Kota Alexandria yang Terancam Tenggelam

Alexandria terletak di pantai Mediterania dan dianggap sebagai ibu kota kedua Mesir.

tripadvisor.com
Sudut Kota Alexandria, Mesir
Rep: Meiliza Laveda Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, ALEXANDRIA – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan kota Alexandria, Mesir merupakan salah satu kota yang terancam. Dalam pidatonya di Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP 26) yang diadakan di Glasgow, Alexandria bisa tenggelam kecuali perubahan iklim segera ditangani.

Pernyataan Johnson mendapat tanggapan beragam dari warga Mesir, terutama di media sosial. Banyak warganet yang mengungkapkan ketakutannya dan mendesak pemerintah untuk mengambil langkah dalam menghadapi perubahan iklim.

Alexandria terletak di pantai Mediterania dan dianggap sebagai ibu kota kedua Mesir. Nama Alexandria berasal dari pendiri kota, Alexander Agung pada 332 SM. Luas kota diperkirakan 2.679 kilometer persegi dengan populasi lebih dari lima juta orang.

Alexandria adalah rumah bagi banyak markah tanah khas, termasuk Pelabuhan Alexandria dan Perpustakaan Besar Alexandria mencakup lebih dari delapan juta buku. Selain itu, ada situs-situs lain seperti Benteng Qaitbay dan Pilar Pompeii.

Profesor Geologi dan Sumber Daya Air Universitas Kairo Abbas Sharaki mengatakan ketika Johnson menyebut Alexandria yang dimaksud adalah seluruh wilayah Delta Nil utara di Mesir. Sebagian besar kota Alexandria dibangun di atas tembok tanggul yang tingginya rata-rata 5-30 meter.

Menurut Sharaki, zona terancam itu dimulai dari Abu Qir, timur laut kota yang merupakan pintu masuk air laut sampai ke delta utara. Ini termasuk wilayah Beheira, Dkhalia, Kafr al-Sheik dan Damietta yang terancam menghilang di bawah permukaan air yang naik dan berubah menjadi satu danau raksasa.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi, Gubernur Alexandria Mohamed al-Sharif mengatakan sejak 2015 terjadi peningkatan curah hujan yang menyebabkan sejumlah masalah. Dia menyebut, pemerintah tengah melakukan upaya bersama untuk menghadapi perubahan iklim, terutama mendirikan dinding beton untuk melindungi pantai dan daerah lain yang mungkin terkena risiko peningkatan air.


Sementara itu, Menteri Sumber Daya Air dan Irigasi Mohamed Abdel Aty menekankan pernyataan Johnson tentang Alexandria bukanlah sesuatu yang baru bagi Mesir. Sudah bertahun-tahun yang lalu pemerintah telah menerapkan pekerjaan perlindungan pantai dan menghapus semua pelanggaran di Sungai Nil untuk memberikan ruang tambahan penyerapan air.

“Skenario yang diajukan oleh perdana menteri Inggris tidak akan terjadi hari ini atau besok. Pernyataannya hanya dimaksudkan sebagai tanda bahaya bagi seluruh dunia untuk mulai mengambil tindakan,” kata Abdel Aty.

Dilansir Al Monitor, Kamis (11/11), Menteri Lingkungan Mesir Yasmine Fouad meminta negara-negara industri besar yang memiliki bagian terbesar dari emisi gas rumah kaca untuk memberi contoh dan mulai bekerja mengurangi emisi. Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Fouad menegaskan Mesir bekerja dengan langkah cepat untuk mengatasi perubahan iklim, hanya menyumbang 0,06 persen dari emisi karbon secara global.

Selama pidatonya di konferensi Glasgow, Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi meminta negara-negara maju untuk memenuhi janji mereka menyediakan 100 miliar dolar Amerika per tahun dalam mengatasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. Sisi mengatakan Mesir telah menyelesaikan persiapan untuk Strategi Perubahan Iklim Nasional 2050 dan telah mengambil langkah-langkah serius untuk menerapkan model pembangunan berkelanjutan.

 
Berita Terpopuler