Pengamat: Benahi Keselamatan Transportasi Darat 

Kesadaran masyarakat akan keselamatan berlalu lintas juga masih rendah. 

Antara/Raisan Al Farisi
Petugas mengatur lalu lintas di sekitar lokasi kecelakaan di kilometer 134 Jalan Tol Purbaleunyi di Pasir Koja, Bandung, Jawa Barat, Ahad (3/10/2021). Kecelakaan yang melibatkan sebuah truk pengangkut tiang bor, sebuah travel dan sebuah mobil keluarga tersebut masih dalam penyelidikan petugas.
Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Haura Hafizhah/Agus Yulianto

 

Kecelakaan lalu lintas angkutan darat di Tanah Air, bak gelombang tsunami. Ini karena diperkirakan, jumlah korban jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas itu mencapai sedikitnya 24 ribu jiwa per tahun.

Berdasarkan data dari Korps Lalu Lintas Kepolisan Negara Republik Indonesia (Korlantas), dalam 1 jam, 1 sampai 3 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Dalam sehari sekitar 80 orang tewas seketika di jalan raya. Korban terbanyak pesepeda motor sekitar 75 persen. 

Belum lagi ditambah sejumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas yang mengalami luka berat dan berujung meninggal dunia juga. Total bisa mencapai sekitar 120 orang meninggal dunia setiap hari karena korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Wajar, bila pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, pemerintah harus membenahi keselamatan transportasi darat. Salah satunya, dengan mengaktifkan kembali Direktorat Keselamatan Transportasi Darat yang telah ditiadakan di Kementerian Perhubungan sejak dua tahun lalu. 

Sebab, peniadaan Direktorat tersebut berdampak pada minimnya program dan anggaran untuk keselamatan di sektor transportasi darat. Direktorat Keselamatan Transportasi Darat pernah ada di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Ada restrukturisasi organisasi di Kementerian Perhubungan menyebabkan Direktorat Keselamatan Transportasi Darat dihilangkan

"Hal itu menunjukkan pemerintah masih kurang serius mengurusi keselamatan transportasi," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (5/11).

Padahal, tegas dia, saat ini, urusan keselamatan transportasi darat belum menunjukkan keberhasilan yang berarti dalam hal menurunkan angka kecelakaan lalu lintas. "Tingkat fatalitas masih cukup tinggi," ucapnya. 

Di sisi lain, kesadaran masyarakat akan keselamatan lalu lintas juga masih rendah. Jika meninggal akibaat kecelakaan lalu lintas dianggap takdir.

"Angka kecelakaan lalu lintas tidak pernah turun drastis. Sementara institusi yang fokus mengurusi keselamatan justru dihilangkan. Tinggal tunggu waktu kapan arisan nyawa melayang akan terjadi terus menerus di jalan raya," ujar dia.

Dia mencontohkan, kecelakan lalu lintas di ruas Jalan Tol Cipali KM 113 pada Kamis (4/11) dini hari. Korbannya adalah rombongan guru besar Universitas Gajah Mada (UGM) mengakibatkan salah satu Dosen Fakultas Peternakan Prof Ir I Gede Suparta Budisatria MSc PhD IPU Asean Eng meninggal dunia. Berikutnya pada hari yang sama, artis Vanessa Angel dan suaminya Febri Ardiansyah, meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal di ruas Tol Jombang KM 672.

Dengan hal tersebut, di Indonesia masih banyak masalah keselamatan transportasi darat yang harus dibenahi. Saat ini, yang mengurus program keselamatan transportasi darat di bawah Direktorat Sarana Perhubungan Darat. 

Sudah dipastikan anggaran untuk keselamatan pasti kecil tidak sebanding dengan tanggung jawab untuk membenahi keselamatan    transportasi darat se-Indonesia.

"Memang ada peraturan dari Kementerian Penertiban Aparatur Negara membatasi jumlah direktorat di setiap direktorat jenderal. Namun, mengingat kebutuhan yang genting dan penting, tidak ada salahnya untuk memberikan tambahan direktorat baru," ujar dia.

 

 

 

Petugas Jasa Marga memotret kondisi truk yang mengalami kecelakaan di kilometer 134 Jalan Tol Purbaleunyi di Pasir Koja, Bandung, Jawa Barat, Minggu (3/10/2021). Kecelakaan yang melibatkan sebuah truk pengangkut tiang bor, sebuah travel dan sebuah mobil keluarga tersebut masih dalam penyelidikan petugas. - (Antara/Raisan Al Farisi)

Konstruksi jalan

Salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan di jalan raya, khususnya jalan tol karena konstruksi jalan yang dibuat. Menurut pemerhati konstruksi jalan raya dan jalan KA Gatot Rusbiantardjo dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id, jalan tol di Indonesia adalah jalan yang tidak aman, terutama untuk kecepatan tinggi. Lantas mengapa jalan Tol di Indonesia tidak aman?

Hal ini, kata Gatot, karena perkerasan jalan dibuat dari perkerasan kaku yaitu dengan beton semen. Perkerasan denga beton semen tidak mempunyai skid resistance atau kecil skid resistance-nya. 

Skid resistance adalah daya cengkeram ban dengan permukaan perkerasan jalan. Karena skid resistennya kecil atau bahkan nol, maka apabila mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan mengerem, mobil tidak segera berhenti karena tidak ada daya cengkeram yang  memadai antara ban dan permukaan perkerasan jalan. 

Mobil akan meluncur cukup jauh sebelum berhenti. Sehingga, sering terdengar mobil menabrak truck atau mobil lain yang ada  di depannya. 

"Jalan beton bukan jalan untuk kecepatan tinggi! Sehingga, salah membangun jalan Tol dengan perkerasan kaku," ungkapnya. 

Selain itu, kata dia, di tengah jalan tol juga diberi pembatas dinding beton yang tebal dan kokoh. Akibarnya, jika ada mobil yang selip atau kemudinya berbelok, maka akan menabrak tembok beton dan karena kecepatannya tinggi, maka akibatnya fatal seperti yg dialami mobil Vanessa Angel dan juga dosen Fakultas Teknik Sipil UNDIP beberapa waktu yang lalu.

Menurutnya, jalan tol yang aman di tengahnya (mediannya) harus berupa rumput dengan lebar minimal 2 x 5 meter dengan kelandaian 5 persen. Seperti jalan Tol Jagorawi pada awal dibuatnya. 

"Dengan demikian jika ada sopir mengantuk atau mobil pecah ban, mobil tidak menabrak tembok beton, tetapi meluncur di atas rumput yg landai dan akhirnya berhenti denga selamat," ujarnya.

 

Karena itu, taatilah rambu pembatas kecepatan. Jangan bangga dapat menempuh waktu 3,5 jam dari Semarang ke Surabaya. Namun, banggalah dapat membawa keluarga dengan selamat dari Semarang ke Surabaya walaupun harus ditempuh dalam waktu lebih dari 4,5 jam.

 
Berita Terpopuler