EFishery: Tulungagung Melek Teknologi Budidaya Perikanan

EFishery menyebut ada 18 ribu nelayan budidaya ikan Tulungagung yang telah bergabung

Istimewa
Perusahaan Aquaculture Intelligence bidang akuakultur, eFishery mengungkapkan salah satu daerah di Indonesia yang melek teknologi dalam praktik budidaya perikanan yakni Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Rep: Novita Intan Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Aquaculture Intelligence bidang akuakultur, eFishery mengungkapkan salah satu daerah di Indonesia yang melek teknologi dalam praktik budidaya perikanan yakni Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Tercatat ada 12.220 orang pembudidaya ikan yang menggantungkan mata pencahariannya dari ikan konsumsi di 12 kecamatan seperti Ngunut, Rejotangan, Sumbergempol, Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, dan Kauman. 

Sedangkan budidaya ikan di air deras bisa ditemui di Kecamatan Pagerwojo dan Sendang. Kabupaten ini termasyhur sebagai daerah penghasil ikan konsumsi seperti patin, lele, gurame, tombro, nila hitam, dan tawes.

Co-founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan eFishery berupaya menjadi solusi untuk mengatasi masalah fundamental dalam industri akuakultur dengan menyediakan teknologi yang terjangkau, salah satunya melalui aplikasi eFisheryKu yang baru saja diperkenalkan pada  Agustus lalu. 

Aplikasi ini merupakan aplikasi koperasi digital sebagai pendukung bisnis budidaya ikan di Indonesia. Dengan menggunakan data dan teknologi, eFishery berkomitmen membantu para pembudidaya ikan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas budidayanya, lebih mudah untuk mendapatkan permodalan, serta mendapatkan akses untuk memperluas pasar. 

“Kami percaya dengan penerapan teknologi akan membawa dampak positif, begitupun industri akuakultur yang menjadi fokus kami. Ketersediaan nutrisi yang terjangkau dan proses produksi pangan yang berkelanjutan bisa menjadi solusi terhadap masalah ini. Dan perikanan punya potensi sangat besar untuk mengambil peranan penting dalam mewujudkan hal tersebut,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (18/10).

 

Tantangan Budidaya

Meskipun tinggal di daerah berstatus Sentra Perikanan Budidaya, namun para pembudidaya ikan dari Tulungagung tidak lepas dari masalah klasik tingginya biaya produksi akibat harga pakan yang mahal.

Padahal pakan merupakan komponen utama dalam struktur budidaya perikanan. Ditambah dengan cukup seringnya ikan hasil panen tidak bisa dijual akibat fluktuasi harga yang cenderung merugikan pembudidaya. 

Hal tersebut dijelaskan oleh Muktasim, salah seorang pembudidaya ikan patin dari Tulungagung. Di dalam kondisi sulit seperti itu, dia menuturkan, para pembudidaya tidak memiliki pilihan lain kecuali menjual ikan dengan harga yang ditentukan sepihak oleh pembeli. 

Kondisi seperti itu tidak asing karena Muktasim sudah mengalaminya sejak 1996 lalu, saat dirinya pertama kali menekuni profesi sebagai pembudidaya ikan. Hal tersebut berubah sejak 2019, ketika seorang temannya memperkenalkan metode budidaya ikan berbasis teknologi yang diusung eFishery. 

“Bergabung dengan eFishery ada banyak manfaat yang saya rasakan. Terutama mereka memberikan solusi masalah pakan berupa efisiensi pakan menggunakan mesin pelontar otomatis dan pinjaman pakan, serta membantu membuka jaringan pemasaran,” ucapnya.

Muktasim menjadi satu dari 18 ribu pembudidaya ikan yang telah tergabung dalam ekosistem eFishery. Dia telah diperkenalkan dengan beragam teknologi akuakultur yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya seperti eFisheryFeeder Ikan, mesin pemberi pakan ikan otomatis yang dapat dikontrol melalui ponsel mereka. 

Tak hanya pembudidaya ikan, pemanfaatan teknologi yang tepat juga terbukti mampu meningkatkan penjualan agen pakan ikan yang dikelola Basori. Pria asal Malang tersebut bahkan mampu melebarkan sayap bisnisnya ke Kediri dan Blitar dalam empat tahun terakhir.

 

Dia mencatat dalam sebulan perusahaannya bisa memasok 70 hingga 150 ton pakan per bulan ke tiga kota tersebut. Pasok pangan ini meningkat signifikan jika dibandingkan dengan catatan empat tahun lalu yang hanya berkisar 25 hingga 35 ton per bulan. Soal angka, Basori juga mengungkapkan kalau angka pertumbuhan dalam bisnisnya hingga 70 persen dan kontribusi eFishery mencapai 35 persen. Angka tersebut menurut Basori bisa dicapai, karena eFishery bisa membuka akses pasar yang selama ini belum dijangkau. 

 
Berita Terpopuler