Putra Gaddafi Tetiba Nyapres

Saif al-Islam adalah salah satu tokoh paling menonjol yang mencalonkan diri.

Telegraph
saif Gaddafi
Rep: Rizky Jaramaya, Dwina Agustin, Meilda Laveza Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Rizky Jaramaya, Dwina Agustin, Meilda Laveza

Baca Juga

Publik Libya dikejutkan dengan kabar putra mendiang Muamar Gaddafi yakni Saif Al Islam Gaddafi yang mencalonkan diri sebagai calon presiden. Pencalonannya itu dikonfirmasi Komisi Pemilihan Libya.

"Saif al-Islam al-Gaddafi mengajukan pencalonannya untuk pemilihan presiden ke kantor Komisi Pemilihan Nasional Tinggi di kota (selatan) Sebha," ujar sebuah pernyataan komisi pemilihan, dilansir Aljazeera, Senin (15/11).

Saif al-Islam al-Gaddafi adalah salah satu tokoh paling menonjol yang mencalonkan diri sebagai presiden. Dia akan bersaing dengan panglima perang Khalifa Haftar, Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah dan ketua parlemen Aguila Saleh.

Sejumlah yang dibagikan di media sosial menunjukkan Saif al-Islam al-Gaddafi menandatangani dokumen di pusat pendaftaran, di kota selatan Sebha pada Ahad (14/11). Dia mengenakan jubah cokelat tradisional yang dilengkapi dengan kacamata dan sorban.

Rusia disebut ikut memasok senjata bagi Jenderal Khalifa Haftar di Libya. - (Reuters/Aljazirah)

Sebuah konferensi besar di Paris pada Jumat (12/11) sepakat untuk memberikan sanksi kepada siapa pun yang mengganggu atau mencegah pemungutan suara. Tetapi masih belum ada kesepakatan tentang aturan untuk mengatur siapa yang boleh mencalonkan diri.

Pemilihan presiden Libya dianggap sebagai momen penting dalam proses perdamaian yang didukung PBB. Terutama untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung sekitar satu dekade. Konflik ini telah merusak stabilitas Mediterania sejak pemberontakan yang didukung NATO terhadap Muammar Gaddafi pada 2011.

 

Meskipun namanya terkenal di Libya, Gaddafi hampir tidak terlihat selama satu dekade. Pada bulan Juni, sumber yang dekat dengan Saif Al-Islam mengatakan dia berencana untuk kembali ke panggung politik. Pada bulan Juli, dia mengatakan kepada New York Times dia ingin memulihkan persatuan yang hilang dari Libya setelah satu dekade kekacauan.

Saif Al-Islam tidak terlihat atau terdengar sejak Juni 2014, ketika dia muncul melalui tautan video dari Zintan selama persidangannya di pengadilan Tripoli. Ayahnya digulingkan dan dibunuh pada 2011 dalam pemberontakan yang didukung NATO yang telah membuat Libya dalam pergolakan.

Setelah bertahun-tahun pertempuran, gencatan senjata resmi ditandatangani pada Oktober lalu antara komandan militer Khalifa Haftar dan pasukan yang setia kepada pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli. Pada akhirnya ini mengarah pada pembentukan pemerintahan sementara pada bulan Maret.

Pasukan yang setia kepada Haftar, mantan sekutu Gaddafi yang menjadi pembelot, dilaporkan ingin mencegah kembalinya Saif Al-Islam ke panggung politik. Sementara itu, Gaddafi kemungkinan akan memainkan nostalgia untuk era sebelum pemberontakan 2011.

Menariknya Surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadap putra mantan penguasa Libya Muammar Gaddafi, Saif al-Islam Gaddafi masih berlaku. Hal ini diungkapkan juru bicara ICC, Fadi al-Abdullah.

“Surat perintah penangkapan ICC tetap berlaku dan tidak berubah. ICC tidak mengomentari masalah politik,” ujar al-Abdullah, dilansir  Senin (15/11).

 

Pada 2011, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Saif al-Islam atas tuduhan melakukan kejahatan kemanusiaan di Libya. Saif al-Islam Gaddafi, telah terdaftar sebagai calon presiden untuk pemilihan pada 24 Desember mendatang.

 

 

The Times mengatakan, pencalonan diri Saif dalam pemilihan presiden Libya tahun ini diduga mendapat dukungan Rusia. Hal ini diyakini karena pada 2019, dua agen politik Moskow yang dikirim untuk membantunya mencalonkan diri sebagai presiden ditangkap di Tripoli, dan catatan dari diskusi mereka ditemukan. 

Lebih lanjut, The Times mengatakan bahwa Saif dapat mengandalkan nostalgia untuk stabilitas relatif pemerintahan ayahnya. Kondisi Libya yang jatuh dalam perang saudara pascapenggulingan rezim Qaddafi pada 2011, telah mendorong banyak orang di negara Afrika itu untuk mempertanyakan apakah pemberontakan yang terjadi adalah sebuah kesalahan. 

saif Gaddafi - (Telegraph)

Sejak pemberontakan dimulai, ribuan orang telah terbunuh. Libya masih dilanda konflik hingga saat ini dengan perpecahan secara politik dan militer yang terjadi.  

Sejumlah pihak meyakini Saif memiliki peluang yang layak untuk memenangkan pemilihan presiden Libya. Terlepas dari masa lalu, ia memiliki dukungan yang cukup besar di negara itu, khususnya dari wilayah selatan dan tengah. 

The Times mengatakan bahwa Saif tampaknya secara khusus akan mengandalkan dukungan internal daripada internasional. Wolfram Lacher, seorang analis di lembaga Jerman, SWP, mengatakan, Saif tidak secara terbuka menjadi sosok yang diproyeksikan oleh khayalan penyelamat. 

“Saya skeptis Saif dapat mempertahankan citra penyelamat ini begitu ia terbuka dan harus berurusan dengan pertanyaan kehidupan nyata yang dihadapi orang-orang Libya,” ujar Lacher, dilansir Libya Review, Ahad (13/6).  

 
Berita Terpopuler