Kejar Target 59 Persen Vaksinasi Dosis Penuh di Akhir 2021

Ancaman gelombang ketiga Covid-19 dipengaruhi vaksinasi yang belum memadai.

ANTARA/Arnas Padda
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada siswa di SMA 4 Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (25/10/2021). Vaksinasi tersebut untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) di lingkungan sekolah sebagai upaya pengendalian COVID-19 saat pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas di daerah itu serta membantu pemerintah dalam memenuhi capaian vaksinasi nasional sebesar 70 persen dari target sasaran sebanyak 208.265.720 orang.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Fauziah Mursid, Antara

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan keoptimisannya Indonesia akan mampu menyuntikkan 290-300 juta dosis vaksin di akhir tahun nanti. Ia yakin sebanyak 168 juta dosis untuk vaksin pertama atau 80 persen dan 123 juta dosis suntik kedua atau 59 persen dari target populasi tercapai pada di akhir 2021.

Budi mengatakan, Indonesia mendapatkan pujian dari pemerintah Amerika Serikat karena mampu menyuntik 2,3 juta dosis vaksin Covid-19 per hari. Pujian ini disampaikan saat dia bersama Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan ke Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu

"Suntikan harian 2,3 juta per hari. (Angka ini) lebih besar dari Amerika Serikat dan suntikan kita sempat dipuji saat Pak Menko Marinves ke Amerika," kata Budi dalam konferensi pers daring, Senin (25/10).

Budi menjelaskan, saat ini jumlah dosis vaksin yang sudah diberikan kepada masyarakat mencapai 182 juta. Sebanyak 113 juta atau 54 persen dari target populasi sebesar 208 juta orang telah menerima suntikan dosis pertama dan 68 juta atau 32 persen diberikan untuk suntikan kedua atau dosis lengkap.

Ia pun optimis Indonesia akan mampu menyuntikkan 290-300 juta dosis vaksin yang terdiri dari 168 juta dosis untuk vaksin pertama atau 80 persen dan 123 juta dosis suntik kedua atau 59 persen dari target populasi pada akhir tahun nanti. Sementara untuk stok vaksin Covid-19, saat ini terdapat 248 juta di mana 237 juta sudah didistribusikan dan 182 juta sudah disuntikkan.

"Jadi kita masih ada stok di semua provinsi sebesar 55 juta," kata Budi.

Vaksinasi Covid-19, menurut Menkes mengemban misi sosial dalam upaya kita bersama untuk mengurangi laju penularan sekaligus melindungi seluruh masyarakat Indonesia. “vaksinasi bukan untuk melindungi diri sendiri. Dengan vaksin, kita bisa lindungi keluarga, tetangga, dan seluruh masyarakat Indonesia” kata Menkes.

Kemenkes, sambungnya, terus berupaya meningkatkan percepatan vaksinasi. Selain membuka vaksinasi massal dengan bekerja sama dengan berbagai elemen masyarakat, Kemenkes juga telah mengeluarkan Surat Edaran yang menginstruksikan seluruh pos pelayanan vaksinasi, Unit Pelaksana Teknis di bawah Kemenkes, seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), RS Vertikal, Poltekkes, di seluruh Indonesia untuk melakukan vaksinasi kepada semua target sasaran tanpa memandang domisili atau tempat tinggal pada KTP.

“Salah satu strategi pemerintah adalah mengupayakan ketersediaan vaksin dan mempercepat program vaksinasi sehingga semakin banyak masyarakat terlindungi,” katanya.

Khusus di luar Jawa-Bali, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto menyebut baru empat provinsi yang capaian vaksinasi dosis keduanya di atas rata-rata vaksinasi nasional. Empat provinsi itu yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, dan Jambi.

"Sedangkan 23 provinsi lain capaiannya di bawah nasional atau rata rata di bawah 32,67 persen," kata Airlangga dalam konferensi pers secara daring, Senin (25/10).

Sedangkan, untuk capaian vaksinasi dosis pertama juga masih rendah, yakni baru lima provinsi yang di atas rata-rata vaksinasi nasional. Lima provinsi tersebut Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.

