Keteladaan Nabi SAW Melintasi Waktu dan Batas Zaman

Keteladanan Nabi SAW melintasi waktu dan menembus batas zaman.

wikipedia
Rasulullah
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Sesditjen Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Fuad Nasar, menyampaikan pesan maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 19 Oktober 2021.

Baca Juga

Ia mengatakan, Nabi Muhammad SAW yang hidup di abad ke-7 Masehi ditulis dalam rangking pertama oleh seorang ilmuwan Barat Michael H Hart dalam bukunya yang terkenal "Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah."

"Jika ada seorang pemimpin besar yang riwayat hidupnya diketahui dan ditulis secara lengkap sejak dari zaman sebelum lahirnya sampai ia wafat oleh para ilmuwan hingga melahirkan banyak buku sejarah dari masa ke masa di seluruh dunia dalam berbagai bahasa, itulah Nabi Muhammad SAW," kata Fuad melalui pesan tertulis kepada Republika, Selasa (19/10).

Ia mengatakan, riwayat hidup dan perjuangan Nabi Muhammad SAW tidak hanya ditulis oleh ilmuwan Muslim, karena keimanan dan kecintaannya kepada Nabi. Tapi buku tentang Nabi Muhammad SAW juga banyak ditulis oleh ilmuwan di luar Islam yang mengaguminya.

"Semakin jauh jarak waktu antara kehidupan kita sekarang dengan zaman Nabi Muhammad, semakin terasa keagungan risalah dan kesempurnaan ajaran Islam yang disampaikan Nabi kepada seluruh umat manusia," ujarnya.

 

 

Fuad mengatakan, keteladanan utama Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah adalah keteladanan yang melintasi waktu dan menembus batas zaman. Pemimpin dan siapa pun yang ingin sukses dan bahagia dalam segala situasi, teladanilah kepemimpinan dan sikap hidup Nabi Muhammad atau Rasulullah SAW.

Nabi Muhammad SAW adalah contoh paling inspiratif seorang pemimpin yang egaliter dalam kehidupan nyata. Pola hubungan antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang sekelilingnya yang hidup sezaman dan beriman mengikuti risalahnya, dibangun dengan pola hubungan sebagai sahabat Nabi, bukan hubungan guru dan murid atau pemimpin dan pengikut.

"Semua segi kehidupan Nabi Muhammad dalam fungsinya sebagai Nabi dan Rasul menjadi teladan bagi umat manusia yang tak lapuk dimakan zaman," jelasnya.

Fuad menyampaikan, Nabi Muhammad SAW pernah menggambarkan kebaikan dan keberuntungan orang-orang yang bertemu dengan beliau dan beriman kepada ajaran Islam yang disampaikannya. Namun diungkapkan pula bahwa kebaikan dan keberuntungan bagi orang-orang yang tidak bertemu secara fisik dengan Nabi, tetapi beriman dan taat kepada ajaran Islam yang disampaikan Nabi.

Ia meneranghkan, Islam berarti patuh, menyerah dan damai. Patuh dan menyerah kepada Allah. Damai kepada sesama manusia.

Ia menegaskan, peringatan Maulid Nabi adalah momentum untuk mengingatkan kembali umat Islam pada perjuangan besar Nabi Muhammad SAW. Hikmah peringatan Maulid Nabi menyegarkan kembali pemahaman terhadap visi pembinaan umat yang bertolak dari masjid dan persaudaraan, sebagaimana Nabi Muhammad SAW mencontohkanya.

 

 

 

 

"Kualitas unggul umat Islam yang dikehendaki Nabi Muhammad bukan sekadar umat yang dihitung dalam statistik, tetapi umat yang diperhitungkan dalam kehidupan bangsa dan dunia," jelasnya.

Fuad mengatakan, dalam kehidupan sosial, pesan yang sangat kuat dari Nabi Muhammad SAW tentang kualitas hubungan seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya adalah bagai satu bangunan, satu bagian dengan bagian lainnya, saling menopang dan memperkuat. Islam mengajarkan sikap menghargai orang lain. Sikap menghargai orang lain berarti menghormati usianya, menghormati ilmunya, menghormati kepribadiannya, menghormati keyakinannya dan menghormati kemanusiaannya, namun tidak sampai pada pengkultusan sesama manusia.

Ia menyampaikan, Nabi Muhammad SAW mengajarkan, setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya dan sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada manusia lainnya. Islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW mendidik umat manusia dengan ajaran akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama makhluk Allah, akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap diri sendiri.

Ia mengatakan, sejauh ini peringatan hari-hari besar Islam jarang dikaitkan dengan agenda yang dapat dikenang sepanjang masa. "Biasanya, kita sudah senang bila peringatan Hari Besar Islam sukses karena dihadiri ribuan jamaah dan menghadirkan penceramah terkenal," ujarnya.

Fuad mengatakan, jarang terpikirkan memperingati Hari Besar Islam yang ditandai dengan sesuatu yang monumental seperti pencanangan dimulainya pembangunan masjid, sekolah, panti sosial yatim piatu, pembukaan klinik sehat dhuafa, asrama anak terlantar dan dhuafa, peresmian masjid, pembukaan unit pelayanan zakat dan bangunan sosial keagamaan dan lainnya, untuk mengabadikan momentum peringatan Hari Besar Islam. Sangat baik sekiranya umat Islam mengenang terwujudnya sarana dan prasarana sosial dalam nuansa keterkaitan memperingati hari-hari besar Islam, seperti Maulid, Nuzulul Quran, Isra’ dan Mi’raj dan Tahun Baru 1 Muharam.

 

"Sejalan dengan tema nasional peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul Awal 1443 Hijriyah, mari terus kita tebarkan empati dan perkuat silaturahmi," kata Fuad.

 
Berita Terpopuler