Meninggalkan Amal Akibat Takut Terkena Riya, Bolehkah?

Riya bisa berakibat terhadap batalnya pahala amalan

Republika/Tahta Aidilla
Riya bisa berakibat terhadap batalnya pahala amalan. Ilustrasi amalan
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, – Riya merupakan perbuatan yang harus diperangi oleh uma Islam. Karena itu, sebagian umat Islam ada yang sampai meninggalkan amalannya karena takut riya. Namun, bolehkan meninggalkan amalan karena takut riya?

Baca Juga

Dalam menjawab pertanyaan seperti itu, Komite Fatwa Akademi Riset Islam menjelaskan bahwa berdasarkan apa yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah Nabi, diperbolehkan bagi seseorang untuk melakukan kebaikan, baik secara sembunyi-sembunyi maupun di depan umum. Allah SWT berfirman: 

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ

“Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu.” (QS Al Baqarah ayat 271)

Di laman facebooknya, Akademi Riset Islam juga mengingatkan, “Jangan jadikan setan sebagai jalan untuk melawanmu dengan menghalangimu dari berbuat baik karena takut riya, tetapi berusahalah dan berbuat baik bahkan jika itu di depan orang, agar kamu mengalahkan setan yang memohon padamu dan membuatmu terjerumus ke dalam ilusi bahwa kamu jauh darinya. Sebaliknya, meninggalkan amal saleh karena takut jatuh ke dalam riya adalah kesalahan yang sama, melainkan wajib bekerja dan ikhlas.”

Akademi Riset Islam kemudian mengutip perkataan Fudhail, “Meninggalkan pekerjaan demi orang adalah riya,” dan Abu Sulaiman Al-Darani berkata, “Jika seorang hamba tulus, dia terputus dari banyak bisikan dan riya.”

Sementara itu, mantan Mufti Agung Mesir dan anggota Majelis Ulama Senior di Al-Azhar, Syekh Ali Jumah menjelaskan bahwa riya adalah salah satu perbuatan tercela yang harus dijauhi. 

Menurut dia, riya (ﺍﻟﺮﻳﺎﺀ) berasal dari kata ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ /ru'yah, yang artinya menampakkan atau memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia. 

Syekh Ali Jumah menambahkan, orang riya bukan melakukan pekerjaan untuk Allah dan dia tidak tulus berniat kepada Allah SWT, melainkan berpaling kepada orang-orang. 

Sedangkan motif orang riya adalah ketenaran, kemuliaan, kebesaran, dan kesombongan. Menurut Syekh Ali Jumah, riya sangat dilarang Allah SWT. Dalam surat Al Maun, Allah SWT berfirman:   

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَ

Artinya: “Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya.” Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda:

إن أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر 

“Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan terhadap kalian adalah syirik kecil.”

قالوا وما الشرك الأصغر يا رسول الله ؟ 

Mereka bertanya, Apa itu syirik kecil itu wahai Rasuulullah?’

قال : الرياء

Beliau menjawab, ‘Riya.’

. يقول الله تعالى يوم القيامة ، إذا جازى الناس بأعمالهم : اذهبوا إلى الذين كنتم تراءوا فى الدنيا فانظروا هل تجدون عندهم جزاء

 

Allah berfirman pada Hari Kiamat ketika Dia membalas manusia dengan amal perbuatan mereka, Pergilah kalian kepada orang-orang di mana kalian melakukan riya untuk mereka di dunia, apakah kalian menemukan balasan dari mereka?”  

 
Berita Terpopuler