Mengasuh Anak dalam Tradisi Muslim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membesarkan anak di era kemerosotan moral ini merupakan ujian besar bagi setiap orang tua. Namun demikian, mengasuh anak adalah komitmen seumur hidup yang tidak hanya mencakup pendidikan fisik, mental dan emosional tetapi juga kualitas spiritual untuk kehidupan saat ini dan yang akan datang.

Bagi orang beriman, anak adalah amanah. Sebuah pengasuhan yang positif adalah investasi paling bijaksana untuk masa depan. Sedangkan pengasuhan yang buruk dapat membawa konsekuensi yang mengejutkan bagi keluarga dan masyarakat. 

Alquran memberitahu orang-orang yang beriman untuk menjalani hidup mereka dengan serius, bukan dengan santai. "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…" (At-Tahrim 66:6)  

Orang tua Muslim wajib mendidik dan melatih anaknya untuk tidak menyekutukan (sesuatu) dengan Allah, untuk bersyukur kepada Allah dan orang tua mereka, untuk tidak mematuhi orang tua secara membabi buta, tetapi perlakukan mereka dengan kebaikan yang pantas, untuk menyadari bahwa Allah akan mengeluarkan hal-hal kecil seperti biji sawi, mendirikan sholat, memerintahkan kebaikan, mencegah kejahatan dan bersabar, untuk tidak sombong, untuk tidak berjalan dengan angkuh di bumi, bersikap moderat dalam langkah mereka, dan untuk merendahkan suara mereka – (Alquran 31:13-19).

Nabi Muhammad SAW mengatakan “Ketika seorang anak Adam meninggal, semua amal terputus, kecuali tiga yakni sedekah, ilmu yang bermanfaat bagi orang lain, dan doa anak shaleh” (HR Sahih Muslim). 

Melansir dari About Islam, ada tiga fase dalam pengasuhan menurut Islam.

Fase pertama

Pada tujuh tahun pertama usia anak adalah semua tentang memberikan cinta dan kasih sayang tak terbatas, memberikan kehangatan, perawatan dan keselamatan untuk anak di lingkungan rumah yang positif  Peran ibu, ayah, dan orang dewasa lainnya di sekitar berkontribusi pada proses pertumbuhan manusia yang luar biasa ini.

Bayi yang baru lahir dihujani cinta dari kedua orang tuanya memungkinkan mereka untuk tumbuh dengan kebebasan berpikir, meskipun dalam batas-batas yang sesuai untuk usia dan kedewasaan mereka. Ketika anak-anak datang ke dunia dengan otak yang tajam dan pikiran yang serba ingin tahu, mereka menyerap segala sesuatu di sekitar mereka seperti spons. Orang tua harus membantu mereka dengan pembelajaran yang tidak dipaksakan, sesuai usianya.

Fase Kedua

Pada fase tujuh tahun kedua, penekanannya harus pada pendidikan dan pembelajaran anak-anak melalui perencanaan yang matang dan disiplin positif, yang ditopang oleh cinta dan kasih sayang. Selama fase ini, keterampilan fisik dan mental anak-anak berkembang dengan tajam dan mereka membutuhkan keterampilan sosial dan kehidupan serta harga diri yang positif melalui pengetahuan tentang diri mereka sendiri, jenis kelamin, keyakinan, etnis, dan banyak aspek identitas mereka.

Intensitas percakapan di rumah meningkatkan intelektual mereka dan memberi mereka keterikatan emosional dengan keluarga, iman, dan komunitas mereka sendiri. Pekerjaan rumah tangga yang sederhana membekali mereka dengan kepercayaan diri, kegembiraan membantu orang tua, dan rasa tanggung jawab.

Ketika masa remaja dimulai pada fase ini, perubahan hormonal, fisik dan emosional sering menjadi masalah atau perhatian. Orang tua, guru, dan profesional lainnya harus menyadari tantangan dari fase transisi ini dan melengkapi diri mereka untuk menangani hal ini dengan lembut namun kuat. Penting bagi orang dewasa untuk mengadopsi strategi perilaku yang sesuai dan secara konsisten menerapkannya dengan empati. 

Fase Ketiga

Pada fase tujuh tahun ketiga adalah tentang menjadi ramah dengan anak-anak dan memperkuat hubungan yang langgeng berdasarkan rasa saling percaya dan pengertian. Pada saat ini, anak-anak berada dalam fase remaja akhir dan mempersiapkan diri untuk dewasa penuh dan penuh dengan ide dan energi. Mereka harus dibimbing dengan bijaksana dan menunjukkan rasa hormat dan jangan pernah meremehkan atau mengejeknya.

Teknik disiplin positif yang sesuai dengan usia

Ada berbagai teknik disiplin yang dapst disesuaikan dengan rentan usia anak, seperti penghargaan dan sanksi, yang perlu diterapkan selama berbagai fase pertumbuhan anak. Anak-anak membutuhkan otonomi dan kebebasan, tetapi seiring bertambahnya usia, disiplin kreatif sangat penting untuk kesuksesan mereka. Cinta dan perhatian harus berlimpah dalam kehidupan seorang anak.

Disiplin memiliki spektrum dan ini umumnya dimulai dengan orang tua menjadi panutan di satu sisi dan menghadapi perilaku negatif dengan beberapa teknik disiplin di sisi lain. Anak-anak secara alami akan membuat kesalahan. Orang tua harus memperlakukan anak-anak sebagai anak-anak, bukan dewasa muda.

Sangat penting bagi orang tua untuk mempertimbangkan usia, kematangan mental, dan temperamen anak. Sebelum menerapkan teknik disiplin apapun, orang tua dan orang dewasa harus mengingat nilai, kebiasaan, dan budaya saat itu.

Komunikasi yang tepat dan tepat waktu dengan mereka sangat penting. Berteriak dan menyuruh mereka pergi justru dapat merusak harga diri mereka. Dengan semakin pentingnya pengasuhan yang positif dan kelembutan di rumah serta disiplin yang tegas di sekolah, anak-anak dapat melewati ketiga fase perkembangan dengan landasan tanggung jawab pribadi dan sosial yang kuat.

Ibu dan ayah harus meningkatkan dan menjadikan rumah mereka sebagai contoh sekolah atau madrasah kehidupan nyata. Orang tua harus menempatkan pendidikan dan pembangunan karakter anak-anak mereka di atas tugas orang tua mereka.