Studi: Pascatrauma Petugas Kesehatan tidak Terkait Pandemi

Studi Oxford sebut pascatrauma petugas kesehatan karena pengalaman masa lalu.

Angelo Carconi/EPA
Studi Oxford sebut pascatrauma petugas kesehatan karena pengalaman masa lalu.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tanda-tanda gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang terlihat pada petugas kesehatan lini terdepan selama pandemi COVID-19 kemungkinan berkaitan dengan trauma pengalaman terdahulu mereka. Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan Universitas Oxford.

Baca Juga

Dilansir dari reuters, Jumat (29/10), berdasarkan studi yang diterbitkan, sekitar tiga perempat dari 103 petugas kesehatan yang diteliti melaporkan mengalami trauma. Namun, trauma tersebut tidak ada hubungannya dengan tugas mereka selama pandemi.

"Pada 76 persen staf yang mengalami PTSD yang tidak terkait dengan pandemi, kemungkinan karakteristik pekerjaan mereka yang penuh tekanan selama pandemi memperburuk gejala atau menghambat kesembuhan," kata Psikolog Klinis Jennifer Wild, yang juga memimpin studi.

"Ada minoritas yang signifikan, yakni 24 persen mengalami PTSD akibat trauma COVID-19," katanya.

Sementara, hampir 40 persen dari mereka menunjukkan tanda-tanda PTSD dan depresi. Studi juga mencatat bahwa gangguan depresi utama kemungkinan lebih berkembang selama pandemi. 

Meski PTSD dikaitkan dengan perjuangan melawan pandemi, PTSD bisa muncul di kalangan warga sipil setelah terjadi bencana alam, pelecehan, atau trauma lainnya. Petugas kesehatan mungkin enggan menyamakan pengalaman mereka dengan pasukan yang baru pulang dari peperangan.

 
Berita Terpopuler