Eropa Dihantam Covid, Austria Mulai Lockdown

Austria memiliki salah satu negara dengan tingkat vaksinasi terendah di Eropa

AP/Lisa Leutner
Vaksinasi resmi terhadap virus COVID-19 untuk anak-anak antara usia 5 dan 12 tahun dimulai hari ini di Wina, Austria, Senin, 15 November 2021.
Rep: Rizky Jaramaya, Dwina Agustin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Rizky Jaramaya, Dwina Agustin

Baca Juga

JAKARTA -- Musim dingin tahun lalu, Eropa berada dalam pergolakan wabah besar yang dipicu oleh varian Alpha. Sementara musim dingin tahun ini, Eropa harus menghadapi varian Delta.

Dr. Eva Schernhammer dari Medical University of Vienna mengatakan, belahan bumi utara semakin dingin sehingga memungkinkan varian Delta bertahan. Sementara kekebalan vaksin berkurang dan tingkat inokulasi mandek.

"Ketika musim panas semua baik-baik saja, dan jumlah kasus rendah, semuanya tanpa batasan, tetapi kemudian di (musim gugur) jumlahnya terus merayap di antara yang tidak divaksinasi, hampir secara eksklusif," ujar Schernhammer.

Schernhammer mengatakan, selain faktor cuaca, penurunan tingkat kekebalan vaksin Covid-19 juga menjadi penyumbang kenaikan kasus. Menurutnya, saat ini seluruh warga membutuhkan vakasin penguat atau booster.

"Upaya vaksinasi dimulai pada Maret tahun ini, jadi kami sekarang memiliki cukup banyak orang yang membutuhkan suntikan booster untuk memiliki kekebalan penuh," ujar Schernhammer.

Mitos dan fakta terbaru seputar Covid-19. - (Republika.co.id)

Austria memiliki salah satu negara dengan tingkat vaksinasi terendah di Eropa Barat. Austria menjadi negara Eropa pertama yang melawan peningkatan kasus dengan memberlakukan penguncian pada mereka yang tidak divaksinasi. 

Polisi Austria melakukan patroli di jalan-jalan untuk memeriksa paspor vaksin warga. Polisi mempertanyakan apakah warga yang tidak divaksinasi keluar rumah untuk alasan penting seperti pekerjaan atau belanja makanan.

 

Lockdown

Austria akan menjadi negara pertama di Eropa barat yang kembali memberlakukan lockdown atau karantina wilayah penuh Covid-19 musim gugur ini. Hal ini dikarenakan pemerintah berupaya mengatasi gelombang infeksi baru yang kian meningkat.

"Kami belum berhasil meyakinkan cukup banyak orang untuk divaksinasi," kata Kanselir Alexander Schallenberg pada konferensi pers. Dia menerangkan bahwa lockdown nasional akan dimulai pada Senin pekan depan.

Sementara, negara mewajibkan untuk semua penduduknya menerima suntikan vaksin Covid-19 pada 1 Februari tahun depan. "Menyakitkan bahwa tindakan seperti itu masih harus diambil," katanya.

Pemerintah Austria mengatakan, semua penduduk harus divaksin penuh mulai Februari mendatang. Sekitar dua pertiga populasi Austria sudah divaksin penuh terhadap Covid-19. Negara itu menjadi salah satu tingkat terendah vaksinasi di Eropa Barat sementara infeksinya termasuk yang tertinggi.

Austria memberlakukan lockdown nasional untuk semua orang yang tidak divaksin sejak Senin (15/11) lalu. Namun demikian, infeksi belakangan ini kian menimbulkan rekor baru sehingga lockdown penuh ini diterapkan kembali.

Dua provinsi yang paling parah dilanda, Salzburg dan Austria Hulu, akan memberlakukan kebijakan lockdown dengan cara mereka sendiri. Pemda pun meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk melakukan hal yang sama secara nasional yang akhirnya diwujudkan.

Pengaturan ini juga dilandaskan oleh karena pengaturan cuaca dingin di seluruh Eropa saat musim dingin mulai membayangi. Sementara itu negara Eropa lain seperti Belanda telah menerapkan kembali penguncian sebagian yang menerapkan kebijakan untuk bar dan restoran tutup pada pukul 8 malam.

Kebijakan penguncian penuh baru kanselir Austria ini turut memperdalam keretakan antara konservatif Schallenberg dan mitra koalisi mereka, sayap kiri Hijau. Schallenberg mengatakan hanya beberapa hari yang lalu bahwa dia tidak ingin memberlakukan pembatasan ekstra pada yang tidak divaksinasi bahkan ketika Menteri Kesehatan Wolfgang Mueckstein menyerukan jam malam.

 

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan datangnya gelombang baru Covid-19. Sekitar 80 persen penduduk di Inggris telah menerima vaksinasi lengkap. Tetapi peluncuran suntikan booster sangat lambat. Sejauh ini hanya sekitar seperempat orang dari total populasi yang memenuhi syarat untuk menerima dosis ketiga.

Pemerintah Inggris mengambil pendekatan yang lebih konservatif untuk suntikan penguat. Sementara jumlah kasus harian tetap tinggi, kematian dan rawat inap perlahan-lahan turun. Inggris saat ini hanya menyarankan suntikan ketiga kepada mereka yang berusia di atas 40 tahun.

Johnson mengatakan kepada warga Inggris bahwa, hal terpenting yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan Natal adalah mendapatkan suntikan booster atau mempertimbangkan untuk mendapatkan vaksinasi dosis pertama.

"Kami belum tahu sejauh mana gelombang baru ini akan berdampak. Tetapi sejarah menunjukkan bahwa kita tidak boleh berpuas diri," kata Johnson.

Inggris mencatat kasus harian sangat tinggi, yaitu rata-rata sekitar 40 ribu kasus. Pemerintah Inggris menggantungkan harapannya untuk memperluas program booster demi menyelamatkan liburan Natal dan Tahun Baru 

"Selama Natal, kita pasti akan memiliki jumlah pasien Covid-19 yang tinggi di ICU. Jika semua ingin memiliki Natal yang bebas (dari Covid-19), kita perlu banyak berinvestasi sekarang dan tidak dalam satu, dua atau tiga atau empat minggu. Salah satunya adalah suntikan booster dan yang kedua adalah meyakinkan warga untuk divaksinasi," ujar Presiden Masyarakat Pengobatan Intensif Perawatan Jerman, Christian Karagiannidis

Pada Kamis (18/11), komite penasihat vaksin Jerman merekomendasikan suntikan booster untuk semua orang yang berusia di atas 18 tahun.

 

 

 

 
Berita Terpopuler