ASN Manusia Vs ASN Robot: Pakar: Ini Kompetisi

Kompetisi menjadi daya saing manusia antisipasi gempuran teknologi.

Istimewa
Diskusi Publik
Rep: Arie Lukihardianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kemajuan teknologi dikenal dengan artificial intelligence (AI), sekarang ini, banyak memangkas sumber daya manusia (SDM) dalam semua bidang. Pasalnya, robot ini dinilai bisa menggantikan berbagai pekerjaan manusia.

"Termasuk, di bidang pemerintahan bisa saja ke depan banyak jabatan ASN yang akan dilebur karena pekerjaannya diganti oleh mesin," kata Deputi Bidang Kajian dan Inovasi Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI, Dr Agus Sudrajat MA. 

Menurutnya, kemajuan teknologi saat ini adalah sebuah hukum alam. Sehingga, yang terdampak, tidak hanya bidang administrasi negara, seperti ASN, tapi juga bidang lainnya.

"Ya, pada akhirnya begitu. Jadi seperti hukum alam," ujar Agus usai menjadi pembicara Diskusi Publik "Strategi Akselerasi Peyelenggaraan Pengembangan Kompetensi Berbasis Merit dalam Mewujudkan ASN Berkelas Dunia" yang diselenggarakan Puslitbang PKLAN, di Hotel Savoy Homan, Selasa, (30/11). 

Baca juga : PNS Diganti Robot: Ambisi Jokowi demi Digitalisasi Birokrasi

Agus mengatakan, untuk mengantisipasi gempuran teknologi adalah dengan kompetensi. Jadi, ASN harus unggul dan smart. "AI ini kita sebut sebagai akselerasi transformasi ASN, supaya kita cepat lari kencang karena di belakang kita teknologi digital cukup pesat. Nah sebagai ASN harus terus beradaptasi dengan teknologi," katanya.

Strategi lain menghadapi gempuran teknologi, menurut Agus, dengan menghilangkan ego sektoral. Alasan ini memang klasik tapi harus mendapat perhatian bersama. Yakni mulai lah berkolaorasi dengan semua pihak. 

"Kita adalah merah putih. Jadi kolaborasi itu adalah pintu atau kunci para ASN bisa menyelesaikan permasalahan yang ada, termasuk gempuran teknologi dan AI," katanya.

Soal pekerjaan ASN akan tergantikan dengan mesin atau robot, Agus membantahnya. Sebab, tidak semua pekerjaan bisa digantikan dengan mesin atau robot. Artinya ada kompetensi manusia yang tidak bisa digantikan oleh teknologi.

"Bukan dalam arti dengan AI ini ASN tidak kepakai lagi, tapi dengan bantuan teknologi pekerjaan akan lebih cepat," katanya.

Misalnya, kata dia, awalnya satu pekerjaan dikerjakan oleh lima orang, tapi dengan teknologi pekerjaan itu bisa hanya dilakukan satu orang.

 

Robot ASN - (Republika)

 

 

Gempuran teknologi

Untuk mengantisipasi gempuran teknologi, kata dia, para ASN harus meningkatkan kompetensinya. Saat ini, setiap lembaga dan kementerian harus memiliki standar kompetensi teknis. 

Selain itu, kata dia, pihaknya sudah menyiapkan program dan kebijakan untuk meningkatkan kompetensi ASN. Misalnya dengan ASN unggul, Smart ASN, dan lainnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Puslatbang PKASN, Hari Nugraha S.E., M.P.M. Menurutnya, AI tidak serta merta akan menggantikan ASN dengan mesin.

"Soal AI, saya melihatnya lebih diterjemahkan dalam proses percepatan pengembangan kompetensi atau SDM. Hal ini pun tidak secara spesifik langsung berdampk ke pekerjaan ASN," kata Hari.

Jadi, kata dia, AI itu bagaimana mengemas sebuah proses yang sifatnya digital. ASN, tinggal masuk ke aplikasi. Mengembangkan.

"Dengan aplikasi tersebut pola kerja ASN berubah, mereka tetap bisa bekerja dimanapun," katanya. 

Terkait merit sistem, menurut Hari, sistem ini untuk menyelenggarakan pengembangan komptensi ASN yang terukur. "Merit sistem itu kita berasumsi mengisi jabatan lebih obeyktif. Itu yg pertama. Kan perlu kepastian ASN itu unggul dari kopetensi yang dia punyai dan kinerja. Dua hal itu yg kita ukur," katanya.

Menurutnya, kalau suatu daerah sudah punya merit sistem tidak usah ada seleksi jabatan karena pegawainya sudah ada ukurannya. Mereka mempunyai formulasi jadi tinggal memasukan ke jabatan yang dibutuhkan. 

 
Berita Terpopuler