Prancis Tawarkan Jet Tempur Rafale ke Indonesia

Setelah gagal jual kapal selam ke Australia akibat AUKUS, Prancis membidik Indonesia

EPA-EFE / PHILIPPE LOPEZ
Staf berdiri di dek di samping jet tempur Rafale di kapal induk Prancis Charles de Gaulle di laut, di lepas pantai kota Hyeres, Prancis, 23 Januari 2020. Setelah gagal jual kapal selam ke Australia akibat AUKUS, Prancis membidik Indonesia.
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis akan mencoba untuk memperdalam hubungan dengan kawasan Indo-Pasifik untuk mengimbangi hilangnya kesepakatan pertahanan strategis dengan Australia pada September lalu. Hal ini disampaikan saat Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian berkunjung ke Indonesia.

Paris menuduh sekutu-sekutunya menusuk dari belakang ketika Australia memilih membangun sendiri kapal selam berkekuatan nuklir dengan teknologi dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Akibatnya Australia membatalkan kesepakatan pembelian kapal selam dari Prancis senilai miliaran dolar.

Canberra terus maju dengan aliansi trilateral Australia-AS-Inggris yang disebut AUKUS. Negeri Kanguru beralasan kerja sama pertahanan ini penting untuk menangkal ancaman China di kawasan.

Kemitraan Prancis dengan Australia pada 2016 dianggap menjadi batu lompatan pada kebijakan di Indo-Pasifik. Sejak kehilangan kesepakatan itu, Paris memperkuat hubungan dengan Jepang, India, dan Vietnam.

"Kunjungan ini menegaskan kembali komitmen Prancis pada Indo-Pasifik, dan mengintesifkan hubungan dengan Indonesia," kata sumber diplomatik Prancis sebelum kunjungan Jean-Yves Le Drian selama dua hari di Jakarta, Selasa (23/11).

Kunci mengembangkan hubungan itu adalah dengan mempererat kerja sama militer. Indonesia ingin memperkuat kemampuan pertahanannya termasuk kemungkinan membeli kapal selam, kapal tempur, dan kapal perang di tengah memanasnya ketegangan di Laut China Selatan dengan China.

Dilansir Reuters, Prancis sudah bernegosiasi dengan Indonesia selama beberapa bulan untuk menjual 36 pesawat tempur Rafale. Pada Juni mereka menandatangani letter of intent meski para pejabat tidak yakin kesepakatan sudah dicapai sebelum akhir tahun karena masalah finansial.

"Prancis melipatkangandakan hubungan dengan Indo-Pasifik yang lain, termasuk Indonesia, dalam arti untuk mengimbangi kehilangan Australia," kata seorang diplomat Indo-Pasifik.

Dalam video kunjungannya ke Indonesia, Le Drian menekankan kemarahan Prancis pada Australia. Ia menguraikan strategi Indo-Pasifiknya dengan menyebut banyak negara di kawasan kecuali Australia.

Sebelum membidik Indonesia, Prancis sudah lebih dulu mengunci kesepakatan pembelian jet Rafale dengan India. Pekan lalu Duta Besar Prancis untuk India Emmanuel Lenain mengatakan 36 pesawat tempur Rafale produksi Dassault Aviation sudah dikirimkan ke India.

Enam pesawat lagi akan diserahkan pada April 2022 sesuai dengan kesepakatan antar-pemerintah lima tahun yang lalu. Ia mengatakan menjadi kebanggaan bagi Prancis meski pandemi Covid-19 memaksa pabrik-pabrik ditutup tapi Paris dapat mengirimkan pesawat-pesawat tempur itu tepat waktu.

"Di Prancis, tim harus bekerja dengan jam kerja tambahan. Mereka kerja hingga larut malam dan terkadang akhir pekan untuk memenuhi komitmen. Itulah apa arti kepercayaan," ungkapnya.

"Hingga hari ini 29 (pesawat) sedang diangkut ke India dan 30 lainnya sudah dikirimkan ke India. Kami menepati waktu dan kami akan mencapai target dengan mengirimkan 36 pesawat pada April tahun depan," kata Lenain.

Menurutnya sudah puluhan tahun India dan Prancis bekerja sama di bidang pertahanan. Pesawat-pesawat tempur itu diserahkan ke Angkatan Udara India di Prancis lalu diterbangkan ke India. Gelombang pertama yang berisi lima pesawat Rafale dikirimkan ke India pada 29 Juli tahun lalu.

Pada 2016 lalu India dan Prancis menandatangani kesepakatan antar-pemerintahan. Paris sepakat menjual 36 pesawat tempur Rafale ke New Delhi.

Kesepakatan ini memicu kritik dari oposisi terutama Kongres yang menuduh adanya penyimpangan. Pemerintah pusat India berulang kali membantah adanya penyimpangan dalam pembelian pesawat tempur multi-peran.

Prancis menyelidiki laporan Mediapart yang mengungkapkan adanya faktur palsu yang digunakan Dassault Aviation membayar komisi sebesar 7,5 juta euro pada calo demi mengamankan kesepakatan Rafale dengan India. Lenain menolak memberi komentar mengenai laporan Mediapart. Pidato Lenain disampaikan saat ia mengunjungi kapal destroyer Prancis, Chevalier Paul, yang tiba di Mumbai pada Kamis (18/11) lalu.

Chevalier Paul merupakan kapal destroyer kelas Horizon yang saat ini ditugaskan di Laut Hindia sebagai bagian operasi militer Prancis di kawasan. Lenain mengatakan pertahanan merupakan pilar penting hubungan Prancis-India dan kedua negara sudah bekerja sama selama puluhan tahun.

"(Pelabuhan kapal di Mumbai) menjadi simbol yang baik pada komitmen bersama kami untuk memastikan keamanan dan kebebasan navigasi di kawasan Indo-Pasifik," katanya.

 
Berita Terpopuler