Penutupan Anak Cucu BUMN, Upaya Menjaga Induk BUMN Sehat

Erick menegaskan, inefisiensi dalam perusahaan BUMN tidak boleh terjadi.

Antara/Dhemas Reviyanto
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan keterangan pers di gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (1/12/2021). Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan efisiensi di perusahaan-perusahaan milik BUMN dilakukan untuk menciptakan holding-holding BUMN yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Nursyamsi

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengefisienkan kinerja perusahaan milik negara terus berlanjut. Setidaknya sudah 74 anak dan cucu usaha BUMN ditutup.

Pengamat dari Pusat Studi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Syamsul Anam mengatakan keputusan Menteri BUMN Erick Thohir menutup 74 anak dan cucu usaha BUMN merupakan hal yang tepat. Syamsul meyakini pemangkasan anak dan cucu usaha BUMN akan mendorong keuangan induk usaha menjadi lebih sehat.

"Kita mendukung terus konsolidasi dan transformasi BUMN agar lebih fokus, kuat, dan efisien," ujar Syamsul kepada Republika di Jakarta, Rabu (1/12).

Syamsul menyampaikan pakem efisiensi saat ini berfokus pada total factor productivity. Yaitu teknologi harus ikut mendorong transformasi organisasi bisnis menjadi efisien dan kuat.

Syamsul menilai konsolidasi vertikal dan horizontal akan mampu mengarahkan transformasi untuk lebih fokus kepada tujuan utama organisasi bisnis yaitu sustainable value creation.

Associate Director BUMN Research Group LMUI Toto Pranoto juga mendukung kebijakan penutupan 74 anak dan cucu usaha BUMN. Toto menyebut banyak anak dan cucu perusahaan BUMN yang tidak sesuai dengan core business induk usaha. "Akibatnya kinerja mereka sebagian besar merugi," ujar Toto.

Toto menyampaikan munculnya banyak anak dan cucu usaha BUMN lantaran tidak ada aturan yang jelas tentang tatacara pendirian anak dan cucu usaha BUMN dalam undang-undang BUMN nomor 19 tahun 2003. Menurut Toto, Kementerian BUMN di masa lalu kurang fokus dalam pengawasan pendirian anak dan cucu usaha BUMN.

"Akibatnya jumlah anak dan cucu berkembang sampai ratusan perusahaan, sebagian besar dari mereka kinerjanya buruk," ucap Toto.

Toto menyarankan pendirian anak dan cucu usaha BUMN diatur lebih jelas dalam pasal tersendiri dalam rencana revisi UU BUMN nomor 19 tahun 2003. Toto menilai kejelasan aturan akan memberikan rambu yang jelas tentang syarat dan kriteria bagi pendirian anak dan cucu BUMN.

"Langkah Menteri BUMN cukup tepat dengan percepatan penutupan anak dan cucu BUMN yang tidak sesuai dengan core business induknya dan bahkan posisi finansialnya merugi," kata Toto.

Erick, Rabu (1/12) mengatakan penutupan anak dan cucu usaha BUMN merupakan upaya Kementerian BUMN untuk meningkatkan konsolidasi dan efisiensi anak dan cucu BUMN yang terlalu banyak. "Kita sudah menutup 74 anak dan cucu BUMN. Di Telkom ada 13 perusahaan, Pertamina ada 26, dan PTPN Group ada 24," ujar Erick di kantor Kementerian BUMN.

Erick memastikan penutupan anak dan cucu usaha BUMN tidak berpengaruh pada pemutusan tenaga kerja. Pasalnya, Erick menilai efisiensi jumlah anak dan cucu usaha BUMN justru membuat BUMN lebih berkembang dan mampu menyerap tenaga kerja.

Erick mengatakan banyaknya anak dan cucu usaha BUMN justru terkadang menjadi benalu yang merugikan induk usaha. Ia tak ingin induk usaha yang memiliki kinerja baik justru harus mengalami kerugian akibat buruknya kinerja anak dan cucu usaha BUMN. "Kadang-kadang holdingnya sehat tapi dibuat anak dan cucu usaha BUMN yang menyedot keuntungan holding, ini yang harus kita bongkar, setop, dan kurangi," ucap Erick.

"Kita sepakat mau bikin lokomotif besar. Anak-cucu mau kita pangkas, apalagi yang pemborosan, apalagi yang menggandol kepada BUMN yang sehat. Seperti pohon, benalunya banyak dan akhirnya pohon besarnya mati," ungkap Erick.

Erick mengaku akan terus melakukan efisiensi anak dan cucu usaha BUMN. Erick meyakini masih banyak anak dan cucu usaha BUMN yang tidak efisien dan menghambat kinerja induk usaha.

"Akan terus kita lakukan (penutupan anak dan cucu usaha BUMN) selama tidak ada efisiensi, ini baru 74 anak dan cucu usaha di Telkom, Pertamina, dan PTPN. Pasti di banyak BUMN lain masih banyak ada hal-hal yang tidak efisien," kata Erick.



