Pandemi Covid-19 Ubah Pola Pikir Wisatawan

Pandemi membuat wisatawan tak lagi bisa berangkat liburan secara mendadak.

ANTARA /Aditya Pradana Putra
Sejumnlah wisatawan mengunjungi Kawah Sikidang di Dataran Tinggi Dieng, Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021). Pandemi membuat wisatawan luar harus menyiapkan anggaran ekstra untuk memenuhi syarat melakukan perjalanan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat. Pola pikir wisatawan dalam mempersiapkan perjalanan pun turut berubah.

Baca Juga

"Ketika konsumen sudah berniat membeli tiket, mereka sudah berpikir persiapan yang lain," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Anton Sumarli, saat dihubungi Antara, Selasa.

Di luar agenda wisata, menurut Anton, wisatawan juga melakukan persiapan lainnya, meliputi biaya tes antigen atau PCR sebagai syarat perjalanan transportasi yang dipilih oleh konsumen. Biaya untuk karantina mandiri bila bepergian dari luar negeri pun menjadi bagian dari pertimbangan ketika menyusun rencana pelesir.

Kini, menurut Anton, konsumen telah terbiasa dengan gaya wisata baru tersebut. Ia mengatakan, mau tidak mau, ada biaya ekstra yang membuat bajet wisata menjadi lebih besar dibandingkan sebelum pandemi.

"Mindset wisatawan sekarang juga berubah, orang-orang sudah tahu kalau mau traveling pasti ada biaya lebih," kata dia.

Pola pikir tersebut, menurut Anton, berbeda dari masa sebelum pandemi Covid-19. Kala itu, wisatawan bisa memutuskan untuk bepergian secara mendadak jelang akhir pekan asalkan mendapatkan tiket ke destinasi yang diinginkan.

Pandemi Covid-19 mengarahkan pelancong untuk terbiasa menjalankan persiapan lebih matang sebelum berangkat karena mereka harus memenuhi syarat-syarat perjalanan terlebih dahulu. Setelah melewati level-level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berbeda sepanjang pandemi, Anton menilai, penerapan PPKM level 3 pada libur panjang Natal dan tahun baru tidak akan berdampak terlalu besar karena masyarakat sudah terbiasa.

Hanya saja, kejadiannya akan berbeda andaikan nanti yang diterapkan ternyata pembatasan yang lebih ketat. Adaptasi wisatawan di era kenormalan baru juga terbantu oleh peran vaksinasi Covid-19 yang masih terus digalakkan serta biaya tes usap PCR yang sudah lebih murah dibandingkan awal pandemi.

"Itu juga saya rasa boleh dikatakan cukup membantu, sesuai harapan dan "tidak menghalangi" untuk bepergian karena mereka sudah tahu ada cost untuk bepergian, yang harus dikeluarkan seperti kewajiban PCR dan antigen."

 
Berita Terpopuler