Imam Indonesia Siap Bertugas di Masjid UEA

Pengiriman imam demi mempromosikan pemahaman Islam yang moderat.

The National/Antonie Robertson
Imam Indonesia Siap Bertugas di Masjid UEA. Salah satu lampu gantung kristal di Masjid Sheikh Zayed di Uni Emirat Arab (UEA).
Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tedjomukti, Mabruroh, Kemenag

Baca Juga

ABU DHABI -- Sebanyak 15 imam masjid telah tiba di Uni Emirat Arab (UEA), Senin (1/11). Mereka siap berdakwah menjalankan tugas di sejumlah masjid di UEA.

Mereka akan bertugas, di antaranya di masjid di Abu Dhabi, Al Ain, Al Dhafra, Fujairah, Ras Al Khaimah, dan beberapa masjid lainnya. Para imam tersebut adalah rombongan pertama yang berangkat. Tercatat ada 28 imam yang lolos seleksi oleh Otoritas Umum Urusan Islam dan Wakaf (Awqaf) UEA pada Maret lalu di Jakarta. 

Delapan orang lagi diharapkan akan tiba pada pertengahan November nanti. Sisanya tidak jadi berangkat karena tiga orang tidak lulus pemeriksaan kesehatan, satu orang mengundurkan diri, dan satu lainnya meninggal dunia. Sedangkan jumlah total imam masjid yang akan dikirimkan ke UEA adalah 200 orang hingga akhir 2022.

"Kerja sama pengiriman imam merupakan bukti lain dari eratnya hubungan kedua negara," kata Husin Bagis, Duta Besar Indonesia untuk UEA dilansir dari The National News, Selasa (2/11).

Pengiriman dan penempatan para imam masjid di UEA ini bagian dari kerja sama kedua negara.  Para imam masjid yang tiba di UEA ini juga telah disetujui oleh Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed, Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, serta Presiden RI Joko Widodo saat berkunjung ke Abu Dhabi pada Januari tahun lalu. Sheikh Mohamed bin Zayed secara khusus meminta 200 imam masjid asal Indonesia untuk ditugaskan di sana. 

Rombongan imam dari Indonesia telah tiba di Uni Emirat Arab (UEA). Mereka akan bertugas di masjid-masjid di UEA. - (Kedubes Indonesia/The National News)

 

Husin Bagis mengaku senang para imam pertama telah tiba di Abu Dhabi. Program ini, kata dia, akan mendorong saling belajar bagi kedua negara dan mempromosikan pemahaman Islam yang moderat.

“Kerja sama dalam pengiriman Imam merupakan bukti lain dari eratnya hubungan kedua negara, yang tidak hanya terfokus pada kerja sama ekonomi saja,” kata Bagis.

Bagis juga berharap imam masjid dari Indonesia dapat mempelajari bagaimana Islam dijalankan di UEA dengan penuh toleransi dan bagaimana berkontribusi pada terciptanya perdamaian di masyarakat, tanpa menimbulkan gesekan apapun. "Ketika mereka kembali ke Indonesia, mereka dapat menerapkan dan mempromosikan hal yang sama," ujarnya.

Serangkaian wawancara untuk imam baru berlangsung pada Oktober lalu di Jakarta. Dari 89 calon imam, 23  imam saat ini masih dalam proses penerbitan persetujuan dari otoritas UEA. Mereka diharapkan terbang ke UEA pada Desember tahun ini. UEA dan Indonesia telah menjalin kemitraan agama yang kuat dalam beberapa tahun terakhir.

Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) membuka pendaftaran imam masjid asal Indonesia untuk ditempatkan di UEA pada 13-22 Agustus 2021. Seleksi virtual dilakukan pada 25-27 Agustus 2021. 

Syarat yang harus dipenuhi pelamar adalah, sebagai berikut.

  1. Hafal Alquran 30 juz 
  2. Sehat jasmai dan rohani 
  3. Menguasai ilmu tajwid, baik teori maupun praktik 
  4. Memiliki suara yang fasih dan merdu 
  5. Dapat berkomunikasi dalam bahasa Arab 
  6. Memahami hukum fiqih 
  7. Tidak bergabung dalam partai politik 
  8. Memahani retorika dakwah 
  9. Mampu berkhutbah 
  10. Berakhlak mulia 
  11. Berpaham Ahlussunnah wal jamaah dengan manhaj wasatiyyah 
  12. Sudah menikah atau berusia minimal 25 tahun

Seleksi dilakukan dua kali oleh Kemenag yang melibatkan pakar Alquran. Seleksi kedua dilakukan otoritas UEA. Selain bagian dari kerja sama bilateral, pengiriman imam juga akan berdampak positif pada citra Indonesia.

Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag Syamsul Bahri menambahkan imam masjid asal Indonesia diminati lantaran berpaham ahlus sunnah wal jamaah. Hal ini menjadi nilai tambah selain kemampuan dalam membaca Alquran. 

Imam yang lulus ditentukan berdasarkan kualitas dan sepenuhnya menjadi hak prerogratif Otoritas UEA. UEA menetapkan standar yang tinggi terkait kriteria imam masjid ini.

"Memang standar yang mereka tetapkan cukup tinggi, meliputi hafalan Alquran 30 juz, kualitas bacaan seperti tartil dan tahsin (suara yang merdu), fikih sholat, bahasa Arab, dan berpaham moderat," tambahnya. 

Fakta Pembangunan Masjid Sheikh Zayed Solo - (ihram.co.id)

 
Berita Terpopuler