Cordoba, Persimpangan Budaya dengan sejarah yang Unik

Kota Cordoba, Andalusia menjadi saksi perkembangan dan kemajuan peradaban Islam.

tourscanner.com
Masjd (Mesquita de Cordoba), di Spanyol.
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  CORDOBA -- Kota Cordoba, Andalusia menjadi saksi perkembangan dan kemajuan peradaban Islam di Eropa. Pada masa itu, peradaban Islam mengedepankan kehidupan harmoni yang multikultural.

Baca Juga

Dilansir dari laman Arab News pada Selasa (2/11), Cordoba menjadi rumah bagi tiga agama besar yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. Cordoba merupakan kota yang merayakan toleransi dan pengetahuan. Dengan bangunan kuningnya, jalan-jalan berbatu yang sempit, dan dinding putih yang dilapisi pot bunga biru, pusat bersejarah Cordoba adalah tempat yang indah untuk liburan.

Sementara Hotel Maimonides, dinamai sesuai dengan filsuf Yahudi abad ke-12 kelahiran Cordoba. Jaraknya hanya sepelemparan batu dari monumen kota yang paling ikonik, Masjid-Katedral. Dibangun pada abad ke-8, Situs Warisan Dunia Unesco ini pertama kali didirikan oleh Abd al-Rahman I. Penerusnya terus memperluasnya untuk mengakomodasi pertumbuhan populasi di daerah tersebut. Pada satu titik, itu bisa menampung sekitar 40.000 jamaah. 

Ketika pasukan Katolik mengambil alih kota pada 1236, mereka akhirnya membangun sebuah katedral gotik di tengah masjid. Tidak ada tempat lain di dunia yang memiliki struktur yang membingungkan seperti itu, itulah sebabnya beberapa orang percaya interior Masjid-Katedral tidak memiliki harmoni visual.

Kawasan Yahudi, atau 'Juderia,' adalah titik sejarah lain untuk dijelajahi. Saat berjalan di Calle de los Judios (Jalan Yahudi), pengunjung tidak hanya akan menemukan patung Maimonides yang terkenal. Akan tetapi juga salah satu dari hanya tiga sinagog yang tersisa di seluruh Spanyol. Di dalam sinagog abad ke-14 ini, yang memiliki galeri wanita di bagian atas, prasasti Ibrani dan pola geometris menutupi dindingnya. Di masa lalu, sinagog juga merupakan rumah sakit dan taman kanak-kanak.

Kota ini penuh dengan patung-patung tokoh yang terkait dengannya. Termasuk filsuf Averroes (Ibn Rushd) dan ahli mata Al-Gafequi. Para pengunjung juga dapat datang ke bawah tanah Banos del Alcazar Califal, rumah pemandian Arab yang digunakan oleh para khalifah untuk bersosialisasi, memanjakan diri, dan membersihkan diri.

 

 

 

Di samping itu, Cordoba juga memiliki banyak pilihan bersantap. Casa Qurtubah adalah restoran cantik yang memasak hidangan Maroko dan Levantine. Untuk suasana ceria, pilih La Chiquita de Quini. 

Sementara untuk kenyamanan, cobalah El Rincon de Carmen atau Casa Palacio Bandolero untuk makan malam yang tenang. Ruang teras restoran yang populer cenderung ramai, jadi sebaiknya pengungjung memesan terlebih dahulu.

Sejumlah museum kecil dan terjangkau terdapat di sekitar pusat kota. Museum Arkeologi, yang didirikan pada abad ke-19, terletak di situs Teater Romawi kuno. Sisa-sisanya masih dapat ditemukan di ruang bawah tanah museum. 

Di tempat lain, lebih dari 20 tahun yang lalu, Salma Al-Farouki mendirikan Casa Andalusi. Itu mendidik pengunjung tentang sejarah panjang kontribusi budaya Arab ke Andalusia. Sementara Casa de Las Cabezas (House of Heads) adalah museum yang menawan, terlepas dari mitos berdarah tujuh kepala yang ditemukan tergantung di sini. Itu menunjukkan bagaimana keluarga kelas atas pernah tinggal di rumah ini dan kamar multifungsinya.

 

Terakhir, Museo Vivo de Al-Andalus menceritakan sejarah Cordoba melalui tampilan miniatur yang detail.  Museum yang terakhir terhubung ke area Masjid-Katedral oleh Jembatan Romawi yang panjang di kota itu.Menyeberanginya, sebaiknya saat matahari terbenam, adalah cara ideal untuk mengakhiri hari, di atas Sungai Guadalquivir.

 
Berita Terpopuler