Psikiater Ulas Lirik Lagu 'Forever Winter' Taylor Swift

'Forever Winter' Taylor Swift dinilai memuat pesan kesehatan mental-cegah bunuh diri.

AP/Jordan Strauss/Invision
Musisi Taylor Swift telah merilis ulang album Red menjadi versinya sendiri. Lagu Forever Winter termasuk di dalamnya.
Rep: Farah Noersativa Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Penyanyi Taylor Swift telah meluncurkan album Red (Taylor’s Version), sebuah rekaman ulang dari albumnya yang dirilis 2012 lalu. Salah satu lagunya, "Forever Winter", disebut sangat erat dengan tema kesehatan mental dan pencegahan bunuh diri.

Asisten profesor di Departemen Psikiatri di Washington University in St Louis, Jessi Gold mengatakan, "Forever Winter" merupakan lagu perjuangan kesehatan mental yang serius, terutama pikiran untuk bunuh diri. Lagu tersebut ditulis Swift dengan vokalis Foster the People, Mark Foster.

"Saya menafsirkannya sebagai lagu yang ditulis oleh seseorang yang mencoba untuk mencintai seseorang yang bergulat dengan kesehatan mental yang parah dan tantangan untuk mendampinginya," kata Gold, dilansir laman Huffpost, Rabu (18/11).

Gold mengatakan, narator lagu itu mengetahui betapa terlukanya temannya dan mencoba memberi tahu bahwa dia sangat berarti baginya. Narator mencoba menjadi pendukung, bahkan membantu dan memperbaiki keadaan untuk teman yang sedang susah.

Baca Juga

"Tapi tetap saja dia takut temannya akan mati karena bunuh diri, 'memutuskan untuk pergi saja’," kata Gold.

Gold mencermati, narator sudah mencoba membantu dan menelepon. Akan tetapi, dia tampaknya gemas karena temannya malah terus berjuang sendiri dan tidak mendengarkannya.

Menurut Gold, ini menunjukkan betapa sulitnya menjadi teman di masa sekarang. "Forever Winter" juga menggambarkan betapa rumitnya perjuangan kesehatan mental.

"Terkadang, Anda tidak dapat memperbaiki (keadaan) seseorang, bahkan jika Anda mencoba. Meski begitu, dia ingin temannya tahu bahwa dia akan mencintainya, bahkan di saat tergelapnya. Dia ingin temannya tahu bahwa dia selalu ada untuknya, dan dia sangat berarti baginya meskipun penyakit mental membuat temannya merasa sebaliknya," jelas dia.

"Forever Winter" juga mengangkat krisis kesehatan mental akibat orang cenderung menutup diri saat bermasalah. Terapis klinis berbasis di Minnesota, AS yang berspesialisasi dalam trauma, Brit Barkholtz, mengatakan bahwa banyak orang bersikap demikian ketika mereka berada di saat-saat tergelap mereka lantaran takut menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya.

"Taylor menyesalkan bahwa dia tidak tahu bahwa temannya merasa seperti itu, mungkin Taylor berharap dia tahu sehingga bisa lebih cepat menawarkan bantuan," kata Barkholtz.
 
Menurut Barkholtz, kegigihan narator untuk menyatakan bahwa dirinya tidak akan pergi dapat mengirim pesan penguatan kepada orang-orang yang sedang berjuang mengatasi masalah. Taylor seolah menyampaikan bahwa mereka yang peduli akan ada untuk temannya jika sang teman membuka diri.

"Trauma, depresi, kecanduan, gangguan makan, semua itu dapat meyakinkan kita bahwa kita harus menutup diri dari orang-orang yang peduli dengan kita, tetapi "Forever Winter" adalah pengingat bahwa orang-orang yang peduli ingin dibiarkan masuk, ingin membantu, dan mendukung, dan ingin berada di sudut Anda bersama Anda, bahkan jika keadaan saat ini gelap atau berantakan," kata Barkholtz.

 
Berita Terpopuler