Selasa sore, jumlah warga Kabupaten Lumajang yang meninggal akibat erupsi Gunung Semeru terus bertambah. Terbaru, BPBD Kabupaten Lumajang mencatat ada 29 orang meninggal akibat erupsi.

Joko Sambang menyatakan, total korban meninggal dunia tersebut termasuk tambahan tujuh orang pada Selasa (7/12). Jumlah ini kemungkinan akan bertambah mengingat ada laporan baru dari lapangan. "Cuma kami tidak berani menyampaikan karena nunggu hasil dari tim yang di RS," kata dia.

Dari 29 korban meninggal dunia, delapan di antaranya masih belum teridentifikasi. Delapan korban ini masih berada di kamar mayat Rumah Sakit (RS) Kabupaten Lumajang. Sementara untuk korban meninggal lainnya sudah dimakamkan di tempat masing-masing.

Menurut Joko, hal yang menyebabkan proses identifikasi ini lambat karena kondisi mayat yang sudah rusak. Sebab itu, dibutuhkan tim khusus yang harus mendeteksi lebih perinci mengenai identitas korban. "Mungkin dipakai sidik jari atau DNA. Itu langkah-langkah lebih lanjut nanti," katanya.

Sementara itu, Joko tak menampik ada banyak laporan kehilangan keluarga dari masyarakat. Namun, hingga sekarang, BPBD dan sejumlah instansi serta relawan masih berusaha untuk mencari warga yang hilang. Dalam hal ini termasuk di titik-titik yang mungkin masih terkubur jenazah korban erupsi.

Tim Disaster Victim Investigation (DVI/Penyelidik Korban Bencana) Polri sudah menerima 30 jenazah korban letusan Gunung Semeru untuk diidentifikasi di RSUD Haryoto Lumajang. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Kepolisian Indonesia Komisaris Besar Polisi Ahmad Ramdhan, dalam konferensi pers dari Jawa Timur, Selasa, mengatakan, 10 dari 30 jenazah yang diterima telah diidentifikasi tim itu.

"Jadi, 10 sudah berhasil diidentifikasi. Sedangkan, 10 lagi masih dalam proses. Jadi, ada 20 yang diproses. Sementara 10 lagi masih dalam pemeriksan pos mortem," ujar Ramadhan.

Ia memerinci, dari 10 jenazah yang berhasil teridentifikasi tim itu, terdiri atas enam jenazah laki-laki dan empat jenazah perempuan. "Lima jenazah telah diserahkan kepada pihak keluarga," kata dia.

Polisi mengimbau masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya dapat melapor ke Posko DVI Polri, baik posko post mortem ataupun ante mortem yang ada di RSUD Haryoto. Ia juga memastikan, jenazah yang telah diidentifikasi akan difasilitasi penyerahannya kepada pihak keluarga.

"Setelah jenazah diidentifikasi, Polri dan RSUD Haryoto segera menyerahkan kepada pihak keluarga. Dan Polri maupun RSUD memfasilitasi, mengantarkan ke pihak keluarga atau ke tempat persemayamannya," ujar dia.

Lima jenazah yang teridentifikasi, yakni Bangun Triyono (33), Faidi (70), keduanya jenazah laki-laki. Sementara itu, tiga jenazah perempuan, yakni Lulu (49), Yatipak (60) dan Bu Oni (55), ketiganya beralamat di Curah Grobogan.

Kepala Bidang Dokkes Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Erwin Zainul Hakim, menjelaskan, satu jenazah merupakan pasien luka bakar yang meninggal di ICU, dengan identitas bernama Tuan Edy Pramono (35). Kemudian empat jenazah lainnya, jenazah label 005 teridentifkasi melalui identifikasi sekunder dua, yaitu ciri-ciri medis dan melalui properti, atas nama Daffa (15), laki-laki asal Dusun Sumber Wono.

Kantong jenazah nomor label 006, teridentifikasi melalui proses identifikasi sekunder, ciri-ciri medis dan melalui properti, dengan nama Roni (35). Kantong jenazah 007, sama-sama teridentifikasi mellaui proses identifikasi sekuder dua, atas nama Noman Kafelaulisa (19), perempuan asal Dusun Sumber Wono.

Jenazah label 008, teridentifikasi dua ciri medis dan properti atas nama Alvan (23), laki-laki asal Dusun Sumber Wono. "Hari ini sementara sedang diproses tiga jenazah lagi, mohon doannya mudah-mudahan segera bisa dilakukan proses identifikasi," kata Erwin.

