Pakar Kaji Implikasi Varian Baru Covid-19 di Afrika Selatan

Varian baru diyakini menjadi penyebab kenaikan kasus Covid-19 di Afrika Selatan.

Pixabay
Ilustrasi virus corona. Pakar meyakini bahwa sebanyak 90 persen kasus baru di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan merupakan varian baru B.1.1.529.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Ilmuwan Afrika Selatan pada Kamis (25/11) telah mendeteksi varian baru Covid-19 dalam jumlah kecil.
Varian yang disebut B.1.1.529 itu memiliki konstelasi yang sangat tidak biasa, dan mengkhawatirkan karena dapat membantu menghindari respons imun tubuh sehingga lebih menular.

Tanda-tanda awal dari laboratorium diagnostik menunjukkan, varian tersebut telah meningkat pesat di Provinsi Gauteng yang padat penduduk. Varian baru itu kemungkinan sudah menyebar di delapan provinsi lainnya di Afrika Selatan.

Baca Juga

Sementara itu, para ilmuwan meyakini,sebanyak 90 persen kasus baru di Gauteng merupakan varian baru B.1.1.529. Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) melaporkan 2.465 kasus baru Covid-19.

NICD tidak mengaitkan infeksi baru Covid-19 dengan varian baru. Namun, beberapa ilmuwan lokal terkemuka menduga varian baru menjadi penyebab kenaikan kasus di Afrika Selatan.

Afrika Selatan telah mengonfirmasi sekitar 100 spesimen sebagai varian B.1.1.529. Varian ini juga telah ditemukan di Botswana dan Hong Kong. Kasus di Hong Kong berasal dari seorang pelancong dari Afrika Selatan.

"Meskipun datanya terbatas, para ahli kami bekerja lembur dengan semua sistem pengawasan yang ada untuk memahami varian baru dan apa implikasi potensialnya," kata NICD dalam sebuah pernyataan.

Afrika Selatan telah meminta pertemuan mendesak dari kelompok kerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang evolusi virus untuk membahas varian baru pada Jumat (26/11). Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan, masih terlalu dini untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat sebagai tanggapan terhadap varian baru tersebut.

Tahun lalu, Afrika Selatan adalah negara pertama yang mendeteksi varian beta. Ini adalah satu dari empat varian yang masuk dalam daftar pengawasan khusus oleh WHO karena ada bukti bahwa varian tersebut lebih menular dan perlindungan yang diberikan vaksin tidak dapat melawannya.

 
Berita Terpopuler