Ujian Sesungguhnya Kebangkitan Arsenal

Kesabaran dan tidak kehilangan fokus menjadi kunci Arsenal keluar dari periode buruk.

EPA-EFE/TIM KEETON
Pelatih Arsenal, Mikel Arteta.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dalam tiga musim terakhir, Arsenal dan Liverpool seolah mengambil arah yang berbeda. Sementara the Reds terus menancapkan kukunya di papan atas kompetisi domestik dan Eropa, the Gunners malah makin tenggelam.

Kepergian Arsene Wenger pada 2018 benar-benar memukul klub asal London Barat itu. Kegagalan mengamankan tiket tampil di kompetisi Eropa pada musim lalu terasa makin getir saat menilik penampilan the Gunners pada awal musim ini.

Arsenal menjadi bulan-bulanan kritik, jika tidak mau disebut cemoohan, tidak hanya dari berbagai pengamat sepak bola apalagi dari fan-fan klub lain. Tiga pekan pertama Liga Primer Inggris awal musim ini menjadi periode yang begitu berat buat suporter Arsenal. Kekalahan beruntun diderita tim besutan Mikel Arteta itu.

Belum lagi dengan jumlah kebobolan yang mencapai total sembilan gol, tanpa bisa mencetak satu gol pun, di tiga laga tersebut. Selama periode tersebut, kekecewaan terbesar tentu saat the Gunners dibungkam tim promosi, Brentford, 0-2, di laga pembuka.

Penderitaan semakin panjang saat Arsenal menghadapi Chelsea dan Manchester City. Kekalahan, 0-5, dari Man City kemudian mengantarkan Arsenal menjadi juru kunci klasemen sementara, bertepatan dengan rival sekotanya, Tottenham Hotspur, mengakhiri pekan ketiga di kutub yang berbeda alias sebagai pemuncak klasemen.

Sejumlah pihak menunjuk hidung Edu selaku Direktur Olahraga Arsenal selaku biang keladi performa buruk Arsenal ini. Rencana dan kebijakan transfer yang diusung mantan penggawa Arsenal itu dinilai telah gagal.

Sementara pihak lain menyebut, ketidakmampuan Mikel Arteta dalam meramu taktik dan strategi menjadi alasan melorotnya performa the Gunners. Arteta, yang tidak pernah menduduki jabatan sebagai pelatih kepala sebuah tim, dianggap belum memiliki pengalaman memadai.

Namun, kesabaran dan tidak kehilangan fokus menjadi kunci Arsenal keluar dari periode buruk itu. Klub tersukses di pentas Piala FA itu terbukti mampu bangkit dan terlihat lebih kuat dari sebelumnya.

Sejak dibungkam Man City, Arsenal tidak mau lagi menoleh ke belakang. Pierre Emerick-Aubameyang dan kawan-kawan menjadi tim dengan catatan tidak terkalahkan terpanjang Liga Primer Inggris musim ini, dengan torehan delapan laga tidak terkalahkan.

Di delapan laga tersebut, Arsenal berhasil memetik enam kemenangan dan dua hasil imbang. Kemenangan, 3-1, di edisi perdana derbi London Utara menjadi pembalasan yang menyenangkan buat Arsenal buat Spurs terkait kondisi papan klasemen sementara pada pekan ketiga Liga Primer Inggris.

Namun, pertanyaan yang timbul, seberapa jauh Arsenal bisa terus berada di trek ini? Apakah kebangkitan ini bakal menjadi kebangkitan semu the Gunners? Jawaban awal dari pertanyaan itu rasanya bisa ditemukan pada pekan ke-12 Liga Primer Inggris, kala the Gunners menyambangi Liverpool di Stadion Anfield, Ahad (21/11) dini hari WIB.

Baca Juga

Kesuksesan yang diraih Liverpool dalam tiga musim terakhir, termasuk raihan trofi Liga Champions dan titel Liga Primer Inggris, tidak bisa dilepaskan begitu saja dari performa the Reds kala melakoni laga kandang.

Di pentas Liga Champions, Stadion Anfield menjadi kuburan buat mimpi Barcelona untuk melangkah ke partai final musim 2018/2019. Keunggulan tiga gol di leg pertama menguap saat Barcelona menyerah, 0-4, di Anfield.

Sementara di pentas Liga Primer Inggris, Liverpool tidak terkalahkan dalam sembilan laga terakhir di Anfield. Bersama Cystal Palace, Liverpool menjadi tim yang belum merasakan kekalahan di laga kandang di pentas Liga Primer Inggris musim ini.

Sementara buat Arsenal, lima lawatan terakhir ke Stadion Anfield di arena Liga Primer Inggris selalu berujung dengan kekalahan. The Gunners harus jauh menarik memorinya hingga ke paruh pertama musim 2011/2012 untuk mengingat kembali kemenangan terakhir di stadion berkapasitas 53 ribu penonton itu.

Dua gol, yang masing-masing dicetak Santi Cazorla dan Lukas Podolski, membawa Arsenal mencuri tiga angka di laga itu. Arteta, yang saat itu, masih merumput dan diturunkan sebagai starter masih ingat betapa sulitnya meraih kemenangan di Anfield.

''Selalu menjadi ujian besar saat bertandang ke Anfield. Anda harus benar-benar berada dalam kondisi terbaik dan meningkatkan standar ke level maksimal, baik secara fisik, mental, taktik, dan teknik. Jika tidak, maka Anda akan dengan mudah menelan kekalahan. Anda harus siap menderita saat tampil di sana,'' ujar Arteta seperti dikutip Sky Sports.

Kemampuan ini pula yang diharapkan Arteta dari penampilan anak-anak asuhnya di laga pertama pasca-jeda internasional ketiga pada musim ini tersebut. Bukan hanya soal mengakhiri rekor buruk di Anfield, kemenangan di laga ini juga bakal mendongkrak posisi Arsenal di papan klasemen sementara.

Bahkan, Arsenal dapat menembus empat besar dan menggeser Liverpool, yang hanya unggul dua poin. Akhirnya, lewat kemenangan atas salah satu kandidat terkuat peraih gelar Liga Primer Inggris itu dapat menjadi sinyal paling jelas soal kembalinya Arsenal di papan atas klasemen sementara, seraya membuktikan torehan tidak terkalahkan di delapan laga terakhir bukan raihan kebetulan dan kebangkitan itu bukanlah kebangkitan semu belaka.

 
Berita Terpopuler