Partai Islam Bangladesh Prihatin Serangan Muslim di India

Pelaku perusakan masjid dan rumah Muslim harus diadili.

AP/Panna Ghosh
Partai Islam Bangladesh Prihatin Serangan Muslim di India. Seorang prajurit paramiliter berpatroli melewati sebuah toko yang terbakar di desa Rowa, sekitar 220 kilometer dari Agartala, di negara bagian Tripura, India, Rabu, 27 Oktober 2021. Ketegangan tinggi di beberapa bagian negara bagian Tripura pada Jumat setelah serangkaian serangan terhadap minoritas Muslim. Serangan itu sebagai pembalasan atas kekerasan terhadap umat Hindu di perbatasan Bangladesh awal bulan ini. Polisi mengatakan setidaknya satu masjid, beberapa toko dan rumah milik Muslim dirusak sejak Selasa. 
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Seorang pemimpin partai politik Islam terkemuka di Bangladesh menyatakan keprihatinannya atas serangan terhadap Muslim di negara bagian Tripura, India. Ketua Partai Islami Andolan Bangladesh Mufti Syed Rezaul Karim bahkan menyatakan keinginannya hidup berdampingan secara damai dengan tetangga Indianya.

Baca Juga

"Muslim di berbagai negara bagian di India sekarang takut dan tidak berdaya. Dalam keadaan ini, pemerintah India harus menangkap teroris Hindu ekstrem yang menyerang umat Islam dan membawa para penjahat ke pengadilan," kata Karim dalam sebuah pernyataan Sabtu malam, dilansir di Anadolu Agency, Senin (1/11).

Karim mengutip laporan media yang menuduh para ekstremis melancarkan setidaknya 27 serangan terhadap 16 masjid. Anggota Vishwa Hindu Parishad (VHP) atau Dewan Hindu Dunia, sebuah organisasi ekstremis Hindu yang terkenal, membakar tiga masjid dan memasang bendera organisasi tersebut di atas beberapa masjid setelah menyerbu tempat ibadah umat Islam.

"Sementara ekstremis Hindu di India mengancam akan menduduki Bangladesh setelah serangan terhadap beberapa kuil Hindu, pemerintah India gagal mengambil inisiatif setelah merusak rumah, toko, dan masjid Muslim di negara bagian Tripura dan Assam," lanjutnya.

Karim lantas mendesak pihak berwenang India segera meningkatkan penjagaan untuk melindungi properti Muslim, termasuk masjid guna memastikan perdamaian dan ketenangan. Jika tidak, insiden di India ini dapat memicu protes di seluruh dunia.

Karim juga mendesak media internasional memainkan peran dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia atas Muslim atau komunitas mana pun di India. Pasalnya, wartawan sangat aktif selama kekerasan sektarian baru-baru ini di Bangladesh menyusul unggahan di media sosial yang merendahkan Alquran di sebuah kuil Hindu di distrik timur-pusat di Comilla pada 13 Oktober lalu.

Sementara itu, warga dari kedua negara juga mengungkapkan pandangan mereka terkait konflik tersebut. Kepada Anadolu Agency, warga dari kedua negara itu mengatakan umat Hindu dan Muslim, serta masyarakat dari komunitas lain di wilayah tersebut, telah hidup damai selama berabad-abad.

Seorang siswa sekolah menengah di distrik Barguna, Bangladesh selatan, Arman Mahin, mengatakan mereka terkadang menghadapi beberapa insiden kekerasan komunal yang tidak terduga di India dan Bangladesh. Hal ini membuat mereka terkejut.

"Tetapi kebanyakan dari kita percaya pada perdamaian dan cinta dan selalu ingin hidup bersama untuk keyakinan dan agama satu sama lain," ujar Mahin.

Waliur Rahman, seorang penduduk di ibu kota daerah Paltan, Dhaka, mengatakan setelah kekerasan komunal di Bangladesh, pemerintah dan individu di sana bergegas membantu umat Hindu dan membangun rumah dan kuil yang rusak. Tidak hanya itu, mereka juga memberikan pembayaran tunai yang besar dan menangkap ratusan tersangka yang melakukan pelanggaran.

"Kami berharap jika terjadi serangan terhadap Muslim di India, tanggapan dari pemerintah dan masyarakat terkait akan sama dan kami melihat koeksistensi yang tenang dan damai," tambah Rahman.

Seorang penulis yang tinggal di kota Kanpur, India utara, Rohit Ghosh mengatakan mayoritas orang di India ingin hidup damai dengan orang-orang dari agama lain. Menurutnya, hanya sedikit orang yang menciptakan suasana kebencian terhadap komunitas minoritas.

"Mereka memiliki kepentingan mereka sendiri," ujarnya.

Avinash Sharma, yang tinggal di kota selatan Chennai, mengatakan beberapa teman dekatnya adalah Muslim dan dia tidak akan berpikir menyakiti mereka dengan cara apa pun. Ia mengatakan, mereka telah hidup dengan Muslim dan tidak pernah merasa mereka berbeda dari komunitas Muslim.

"Kami akan terus berbagi ikatan dan kedekatan yang sama dengan mereka. Insiden menyimpang ini tidak akan memengaruhi hubungan kami dengan komunitas lain, termasuk Muslim," kata Avinash.

Asisten profesor di departemen agama dan budaya dunia di Universitas Dhaka Abdullah Al Mahmud mengatakan Islam tidak pernah mendukung kekerasan. Dia mengatakan sebagai tetangga terdekat India, pemerintah Bangladesh harus berkomunikasi melalui saluran diplomatik dengan otoritas India dan meminta mereka meningkatkan langkah keselamatan dan keamanan untuk perlindungan minoritas Muslim.

"India adalah negara sekuler dan demokratis sehingga semua orang memiliki hak bebas menjalankan agama mereka dan menikmati kebebasan berekspresi," kata Al Mahmud.

"Pada saat yang sama, pemerintah Bangladesh dan mayoritas Muslim di negara Asia Selatan harus ingat Islam sangat serius tentang hak-hak minoritas dan tidak pernah mengizinkan pelecehan terhadap satu orang untuk kejahatan apa pun terhadap orang lain," tambahnya.

 
Berita Terpopuler