Kasus Meningkat, Eropa Jadi Pusat Pandemi Lagi?

Pemerintah mendesak warga Jerman untuk berpartisipasi dalam vaksinasi Covid-19.

AP/Michael Sohn
Orang-orang mengantre di depan pusat vaksinasi di pasar malam Kota di Berlin, Jerman, Senin, 15 November 2021.
Rep: Rizky Jaramaya/Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, Kamran Dikarma, Rizky Jaramaya

Baca Juga

BERLIN -- Jerman mencatatkan 100 ribu kematian akibat Covid-19 pada Kamis (25/11). Saat ini negara tersebut tengah menghadapi gelombang keempat virus corona yang mulai menggoyahkan sistem kesehatan di sana.

Menurut Robert Koch Institute, selama 24 jam terakhir, Jerman melaporkan 351 kematian baru akibat Covid-19. Dengan demikian, total korban meninggal sejak awal pandemi mencapai 100.119 jiwa. Jerman juga mencatatkan 79.051 kasus baru Covid-19. Total kasus yang sudah tercatat di sana sebanyak 5,6 juta.

Peningkatan kasus baru Covid-19 di Jerman sudah terjadi sejak awal Oktober lalu. Kepala German Interdisciplinary Association for Intensive Care and Emergency Medicine Gernot Marx mengungkapkan, sejumlah rumah sakit di sana sudah menghadapi “kelebihan beban akut” akibat lonjakan pasien baru Covid-19. Sejumlah pasien akhirnya terpaksa dirujuk atau dipindahkan ke luar negeri.

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan peningkatan pesat kasus baru Covid-19 di negaranya dapat membuat semua warga yang tak divaksinasi terinfeksi virus corona pada akhir musim dingin. Dengan skenario seperti itu, angka kematian akibat Covid-19 di sana masih akan meningkat.

Spahn mendesak warga Jerman untuk berpartisipasi dalam vaksinasi Covid-19. Mereka yang sudah divaksinasi lengkap enam bulan lalu, disarankan memperoleh dosis booster. “Pada akhir musim dingin ini, hampir semua orang di Jerman, akan divaksinasi, sembuh, atau meninggal (akibat Covid-19),” kata Spahn kepada awak media di Berlin pada Senin (22/11).

Dia mengakui, beberapa kalangan memandang prediksi tersebut sebagai sinis. “Tapi itu benar. Dengan (Covid-19) varian Delta yang sangat menular, ini sangat, sangat mungkin, dan itulah mengapa kami sangat merekomendasikan vaksinasi,” ujar Spahn.

Ia berharap Uni Eropa dapat menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 pada anak-anak-anak akhir pekan ini. Anak-anak usia sekolah memiliki tingkat infeksi tertinggi di Jerman. Menurut Spahn, Uni Eropa akan mulai mengirimkan vaksin yang disesuaikan untuk anak-anak pada 20 Desember. Jerman, untuk gelombang awal, akan menerima 2,4 juta dosis.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, Eropa kembali menjadi pusat pandemi. Sejumlah negara mencatat lonjakan kasus dan kematian akibat Covid-19. Sementara, sistem perawatan kesehatan mulai kewalahan.

Total kematian akibat Covid-19 di Eropa bisa mencapai 2,2 juta pada musim dingin. Jika kasus Covid-19 di Eropa terus meningkat, WHO memprediksi jumlah kematian pada 1 Maret 2022 dapat mencapai 700 ribu, selain 1,5 juta orang yang telah meninggal akibat virus tersebut.

 WHO juga memperkirakan, saat ini hingga 1 Maret 2022 sistem kesehatan di 49 dari 53 negara Eropa berada di bawah tekanan tinggi, terutama di unit perawatan intensif (ICU). Eropa kembali menjadi pusat pandemi Covid-19, karena penyerapan vaksin yang lamban di beberapa negara, varian Delta yang sangat menular, cuaca yang lebih dingin, dan pelonggaran pembatasan.

Menurut data WHO, kematian terkait Covid-19 di wilayah Eropa dari 53 negara meningkat minggu lalu menjadi hampir 4.200 per hari. Jumlah tersebut dua kali lipat dari 2.100 kematian per hari pada akhir September.

Sementara itu, Austria kembali menerapkan karantina nasional skala penuh, untuk menahan laju infeksi virus korona yang meroket. Penguncian berlaku mulai Senin (22/11), ketika Austria mencatat kenaikan rata-rata kematian harian sebanyak tiga kali lipat.

Dilansir Aljazirah, Selasa (23/11) sistem kesehatan Austria mulai kewalahan. Rumah sakit di negara bagian yang terkena dampak parah memperingatkan bahwa, unit perawatan intensif mereka telah mendekati kapasitas puncak.

Lockdown akan berlangsung setidaknya 10 hari, tetapi dapat diperpanjang hingga 20 hari. Karantina ini menjadikan Austria sebagai negara Eropa Barat pertama yang memberlakukan kembali penutupan penuh sejak vaksin Covid-19 tersedia secara luas.

Pemerintah Austria menetapkan bahwa seluruh warga tidak boleh meninggalkan rumah, kecuali untuk alasan tertentu seperti membeli bahan makanan, pergi ke dokter, atau berolahraga. Sementara pertokoan nonesensial ditutup, dan warga Austria diminta bekerja dari rumah jika memungkinkan.

Sejauh ini, kurang dari 66 persen dari 8,9 juta orang Austria telah menerima vaksinasi lengkap. Sejauh ini, tingkat vaksinasi di Austria menjadi salah satu yang terendah di Eropa Barat.

Austria menetapkan mandat vaksinasi pada 1 Februari sebagai upaya untuk mengurangi tingkat penularan. Hal ini menjadikan Austria sebagai negara Eropa pertama yang menjadikan vaksinasi Covid-19 sebagai persyaratan. Pemerintah mengatakan, warga yang tidak mematuhi mandat vaksinasi akan menghadapi denda.

Kanselir Austria Alexander Schallenberg meminta maaf kepada semua warga yang telah divaksinasi. Schallenberg mengatakan, sangat tidak adil bahwa mereka yang sudah divaksinasi harus menderita di bawah aturan penguncian.

 

 

 
Berita Terpopuler