Rekomendasi IDAI Jelang Sekolah Tatap Muka Februari 2022

IDAI memandang kembali ke sekolah secara aman harus menjadi prioritas utama.

ANTARA/Arif Firmansyah
Tanda jaga jarak dipasang pada setiap meja siswa di sekolah menjelang uji coba pembelajaran tatap muka (ilustrasi).
Rep: Dian Fath Risalah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengatakan sekolah tatap muka pada Januari 2022 tetap berlangsung di tengah munculnya varian Omicron. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan rekomendasi terkait pembukaan sekolah, dengan pemutakhiran pada Ahad (28/11).

Baca Juga

Dalam rekomendasi yang ditandatangani Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) itu, IDAI memandang anak akan mendapatkan lebih banyak manfaat dari pembelajaran tatap muka. Upaya untuk kembali ke sekolah secara aman harus menjadi prioritas utama semua pihak.

IDAI merekomendasikan vaksinasi sebagai salah satu strategi pencegahan. Vaksinasi dijadikan sebagai salah satu syarat untuk anak mengikuti pembelajaran tatap muka. Dengan begitu, anak lebih terlindungi saat melakukan aktivitas bersama.

Selanjutnya, penggunaan masker secara benar direkomendasikan mulai anak berusia 2 tahun ke atas. Masker wajib dikenakan saat berkegiatan di dalam ruangan. Jarak antar siswa saat berada di dalam kelas pun minimal 1,8 meter dengan tetap mengerjakan protokol kesehatan secara disiplin.

Selain itu, strategi pencegahan secara berlapis harus dikerjakan oleh semua stakeholders. Pencegahan yang dilakukan antara lain dengan cara skrining sebelum masuk ke dalam lingkungan sekolah, memperbaiki ventilasi di dalam ruangan atau menggunakan hepa filter, cuci tangan dan etika batuk.

Semua pihak diminta disiplin untuk tetap berada di rumah saat sakit dan melakukan tes usap terhadap SARS-CoV-2 jika terindikasi, contact tracing dikombinasi dengan karantina dan isolasi terhadap warga sekolah yang terpapar, uji petik secara berkala, serta protokol kebersihan dan desinfeksi khususnya pasca penutupan sekolah saat terdapat cluster sekolah

"Semua warga sekolah, baik siswa, guru dan staf yang menunjukkan tanda dan gejala infeksi harus dirujuk atau memiliki akses ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan uji diagnosis (tes usap) atau pun perawatan sesuai indikasi," kata Piprim sepereti yang tertulis dalam rekomendasi IDAI, dikutip Selasa (30/11).

Kemudian, dalam rekomendasi IDAI, menyarankan agar pedoman lokal yang digunakan masing-masing sekolah menekankan pada strategi pencegahan secara berlapis dan konsisten, guna melindungi siswa, guru, staf, dan keluarga demi mendukung keberlangsungan pembelajaran tatap muka.

Pemerintah dan pemangku kebijakan juga harus menyiapkan dashboard data yang lengkap mengenai transmisi lokal, cakupan vaksinasi, hasil uji petik dan adanya outbreak atau cluster. Data ini dapat membantu pengambilan keputusan mengenai keberlangsungan sekolah tatap muka serta protokol kesehatan dan strategi pencegahan yang harus dilakukan.

 

Hal terpenting lainnya adalah, perilaku disipilin dalam menjalankan protokol kesehatan harus dicontohkan oleh staf pengajar dan perangkat sekolah kepada murid-muridnya. Misalnya pemakaian masker, menghindari kerumunan."Karena sekolah-sekolah di daerah guru-guru nya masih banyak yang mengabaikan pemakaian masker,sehingga murid-murid juga ikut mencontoh," kata Piprim.

 
Berita Terpopuler