Upaya Remake Train To Busan Versi Hollywood Tuai Protes

Sutradara asal Indonesia, Timo Tjahjanto, arahankan Train to Busan versi Hollywood.

Next Entertainment World.
Salah satu adegan di film Train to Busan.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remake film Korea Train to Busan sudah menemui kendala, bahkan sebelum proses produksi. Upaya untuk membuat versi Hollywood dari film Korea Selatan 2016 yang sukses itu telah memicu protes di media sosial.

Setelah muncul kabar pembaruan dari remake versi Amerika yang kabarnya akan berjudul Last Train to New York dan diarahkan oleh sutradara asal Indonesia Timo Tjahjanto, penggemar menyuarakan penolakan di Twitter. Hal itu membuat Train to Busan menjadi tren di Twitter.

Baca Juga

Mereka kebanyakan skeptis bahwa remake akan sebagus yang asli. Warganet pun mendesak orang untuk menonton versi aslinya saja.

"Train to Busan adalah film zombie terbaik dan juga memiliki pesan yang kuat kepada masyarakat, terlalu bagus untuk dibuat ulang, biarkan saja," tulis salah satu orang dilansir Ace Showbiz, Kamis (18/11).

"Pergi dan tonton Train to Busan karena itu adalah mahakarya dan tidak perlu dibuat ulang dalam bahasa lain untuk dinikmati," tulis penggemar lainnya.

"Train to Busan tidak membutuhkan remake. Tonton yang asli dengan subtitle, itu fantastis. Masalah terpecahkan," tulis penggemar lain.

"Train to Busan adalah film berusia empat tahun. Anda dapat menontonnya sekarang di berbagai layanan streaming. Itu ada di sana. Itu tersedia dan bagus saat ini,” tulis penggemar yang berpendapat kenapa remake tidak diperlukan untuk film itu.

"Siapa yang berani mengusulkan ini? Train to Busan sudah dibuat dan sudah bagus,” tulis kritikus.

"Train to Busan remake Amerika akan menjadi film terburuk, seperti, mungkin pernah ada," tulis orang lain mengecam rencana untuk membuat reboot.

"Train to Busan memiliki cerita yang hebat, karakter yang hebat, dan akhir yang menghancurkan hatiku. Itu sangat bagus dan bahkan keluarga saya (kebanyakan yang tidak menyukainya) menonton film asing selain. Jadi saya tidak mengerti mengapa kita membutuhkan ini,” tulis penonton lain.

"Hentikan. Berhentilah mencoba Amerikanisasi film-film Asia yang awalnya baik-baik saja. Hampir tidak berhasil. Orang-orang dapat melakukan streaming film sekarang, jadi mereka tidak terlalu perlu menonton ini, ketika Train to Busan sudah ada di Netflix," tulis lainnya.

Beberapa warganet berpikir bahwa penggemar harus memberikan kesempatan kepada Tjahjanto untuk mengerjakan proyek itu. "Kepada semua orang yang marah dengan remake Train to Busan, saya sekali lagi memohon kepada Anda untuk segera menonton The Night Comes for Us di Netflix," tulis seseorang.



"Beberapa entri horor terbaik adalah remake atau reinterpretasi. Train to Busan sangat bagus, tetapi Timo Tjahjanto telah membuktikan dirinya seorang visioner yang saya yakin memiliki perspektif yang unik. Ini bukan tentang membaca subtitle," tulis yang lain.

Menurut Deadline, Last Train to New York ditulis oleh Gary Dauberman. Tjahjanto terkenal karena film-filmnya The Night Comes for Us dan May the Devil Take You, yang keduanya tayang perdana di Fantastic Fest dan tersedia di Netflix. Dia sebelumnya menyutradarai Safe Haven, sebuah segmen pada film antologi horor V/H/S/2, Killers, Headshot, dan Portals.

 
Berita Terpopuler