Rekomendasi Dokter untuk Jaga Kesehatan Paru

Kesehatan paru semakin terasa pentingnya di tengah pandemi Covid-19.

Nova Wahyudi
Rontgen paru. Kesehatan paru bisa dijaga dengan berbagai cara.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 mengingatkan masyarakat betapa pentingnya kesehatan paru. Kesehatan paru menjadi bagian penting dalam hidup kita sehari-hari.

"Adanya pandemi bukan berarti mencegah kita untuk tetap aktif bergerak," ujar Dr dr Susanthy Djajalaksana SpP(K) saat konferensi pers dalam rangka peringatan Hari Pneumonia Sedunia dan Peringatan Hari PPOK Sedunia yang diselenggarakan oleh PPDI, Rabu (17/11).

Baca Juga

Susanthy mengatakan, kesehatan paru dapat tercapai dengan cara tetap bergerak aktif. Tips ini juga berlaku untuk pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Dengan tetap aktif bergerak, pasien PPOK dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Selain itu, Susanthy menyarankan untuk berhenti merokok.

Berhenti merokok memiliki peranan yang besar dalam mencegah terjadinya PPOK. Berhenti merokok dapat mengurangi beratnya gejala PPOK pada mereka yang sudah terdiagnosis.

Saran lainnya adalah kontrol rutin ke dokter pada mereka yang menderita PPOK. Ini diperlukan untuk meninjau kembali gejala, menilai rencana terapi, dan menyesuaikan intervensi sesuai kebutuhan.

Susanthy juga menyarankan untuk merehabilitasi paru dengan cara berjalan kaki atau sepeda statis. Hal ini bukan saja baik untuk orang sehat, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas hidup pada penderita PPOK.

Saran lainnya adalah mengurangi pajanan asap rokok dan polusi kendaraan atau zat iritan lainnya di dalam maupun diluar ruangan. Hal ini tentu saja untuk mengurangi risiko PPOK pada mereka yang sehat dan mencegah perburukan penyakit pada mereka yang menderita PPOK.

Susanthy mengatakan, gerakan secara aktif mencegah timbulnya polusi udara baik di dalam maupun di luar ruangan perlu konsisten atau terus menerus dilakukan. Lalu, jangan lupa untuk melakukan pengobatan yang benar dan tepat untuk mengurangi perburukan penyakit, risiko eksaserbasi, dan meningkatkan kualitas hidup penderita PPOK.

"Jangan ragu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas–fasilitas kesehatan yang ada disekitar kita dengan tetap menjaga protokol kesehatan," kata Susanthy.

Selain itu, Susanthy menganjurkan untuk mendapatkan vaksinasi guna pencegahan terhadap infeksi paru, influenza, maupun Covid 19. Vaksinasi dapat mencegah kekambuhan yang mengancam jiwa pada penderita PPOK, Covid-19, dan penyakit infeksi paru lainnya.

Pada penderita yang kurang gizi, menurut Susanthy, perlu penambahan suplementasi makanan. Menjaga berat badan tetap normal diperlukan untuk meningkatkan kemampuan otot pernapasan dan mencegah eksaserbasi, perburukan kondisi.

Pneumonia

Selain PPOK, masalah paru lainnya yang banyak diderita masyarakat adalah pneumonia. Ini adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia, atau kerusakan fisis paru.

"Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi dan bersifat serius dan berhubungan dengan angka kesakitan dan angka kematian, khususnya pada populasi usia lanjut dan pasien dengan komorbid," jelas Ketua Pokja Bidang Infeksi PP PDPI, Dr dr Erlina Burhan SpP(K).

Angka kejadian pneumonia lebih sering terjadi di negara berkembang. Di Indonesia, pneumonia termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan proporsi kasus 53,95 persen laki-laki dan 46,05 persen perempuan dengan angka mortalitas (CFR) 7,6 persen, paling tinggi dibandingkan penyakit lainnya.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan ialah sekitar dua persen. Sebelumnya, pada 2013, angkanya sebesar 1,8 persen.

Menurut Erlina, penyebab pneumonia yang paling sering adalah bakteri. Dari data beberapa rumah sakit di Indonesia, penyebab terbanyak pneumonia di rawat inap adalah kuman gram negatif, seperti klebsiella pneumonia, acinetobacter baumanii, dan psedomonas aeruginosa.

Akhir 2019 di Kota Wuhan, China, dilaporkan kasus-kasus pneumonia yang kemudian diketahui disebabkan oleh virus corona. Penyakitnya pertama kali disebut pneumonia Wuhan sebelum akhirnya dinamai Coronavirus disease 2019 (Covid-19).

Sejak pneumonia Covid-19 masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020, jumlah kasus pneumonia Covid-19 per 4 November 2021 sudah 4.286.802 kasus terkonfirmasi positif dengan angka kematian mencapai 143.500. Angka kesembuhan yang sudah dilaporkan mencapai 4.091.938 kasus.

"Gejala pneumonia akibat bakteri dan virus hampir sama, meliputi demam, batuk, dan sesak napas," ujar Erlina.

Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan merespons dengan pemberian antibiotik. Beberapa langkah pencegahan dapat dilakukan pada pneumonia seperti imunisasi, nutrisi yang adekuat, berhenti merokok, dan menerapkan kewaspadaan seperti menjaga kebersihan tangan, penggunaan masker dan menerapkan etika batuk.

 
Berita Terpopuler