Lima Penyebab Tren Penularan Covid di Indonesia Terus Turun

Penurunan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi selama tiga bulan terakhir.

Prayogi/Republika.
Warga menyeberang di zebra cross di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (2/11/). Pemerintah telah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1 untuk Provinsi DKI Jakarta hingga 15 November 2021 mendatang.Prayogi/Republika.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Iit Septyaningsih, Fauziah Mursid

Berdasarkan hasil evaluasi Satgas Penanganan Covid-19, pandemi Covid-19 saat ini sudah cukup terkendali, dengan jumlah kasus aktif yang terus menurun. Hanya, harus diwaspadai terjadinya tren kenaikan kasus di 131 kabupaten atau kota dalam beberapa hari terakhir.

Per 1 November, kasus baru positif Covid-19 atau tambahan harian sebanyak 403 kasus, turun dari 523 kasus pada Ahad (31/10). Rata-rata tujuh hari (7DMA) saat ini berada di angka 619 kasus dan terjadi tren penurunan 99,1 persen dari puncak kasus konfirmasi harian pada 15 Juli 2021 (56.757 kasus).

Baca Juga

Untuk kasus aktif secara nasional per 31 Oktober tercatat sebesar 12.318 kasus atau 0,3 persen dari total kasus, sudah turun 97,85 persen dari puncak 24 Juli 2021 (574.135 kasus). Angka ini jauh di bawah rata-rata angka global sebesar 7,4 persen.

Untuk tingkat kesembuhan (RR), persentase secara nasional sebesar 96,33 persen, lebih tinggi dari global sebesar 90,56 persen. RR di Jawa-Bali adalah 96,30 persen dan luar Jawa-Bali sebesar 96,39 persen.

Adapun tingkat kematian (CFR) secara nasional, yakni 3,38 persen, masih lebih tinggi daripada angka kematian global sebesar 2,02 persen. CFR di Jawa-Bali sebesar 3,50 persen dan luar Jawa-Bali, yaitu 3,12 persen.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini terus menunjukkan perbaikan. Hal ini ditandai dengan penurunan kasus yang telah terjadi selama tiga bulan.

Menurut Satgas, tren perbaikan dan penularan kasus Covid-19 yang rendah di Indonesia ini disebabkan oleh lima hal. Pertama, tingginya kasus positif pada gelombang kedua infeksi menyebabkan meningkatnya jumlah penyintas Covid-19 yang kekebalan alami tubuhnya meningkat.

“Kedua, meningkatnya usaha dan cakupan program vaksinasi yang cukup signifikan dalam waktu cepat sehingga berkontribusi membentuk kekebalan tubuh masyarakat yang dibuktikan dengan data serosurveillance,” ujar Wiku saat konferensi pers, Selasa (2/11).

Ketiga, upaya pembatasan aktivitas masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi daerah hingga tingkat kabupaten kota dan terus dievaluasi setiap dua pekan dinilai efektif untuk menekan penularan. Keempat, upaya pembatasan mobilitas yang tidak hanya dilakukan antarwilayah di Indonesia, tetapi juga dari luar negeri makin meminimalisasi potensi penularan kasus importasi.

“Kelima adalah pembukaan sektor sosial ekonomi dengan penuh kehati-hatian serta dibarengi dengan upaya disiplin prokes 3M yang diawasi pada setiap sektornya,” kata dia.

Wiku mengatakan, pascalonjakan kasus pada gelombang kedua infefksi pada Juli lalu, pemerintah terus melakukan upaya berlapis dan menyeluruh untuk menekan kasus. Satgas mencatat, penularan kasus di Indonesia saat ini cukup rendah dengan rata-rata penambahan kasus harian sekitar 700 kasus dan kasus aktif yang sebesar 0,29 persen.

Sementara, kesembuhan pun juga telah berada di angka 96,33 persen. Wiku menyebut, tren penurunan kasus ini terjadi di tengah aktivitas masyarakat yang mulai kembali berjalan normal.  

Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) menyatakan, akan terus memantau perkembangan kasus Covid-19 di setiap daerah. Khususnya, cakupan vaksinasi yang belum merata.

“Mobilitas masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi meningkat, perlu kewaspadaan tinggi dan terus mendorong percepatan vaksinasi, serta kepatuhan penerapan protokol kesehatan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto selaku Ketua KPC-PEN, Selasa (2/11).

Mengenai capaian vaksinasi dosis satu untuk daerah Luar Jawa Bali, dari 27 provinsi yang ada, terdapat lima provinsi yang capaiannya di atas angka rata-rata nasional yang sebesar 57,53 persen, yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Hanya saja, 22 provinsi lainnya masih berada di bawah rata-rata nasional dan perlu terus diakselerasi.

Kemudian, untuk capaian vaksinasi dosis dua untuk daerah Luar Jawa Bali, ada 4 Provinsi yang capaiannya di atas angka rata-rata nasional yang sebesar 35,44 persen yakni Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Timur, dan Jambi. Sedangkan, 23 Provinsi lainnya masih berada di bawah rata-rata nasional dan sama-sama harus terus dipercepat.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan, seluruh pihak untuk tetap waspada terhadap potensi penularan Covid-19. Meskipun, kondisi kasus Covid-19 di Indonesia sudah melandai, upaya pengendalian Covid-19 harus tetap dipertahankan.

"Alhamdulillah sekarang sudah melandai tetapi kita tidak boleh berpuas diri, tetap waspada, karena banyak di negara-negara lain yang tadinya sudah melandai terus kemudian naik kembali," ujar Wapres saat memberi sambutan di acara Dies Natalis ketujuh sekaligus peresmian Gedung Kampus 2 UNU Kalimantan Timur yang disiarkan secara daring, Selasa (2/11).

Wapres mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 beberapa negara di Eropa yang sempat melandai mencapai 20-40 persen. Sementara, Indonesia saat ini termasuk negara yang masuk kategori kuning atau mendekati hijau.

Karena itu, Kiai Ma'ruf berharap capaian ini terus dipertahankan agar situasi Covid-19 tidak melonjak kembali, dan terus membaik.

"Kita alhamdulillah termasuk yang terbaik yang di dunia dianggap sebagai sudah kuning, sudah hampir hijau, banyak yang masih merah, masih oranye, ini berkat kerja sama upaya sungguh-sungguh kita semua tapi kita (harus) tetap waspada," kata Kiai Ma'ruf.

Booster vaksin Covid-19 - (Republika)

 
Berita Terpopuler