BPS: Permintaan Konsumen Mulai Naik

Penyumbang utama inflasi yakni dari kenaikan harga bahan pangan pokok.

EPA-EFE/Bagus Indahono
Orang berjalan di antara pedagang kaki lima di Jakarta, Selasa (16/11). Laju inflasi sepanjan November 2021 tercatat 0,37 persen atau yang tertinggi sejak awal tahun ini.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju inflasi sepanjan November 2021 tercatat 0,37 persen atau yang tertinggi sejak awal tahun ini. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, menilai, laju inflasi yang terus mengalami kenaikan menunjukkan mulai adanya kenaikan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.

Baca Juga

"Inflasi cukup tinggi menandakan sudah mulai ada perbaikan ekonomi untuk transaksi barang dan jasa yang semakin banyak. Itu juga menjadi indikasi tanda pemulihan ekonomi," kata Margo dalam konferensi pers, Rabu (1/12).

Salah satu penyumbang utama inflasi yakni dari kenaikan harga bahan pangan pokok seperti minyak goreng yang memberikan andil inflasi 0,08 persen. Kemudian telur ayam ras 0,06 persen serta daging ayam ras 0,02 persen. Selain itu, tarif angkutan udara juga naik dan menyumbang inflasi 0,05 persen.

Margo mengatakan, berdasarkan hukum ekonomi dasar, kenaikan harga dipicu oleh adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Ia menilai dalam konteks inflasi, kenaikan harga itu didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat yang belum diimbangi oleh pasokan.

"Apalagi mobilitas masyarakat sudah mulai membaik. Jadi kesimulannya faktor permintaan lebih dominan mempengaruhi inflasi di bulan November," kata Margo.

Berdasarkan komponen inflasi, BPS mencatat inflasi inti yang menggambarkan interaksi permintaan dan penawaran sebesar 0,17 persen. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,07 persen. Inflasi inti tersebut, juga tercatat memberikan andil kepada inflasi umum di bulan November sebesar 0,11 persen.

 
Berita Terpopuler