Harga Bitcoin Melonjak Indikator Kepercayaan Aset Kripto

Indodax menilai melonjaknya harga Bitcoin karena permintaan

https://m.facebook.com/indodax
CEO Indodax Oscar Darmawan
Rep: Novita Intan Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Startup exchange aset kritpo, Indodax menilai harga Bitcoin yang fluktuatif menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat. Hal ini mengingat semakin masifnya produk investasi tersebut. 

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan kenaikan harga tersebut juga menunjukkan penurunan harga Bitcoin yang sempat terjadi beberapa waktu lalu akibat kasus Evergrande dan pelarangan negara China tidak berdampak serius terhadap Bitcoin.

"Bitcoin kembali mengalami kenaikan. Hanya butuh waktu satu pekan bagi Bitcoin untuk menunjukkan tajinya dari harga Rp 690 juta ke Rp 824 juta. Kenaikan harga Bitcoin terjadi tentu karena tingginya permintaan. Tingginya permintaan terjadi karena kepercayaan serta orang orang yang sudah memahami fundamental Bitcoin, sehingga masyarakat melek berinvestasi aset kripto," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (12/10).

Berdasarkan data yang dihimpun Indodax.com, harga Bitcoin sebesar Rp 824 juta per Selasa (12/10). Adanya harga tersebut, kapitalisasi pasar aset kripto tersebut melebihi satu triliun dolar AS. Menurut Oscar, sejumlah faktor memengaruhi naik turunnya harga suatu aset kripto. Pertama, hukum pasar tentang penawaran dan permintaan. 

“Apabila penawaran sedikit namun permintaannya banyak maka harga otomatis akan naik, begitu pula sebaliknya. Di dalam kasus ini, Bitcoin memiliki stok yang terbatas namun permintaan akan Bitcoin semakin banyak dari seluruh dunia maka wajar saja harganya setiap tahun semakin tinggi," kata Oscar.

 

Tak hanya itu, Oscar menilai faktor psikologis para investor pun teruji. Hal ini semakin banyak orang yang mempercayai kripto sebagai sebuah aset yang layak dimiliki, membuat masyarakat semakin banyak yang berminat untuk membeli jadi harganya makin menguat.

"Tidak lupa juga, sentimen berita internasional yang menyoroti soal kripto maupun ekonomi makro dan mikro juga turut memengaruhi harga aset kripto," ucapnya.

Usai market merah yang terjadi karena kasus Evergrande dan pelarangan kripto oleh China, sentimen berita positif mengenai kripto semakin banyak bermunculan seperti kabar dari Twitter yang segera dapat mengirimkan bitcoin antara satu pengguna dengan yang lainnya secara instan dan hampir tanpa biaya.

Kemudian, pernyataan Ketua Securities and Exchange Commission Amerika Serikat Gary Gensler yang menegaskan kembali dukungannya untuk bursa Bitcoin yang akan diinvestasikan dalam kontrak berjangka. Senada dengan pernyataan Gary Gensler, Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell, dalam sambutannya di depan Kongres mengatakan pihaknya tidak berniat melarang semua aset kripto.

"Dukungan terhadap Bitcoin dan kripto juga datang dari regulator keuangan negara Swiss yang menyetujui investasi kripto karena dinilai akan memicu inovasi teknologi, serta berita perusahaan manajemen aset besutan George Soros, yakni Soros Fund Management yang mengkonfirmasi bahwa perusahaan sudah memiliki Bitcoin," kata Oscar.

Oscar juga menduga salah satu penyebab utama harga Bitcoin yang naik pada Oktober disebabkan oleh pemutakhiran atau update blockchain Bitcoin bernama Taproot untuk menambah fungsi smart contract pada bitcoin. Saat ini smart contract hanya bisa dijalankan jaringan Ethereum. Maka itu, adanya upgrade Taproot yang diperkirakan pada Oktober atau November akan menambah efisiensi Bitcoin.

 

"Adanya upgrade Taproot ini, privasi dan efisiensi transaksi akan lebih baik lagi. Peningkatan efisiensi ini tentu menjadi salah satu faktor kuat pendorong investor besar berinvestasi Bitcoin, sehingga Bitcoin mengalami kenaikan. Bitcoin adalah blockchain publik, dan siapapun dapat memantau transaksi yang terjadi jaringan," ucapnya.

 
Berita Terpopuler