Erwin menambahkan, untuk mempercepat proses identifikasi, Tim DVI mendukung partisipasi masyarakat yang merasa ada keluarganya tertimpa musibah untuk melaksanakan proses pengambilan data antemortem. Sehingga proses identifikasi segera bisa ditentukan dan diputuskan prosesnya.









Hari ini Presiden Joko Widodo mengunjungi posko pengungsian di Lapangan Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang. Presiden Jokowi juga menyempatkan berdialog bersama sejumlah warga terdampak erupsi Gunung Semeru.

Kepada Jokowi, para warga tersebut bercerita tentang kejadian ketika erupsi terjadi dan bagaimana kondisi mereka saat ini. "Enggak sampai satu menit itu Pak, langsung gelap. Sebelumnya ada pemberitahuan memang, 25 getarannya katanya dari pusat pemantauan," ujar seorang warga seperti dikutip dalam siaran pers Biro Pers Sekretariat Presiden, Selasa (7/12).

Seorang warga lainnya dari Dusun Kamar Kajang juga bercerita sebelum kejadian mereka telah mendapatkan peringatan dari pos pemantauan melalui telepon genggam mereka. Namun, ia tidak menyangka jika erupsi pada Sabtu (4/12) itu ternyata lebih besar dari yang mereka perkirakan.

"Ada pemberitahuan, di HP sudah ada. Cuma dikira kecil Pak, dikira banjir kecil, 25 getarannya kecil biasanya. Nanti ada susulan yang lebih besar biasanya. Kalau pos pantau selalu siaga," ujarnya.

"Paniknya itu cuma panik abu, abunya itu loh Pak, kan gelap. Posisi jam 3 sore itu kejadian abu vulkanik. Hujan abu dulu, gelap, disusul lahar dingin," timpal seorang warga lainnya.

Seusai kejadian, para warga terdampak tersebut juga sempat mengecek rumah mereka masing-masing melalui jalur yang bisa dilewati. Seorang warga bercerita, erupsi Gunung Semeru telah menewaskan banyak ternak peliharaannya.

Sementara warga lainnya bercerita bagaimana ia masih mencari beberapa keluarganya yang masih hilang. Kepada Presiden, para warga meminta agar infrastruktur yang hancur bisa segera diperbaiki.

Presiden pun mengatakan akan segera membangun dan memperbaiki rumah-rumah warga terdampak berikut fasilitas publik lainnya seperti jembatan. "Nggih, rumahnya, jembatannya cepat kita mulai (diperbaiki)," ujar Jokowi.

"Ini Menteri PU sudah saya ajak. Ini baru mengecek semua, nanti segera dikerjakan," kata Jokowi melanjutkan.

Dalam keterangan persnya seusai peninjauan,  Jokowi mengatakan, ia hadir untuk memastikan penanganan bencana erupsi berjalan baik. Ia juga memastikan segenap kekuatan yang dimiliki pemerintah telah siaga di lapangan, termasuk memastikan hal-hal yang berkaitan dengan pengungsi juga tertangani dengan baik. Baik yang berkaitan dengan konsumsi, kesehatan, maupun air bersih.

Presiden berharap, setelah bencana ini mereda, perbaikan infrastruktur bisa segera dimulai. Selain itu, pemerintah juga merencanakan kemungkinan untuk merelokasi rumah-rumah warga terdampak yang berada di lokasi berbahaya untuk dihuni.

"Tadi saya mendapatkan laporan kurang lebih 2.000-an rumah yang harus direlokasi. Ini segera akan kita putuskan di mana relokasinya dan saat itu juga akan segera kita bangun karena saya kira semuanya sudah siap," katanya.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Senin (6/12) pukul 20.15 WIB, korban jiwa yang tercatat sementara antara lain luka-luka 56 orang, hilang 22 orang, dan meninggal dunia 22 orang. Perincian korban meninggal dunia teridentifikasi 14 orang di Kecamatan Pronojiwo, sedangkan 8 orang di Kecamatan Candipuro.

Sementara, jumlah populasi terdampak sebanyak 5.205 jiwa dan warga mengungsi 2.004 jiwa. Terkait dengan jumlah warga yang dinyatakan hilang, posko masih melakukan pendatan dan validasi.

Kronologi Semeru meletus. - (republika)

 
Berita Terpopuler