Airlangga mengungkap, 22 provinsi lainnya masih di bawah nasional. "Dan ini arahannya untuk terus diakselerasi dan Bapak Presiden memberi catatan khusus untuk Papua, Aceh, Sumatra Barat dan Sulawesi Barat untuk terus ditingkatkan karena mereka adalah salah satu yang terendah di level 24 sampai 33 persen," ujar Airlangga.







Baca Juga

Capaian vaksinasi nasional berdasarkan data laporan vaksinasi harian Kementerian Kesehatan pada Sabtu (23/10) hingga pukul 12.00 WIB, tercatat capaian vaksinasi dosis pertama secara nasional sebanyak 112.271.928 dosis atau setara dengan 53,91 persen dari target sasaran. Sedangkan, capaian vaksinasi dosis kedua secara nasional sebanyak 67.165.732 dosis atau setara dengan 32,25 persen.

Belum meratanya capaian vaksinasi berarti Indonesia masih harus waspada. Pakar ilmu kesehatan dari Universitas Indonesia (UI), Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan ancaman gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia dipengaruhi vaksinasi yang belum memadai.

"Masih sekitar 65 persen penduduk kita belum mendapat perlindungan memadai vaksin atau belum dapat vaksin dua kali. Bahkan, masih lebih 3/4 lansia belum dapat vaksin memadai," kata Tjandra Yoga Aditama yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

Guru Besar Ilmu Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu juga menyoroti aktivitas masyarakat yang cenderung meningkat dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang kembali menurun. "Sekarang aktivitas masyarakat terus meningkat. Sementara tidak semua menjaga jarak dan memakai masker dengan benar," ujarnya.

Pria yang juga Direktur Pasca-Sarjana Universitas Yarsi itu mengingatkan masyarakat bahwa agenda hari besar yang diikuti peningkatan mobilisasi berisiko besar memicu gelombang lanjutan Covid-19. "Pengalaman selama ini, kalau ada peningkatan mobilisasi karena libur panjang, kasus akan naik," katanya.

Tjandra mengatakan sejumlah hal tersebut menjadi pertimbangan para pakar yang saat ini memperkirakan gelombang ketiga di Indonesia mungkin saja terjadi pada awal 2022. Tentang berapa besar peningkatan kasus akhir tahun, Tjandra mengatakan bergantung pada sejumlah hal, di antaranya seberapa patuh masyarakat pada ketentuan menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan (3M).

Hal lainnya adalah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah sesuai derajat yang ada. "Kita juga perlu melihat sebaik apa kita memantau data perkembangan kasus dari waktu ke waktu, dan kalau ada kenaikan, seberapa ketat pembatasan sosial diberlakukan," katanya.

Tjandra mendorong masyarakat untuk berpartisipasi secara cepat dalam vaksinasi Covid-19. "India yang penduduknya empat kali dari kita sudah menyuntik 8 juta orang sehari, target kita 2 juta sehari rasanya cukup tepat dan semua dapat dicapai. India juga sudah memvaksin 1 miliar penduduknya," katanya.

Hal penting lainnya adalah efektivitas tes dan telusur di masyarakat. "India kasusnya juga sudah landai, peringkat di Nikkei lebih baik dari kita, dan India sekarang ini melakukan tes 1,5 juta sehari, jadi kalau kita seperempatnya, baiknya sekitar 400 ribu, dan telusur dilakukan pada 15 kontak dari kasus yang ada," katanya.

Tjandra mengingatkan otoritas terkait untuk mengendalikan pintu masuk negara dalam antisipasi kemungkinan peningkatan kasus dari mereka yang datang dari luar negeri. "Ada tidaknya varian baru yang muncul dan kalau ada apakah akan lebih menular atau tidak. Untuk itu, jumlah pemeriksaan Whole Genome Sequencing kita harus ditingkatkan," ujarnya.

Tjandra menambahkan Presiden RI Joko Widodo mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai varian baru yang muncul di negara lain. "Pada sambutan pembukaan Kongres PERSI pagi ini, Presiden juga menyampaikan bahwa kita perlu waspada dengan varian baru yang ada di negara-negara lain," katanya.

Sudah divaksinasi, orang masih bisa kena Covid-19. - (Republika)









 
Berita Terpopuler