Patung Unta Saudi Lebih Tua dari Stonehenge

Patung unta ini jauh lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya.

M. Guagnin & G. Charloux via smithsonianmag
Karya patung unta di Saudi yang diyakini lebih tua dari Piramida Giza.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Serangkaian patung dari batu berbentuk unta raksasa ditemukan di provinsi barat laut Al-Jawf, 2018 lalu. Penemuan yang dilakukan oleh arkeolog ini seolah membuka kisah khusus dalam prasejarah Arab Saudi.

Hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science awal bulan September ini, diperkirakan patung-patung itu bisa berusia antara 7.000 hingga 8.000 tahun. Patung batu kuno Arab Saudi berfungsi sebagai pengingat waktu di masa lampau, ketika wilayah gurun yang kita kenal sekarang sebagian besarnya terdiri dari danau dan padang rumput.

Ekosistem yang subur, ditopang oleh curah hujan yang berlebihan yang diterimanya selama zaman Holosen, menjadikannya sebagai rumah bagi nenek moyang manusia dan satwa liar yang kemiripannya mereka ukir di sisi tebing.

Semula, mengingat para arkeolog tidak dapat mendeteksi bahan organik apa pun untuk diambil sampel dan dipelajari, mereka lantas mendasarkan perkiraan usia relief ini serupa dengan yang ditemukan di kota Petra. Akibatnya, batu kuno ini diyakini berusia sekitar 2.000 tahun.

Namun, sebuah studi yang lebih mutakhir menunjukkan sesuatu yang sangat berbeda. Setelah mempelajari beragam hal, seperti pola erosi, tanda alat dan keberadaan tulang binatang yang digali di situs terdekat, tim peneliti Eropa dan Timur Tengah menyimpulkan patung unta ini jauh lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya.

Dilansir di Big Think, Rabu (1/12), beberapa penelitian sebelumnya memiliki kecurigaan yang sama. Tetapi, mereka tidak dapat memberikan bukti yang diperlukan untuk mengkonfirmasinya.

Tahun lalu, arkeolog Prancis yang awalnya menemukan patung-patung di Al-Jawf, Guillaume Charloux, memperkirakan temuan itu bisa menjadi bagian dari tradisi seni cadas Neolitik, yang lebih tua dan lebih luas. Hal ini dtandai dengan penggambaran unta yang naturalistik dan seukuran aslinya. Satu-satunya perbedaan adalah temuan di Al-Jawf sedikit lebih tiga dimensi.

Dipimpin oleh Charloux bersama arkeolog Maria Guagnin, sebuah tim diturunkan untuk mencoba melihat apakah usia tamuan ini bisa ditentukan melalui 'studi teknologi' yang memberikan hasil mutlak.

Semangat ini muncul dari inspirasi gagasan yang menyebut batu unta ini kemungkinan merupakan sebuah terobosan artistik. Mereka pun menggunakan berbagai alat ukur untuk menentukannya.

Setelah terpapar beragam unsur dan cuaca selama ribuan tahun, artefak ini berada dalam kondisi yang sangat buruk dan menyulitkan proses penelitian. Para arkeolog lantas menggunakan penanggalan optically stimulating luminescence (OSL) untuk menelusuri kembali proses erosi, kembali ke titik waktu ketika posisi unta kurang lebihnya masih belum banyak tersentuh.

Untuk menjalankan analisis ini, gambar yang sangat detail harus banyak diproduksi. Patung-patung ini difoto beberapa kali sehari, karena posisi matahari sangat mempengaruhi jarak pandang. Para arkeolog juga memotret patung-patung di malam hari menggunakan cahaya buatan, memberi mereka data tambahan untuk dikerjakan.


Baca Juga

Selama tahap ini, proyek penelitian ini ternyata menemukan kejutan lainnya. Mereka menemukan bukan hanya satu atau dua patung unta, tapi ada tujuh patung batu unta seukuran aslinya yang hampir pudar.

Dengan menyisir tumpukan puing-puing yang telah disingkirkan oleh buldoser, para arkeolog juga menemukan dua relief skala kecil dan dua yang terfragmentasi.

Sejumlah alat ukur lain digunakan untuk menguji hipotesis mereka. Selain OSL, mereka juga menggunakan spektrometri fluoresensi sinar-X untuk menguji pahatan dan kandungan bahan kimia mangan yang dapat terurai. Lithics yang ditemukan di situs terdekat juga diberi tanggal, termasuk juga sejumlah tulang yang ada.

Biasanya, kerangka diberi tanggal berdasarkan jumlah kolagen tulang yang dikandungnya. Namun, mengingat kondisi kolagen yang kurang terpelihara di lingkungan gurun, para arkeolog memilih menguji mineral bioapatit dan karbonat hidroksiapatit sebagai gantinya.

Dari hasil penelitian dan proses panjang tersebut, mereka menentukan usia tamuan ini sekitar 7.000 dan 8.000 tahun. Selain menentukan usia pahatan, pengukuran ini juga mengajarkan para arkeolog tentang orang-orang yang mengukirnya dan tujuan sosial dari pahatan tersebut.

Setelah menganalisis situs secara langsung, para ahli menyimpulkan setiap pembuatan patung batu unta harus membutuhkan waktu antara 10 dan 15 hari.

Mengingat ukuran patung, tampaknya mereka tidak dapat diselesaikan tanpa adanya perancah. Lingkup pengerjaan kreatif ini, dari waktu yang dibutuhkan hingga jenis alat yang terlibat, menunjukkan keberadaannya pasti memiliki tujuan penting.

Ide ini didukung oleh desain patung-patung itu sendiri, yang seolah-olah menceritakan sebuah kisah khas bagi komunitas yang menciptakannya.

"Pertambahan berat badan dan referensi ke musim kawin di relief unta menunjukkan, mereka mungkin secara simbolis terhubung ke siklus tahunan musim hujan dan kemarau di mana perubahan biologis ini terjadi dan berkaitan," kata Guagnin yang juga menjabat sebagai juru bicara Institut Max Planck.

Meskipun patung-patung itu penting dan dipelihara oleh generasi pemukim di sekitarnya, namun tujuan pasti mereka baik dari sisi agama atau komunal disebut masih belum jelas.

“Salah satu fungsi situs seni cadas secara umum tidak hanya simbolisme dan kepercayaan aktual yang mungkin terkait dengan citra masyarakat. Ini adalah cara untuk menandai ruang, tempat kita datang untuk bertemu,” lanjutnya.

Meskipun pemukiman prasejarah di semenanjung Arab jarang, sporadis, serta sering bersifat sementara, patung batu unta di Al-Jawf menunjukkan ada lebih banyak pemukim awal daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Mengutip para arkeolog, penelitian di tempat pertemuan simbolis ini mungkin lebih kuno, daripada gabungan Stonehenge dan Piramida Giza. Hal ini membawa wawasan baru tentang gambaran masyarakat dan seremonial yang kompleks dari periode prasejarah di Arabia utara.

 
Berita Terpopuler