Wirid Pagi Ini Miliki Keutamaan dari Dzikir Panjang

Terdapat sejumlah bacaan dzikir pagi yang dianjurkan oleh kaum muslimin.

Alquran dan Dzikir (ILustrasi)
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Terdapat sejumlah bacaan dzikir pagi yang dianjurkan oleh kaum muslimin. Salah satunya wirid ini, yang memiliki keutamaan besar dibandingkan dengan dzikir panjang.

Baca Juga

Berikut bacaan wirid di pagi hari yang diucapkan sebanyak tiga kali:

"سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، ‌عَدَدَ ‌خَلْقِهِ، ‌وَرِضَا ‌نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ"

"Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya, sejumlah makhluk ciptaan-Nya, sebesar keridhaan-Nya, seberat bobot Arsy-Nya dan sebanyak tinta (yang menulis) kalimat-Nya".

Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA dalam keterangan tertulisnya kepada Republika menjelaskan, dalil Landasan wirid tersebut yakni, Ummul Mukminin Juwairiyyah radhiyallahu anha mengisahkan, bahwa suatu pagi Nabi ﷺ keluar dari rumah setelah sholat Shubuh, dalam keadaan Juwairiyyah sedang berdzikir di tempat shalatnya. Rasul ﷺ baru kembali saat waktu Dhuha. Ternyata saat itu Juwairiyyah masih duduk berdzikir. Beliau bertanya, "Apakah engkau tetap dalam posisimu semenjak kutinggalkan tadi?", "Ya" jawabnya.

Beliau bersabda, "Sungguh, tadi aku telah mengucapkan empat kalimat sebanyak tiga kali. Jika itu ditimbang; niscaya akan sepadan atau lebih berat dibanding dzikir yang engkau ucapkan sejak tadi". Lalu Nabi ﷺ mengajarkan wirid di atas. (HR. Muslim: No. 2726).

"Mengapa dzikir yang pendek ini dan waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkannya tidak sampai semenit, bisa mengalahkan dzikir panjang yang diucapkan selama berjam-jam? Jawabannya: karena dahsyatnya kandungan makna yang ada di dalamnya," kata Ustadz yang meringkas dari kitab "Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkar" karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr.

"Wirid ini mengajarkan kita untuk menggabungkan antara tasbih dan tahmid. Sebagaimana yang telah dipelajari bahwa kalimat tasbih bermakna: menjauhkan segala kekurangan dari dzat Allah. Serta mensucikan-Nya dari sifat dan perbuatan buruk yang tidak layak. Adapun tahmid, juga telah dibahas, maknanya adalah: memuji Allah ta'ala dengan menyebutkan sifat-sifat-Nya yang agung dan mengingat nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga," lanjut ustaz lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah ini.

 

 

Adapun pembahasan dalam wirid ini di antaranya:

1. Sejumlah Makhluk Allah

Karena keagungan-Nya, Allah ta’ala berhak untuk disucikan dan dipuji sebanyak makhluk yang diciptakan-Nya. Berhubung jumlah makhluk-Nya tak terbatas, maka berarti pujian yang layak didapatkan Allah juga tak terbatas. Sehingga tambahlah kuantitas dzikir sebanyak-banyaknya.

2. Sebesar Keridhaan Allah

Ridha Allah tentu tidak ada batasannya. Kebaikan dan karunia-Nya yang merupakan manifestasi dari ridha-Nyasaja tak terhitung, apalagi ridha-Nya. Maka mari selalu meningkatkan kualitas dzikir. Tidak sekedar diucapkan di lisan. Namun dipahami kandungannya dan direnungi maknanya.

3. Seberat Arsy Allah

Arsy adalah makhluk Allah yang paling berat bobotnya. Jika ada makhuk lain yang lebih berat, niscaya akan disebutkan di sini. Perpaduan antara kuantitas dengan kualitas yang tinggi, akan menghasilkan dzikir yang memiliki bobot berat di timbangan amal.

4. Sebanyak Tinta Kalimat Allah

 

Kalimat Allah tidak ada habisnya. (Baca: QS. Al-Kahfi/18: 109 dan Luqman/31: 27). Maka seharusnya dzikir yang diucapkan juga demikian. Tidak ada habisnya dan tidak ada masa pensiunnya. Kecuali setelah kita dijemput ajal.

 
Berita Terpopuler