Baca Juga

Efisiensi di perusahaan-perusahaan milik BUMN tersebut dilakukan untuk menciptakan holding-holding BUMN yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar. "Karena terlalu banyak shell-shell company yang tidak efisien dan tidak efektif, buat apa kita punya. Kadang holdingnya sehat tapi ada anak-cucu yang menyedot keuntungan dari holdingnya, nah ini yang harus kita bongkar, kita setop dan kurangi. Karena kita ingin membuat holding-holding yang kuat dalam menghadapi persaingan pasar. Kita lihat sekarang ini, rantai pasok sedang terdistrupsi, container kesulitan, harga bahan pupuk naik, sekarang kan kita harus lebih efisien agar bisa bersaing," ujar Erick.

Erick menegaskan, inefisiensi dalam perusahaan BUMN tidak boleh terjadi. Pasalnya, BUMN sebagai lokomotif keuangan ekonomi Indonesia harus kuat dan sehat.

Oleh karena itu, berbagai kemungkinan efisiensi akan terus dilakukan, termasuk dengan menggabungkan anak-anak perusahaan, atau pun refocusing proses bisnis dari BUMN. Sebagai contoh konsolidasi perusahaan Energy Management Indonesia dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Bukan hanya anak perusahaan yang digabungkan, bahkan BUMN-nya sendiri kita gabungkan, contohnya Perinus dan Perindo sebagai dua perusahaan perikanan di BUMN, buat apa punya perusahaan kan lebih baik satu saja, BGR dan PPI juga perusahaan trading yang digabungkan jadi satu di bidang logistik. Kemudian, Energy Management Indonesia juga dikonsolidasikan dengan PLN jadi di bawah PLN, fungsinya ya mengaudit yang nanti ke depan berpotensi sebagai renewable energy," ucap Erick.

Menurutnya, perbaikan model harus terus dilakukan sebagai bentuk adaptasi di era distrupsi yang terjadi saat ini. Dengan adanya distrupsi di bidang teknologi atau pun kesehatan, bisnis model BUMN juga harus berubah.

Erick juga mencontohkan, perubahan bisnis model yang dilakukan dalam rangka efisiensi adalah dengan refocusing BUMN yang bergerak di bidang telekomunikasi (tel-co). Saat ini, Telkom memfokuskan model bisnis dalam bentuk B To B, sedangkan Telkomsel dalam bentuk B to C.

"Terbukti, sekarang Telkom valuasinya, market cap-nya terus naik 6 bulan terakhir menjadi Rp 411 triliun, ini sejarah buat Telkom. Sekarang market cap-nya ketika industri telko dipertanyakan itu sunset, tetapi Telkom bisa tetap mendapatkan pertumbuhan revenue 6,1 persen yaitu kurang lebih Rp 106 triliun sehingga dibandingkan perusahana-perusahaan telko lainnya, Telkom sekarang tetap tumbuh," ungkap Erick.

Erick menilai Telkom akan tertinggal jika hanya mengandalkan pada layanan telekomunikasi. Erick menyampaikan Telkom terus bertransformasi dalam pelayanan data center, cloud, dan infrastruktur.

"Itulah kenapa fungsinya kita melakukan perubahan daripada bisnis model dan tetap melakukan benchmarking dengan negara lain dan perusahaan lain supaya kita ini bangun dari tidur, jangan asyik sendiri. Kita ini tidak boleh terus berada di zona nyaman," kata Erick.

Ke depan Erick menargetkan pemangkasan di BUMN dengan pendapatan di bawah Rp 50 miliar. Erick mempertanyakan keberadaan BUMN dengan pendapatan kecil tersebut yang tentu tidak memberikan kontribusi bagi negara dan masyarakat.

"Saya melihat kalau BUMN itu kecil-kecil buat apa. Jadi daripada BUMN jadi bersaing dengan perusahaan menengah, buat apa," ujar Erick.

Erick tak ingin BUMN kecil tersebut justru bersaing dengan swasta, UMKM, dan dengan perusahaan daerah. Erick menyebut hal ini berdampak negatif dari sisi pembukaan lapangan kerja. Pasalnya, lanjut Erick, UMKM merupakan sektor yang membuka lapangan kerja terbesar dibandingkan industri lain. "Saya berinisiasi, kalau didukung DPR, BPK, BPKP, Kejaksaan, semua (BUMN) yang di bawah Rp 50 miliar, tidak usah (jadi) BUMN lah, suruh pengusaha muda, pengusaha daerah," ucap Erick.

Dengan begitu, ungkap Erick, akan meningkatkan pertumbuhan jumlah pewirausaha baru. BUMN sebagai lokomotif perekonomian Indonesia, ucap Erick, harus mempunyai dampak besar bagi negara dan masyarakat.

"Kita (BUMN) main yang gede-gede, BRI, PLN, Pegadaian, Telkom, MIND ID, Pertamina, tapi yang gede-gede ini harus jadi penyeimbang dan mengintersepsi pasar supaya terjadi keseimbangan," kata Erick. Ia ingin pasar domestik dan sumber daya alam menjadi sumber pertumbuhan Indonesia, bukan malah menjadi sumber pertumbuhan negara lain.

Menteri BUMN Erick Thohir merampingkan jumlah klaster BUMN. - (Tim infografis Republika)



 
Berita Terpopuler