Mengapa Varian Botswana Picu Kekhawatiran Ilmuwan?

Varian Botswana dikenal juga dengan varian B.1.1.529.

Pixabay
Virus corona (ilustrasi). Varian B.1.1.529 pertama kali muncul di Botswana. Varian baru itu memicu kekhawatiran para ilmuwan.
Rep: Adysha Citra Ramadani, Rr Laeny Sulistyawati, Rizki Jaramaya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Varian B.1.1.529 atau varian Botswana saat ini telah ditemukan di enam negara Afrika Selatan dan Hong Kong. Varian baru ini memicu kekhawatiran karena memiliki mutasi yang sangat banyak pada bagian spike protein-nya.

Seperti julukannya, varian B.1.1.529 pertama kali ditemukan di Botswana. Sejauh ini, baru ada 10 kasus varian B.1.1.529 yang ditemukan melalui sekuensing genomik.

Baca Juga

Sebanyak tiga kasus ditemukan di Botswana, enam lainnya di Afrika Selatan. Satu kasus terdeteksi di Hong Kong di mana pasien baru saja kembali dari Afrika Selatan.

Berdasarkan penelitian, varian B.1.1.529 memiliki 32 mutasi pada bagian spike protein. Mutasi-mutasi ini dapat memengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi sel, menyebar, dan menghindari sel imun.

"Mutasi spike yang sangat amat tinggi mengindikasikan bahwa ini dapat menjadi kekhawatiran nyata," jelas ahli virologi Dr Tom Peacock dari Imperial College London, seperti dilansir The Guardian.

Menurut Dr Peacock, karena memiliki banyak mutasi, varian B.1.1.529 perlu dipantau dengan ketat. Terlepas dari itu, Dr Peacock berharap varian ini tidak memicu timbulnya klaster baru yang menular dengan mudah.

"Saya harap seperti itu kasusnya," ungkap Dr Peacock.

Covid-19 Incident Director dari UK Health Security Agency Dr Meera Chand mengatakan, merupakan hal yang alami bila virus sering bermutasi secara acak. Ketika mutasi terjadi, biasanya akan diikuti oleh kemunculan sedikit kasus baru.

"Semua varian yang menunjukkan bukti bahwa bisa menyebar cepat akan dipantau," jawab Dr Chand.

Profesor di bidang mikrobiologi klinis dari Cambridge University Ravi Gupta mengatakan, dua dari mutasi pada varian B.1.1.529 dapat meningkatkan kemampuan virus menginfeksi manusia dan menjadi lebih sulit dikenali antibodi. Hal ini dinilai mengkhawatirkan.

"Tetapi, yang belum diketahui dari sifat kunci virus adalah tingkat penularannya," kata Gupta.

Kasus pertama varian B.1.1.529 ditemukan di Botswana pada 11 November. Tiga hari kemudian, varian ini juga terdeteksi di Afrika Selatan.

Satu kasus di Hong Kong mengenai seorang laki-laki berusia 36 tahun yang baru melakukan perjalanan ke Afrika Selatan. Sebelum terbang dari Hong Kong ke Afrika Selatan, tes PCR laki-laki tersebut menunjukkan hasil yang negatif.

Baca juga : Kemenkominfo: Hoaks Covid-19 Paling Banyak di Facebook

Laki-laki tersebut berada di Afrika Selatan mulai dari 22 Oktober 2021 sampai 11 November 2021. Saat kembali pulang ke Hong Kong, tes PCR laki-laki tersebut juga menunjukkan hasil negatif.

Saat kembali menjalani tes PCR selama karantina, hasilnya sebaliknya. Pria itu terkonfirmasi positif Covid-19 pada 13 November 2021.

Kecil, tapi mengkhawatirkan

Ilmuwan Afrika Selatan pada Kamis (25/11) telah mendeteksi kasus varian B.1.1.529 dalam jumlah kecil. Varian baru itu dianggap mengkhawatirkan karena dapat membantu menghindari respons imun tubuh sehingga lebih menular.

Tanda-tanda awal dari laboratorium diagnostik menunjukkan, varian B.1.1.529 telah meningkat pesat di Provinsi Gauteng yang paling padat penduduknya. Kemungkinan, varian baru itu sudah menyebar di delapan provinsi lainnya di Afrika Selatan.

Sementara itu, para ilmuwan meyakini bahwa sebanyak 90 persen kasus baru di Gauteng merupakan varian baru B.1.1.529. Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) melaporkan 2.465 kasus baru Covid-19.

NICD tidak mengaitkan infeksi baru Covid-19 dengan varian B.1.1.529. Namun, beberapa ilmuwan lokal terkemuka menduga varian baru menjadi penyebab kenaikan kasus di Afrika Selatan.

Afrika Selatan telah mengonfirmasi sekitar 100 spesimen sebagai varian B.1.1.529. Varian ini juga telah ditemukan di Botswana dan Hong Kong. Kasus di Hong Kong berasal dari seorang pelancong Afrika Selatan.

"Meskipun datanya terbatas, para ahli kami bekerja lembur dengan semua sistem pengawasan yang ada untuk memahami varian baru dan apa implikasi potensialnya," kata NICD dalam sebuah pernyataan.

Afrika Selatan telah meminta pertemuan mendesak dari kelompok kerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang evolusi virus untuk membahas varian baru pada Jumat (26/11). Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan, masih terlalu dini untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat sebagai tanggapan terhadap varian baru tersebut.

Tahun lalu, Afrika Selatan adalah negara pertama yang mendeteksi varian beta. Ini adalah satu dari empat varian yang masuk dalam daftar pengawasan khusus oleh WHO karena ada bukti bahwa varian beta lebih menular, namun perlindungan yang diberikan vaksin tidak dapat melawannya.
 

 
Berita Terpopuler