Jejak Islam di Eropa yang Terlupakan

Jejak sejarah Islam di benua Eropa sebagian besar dilupakan.

tourscanner.com
Masjd (Mesquita de Cordoba), di PSanyol.
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa abad terakhir, jejak sejarah Islam di benua Eropa sebagian besar dilupakan. Namun, buku perjalanan terbaru dari Tharik Hussein berjudul 'Minarets In The Mountains: A Journey Into Muslim Europe' menelusuri bagaimana arsitektur Islam, dan menaranya merupakan bukti eksistensi peradaban Islam di masa lalu.

Baca Juga

Dilansir dari laman Alaraby pada Kamis (7/10), meskipun tinggal di Eropa selama ratusan tahun sebagai peradaban dominan di Semenanjung Iberia, Muslim saat ini hanya dilihat sebagai imigran.

Persepsi ambigu berakar pada berbagai kecemasan historis, filosofis, politik, dan budaya tentang kehadiran Muslim pascaperang. Hipervisibilitas negatif ini dapat dikontekstualisasikan dalam perdebatan sengit saat ini tentang imigrasi, terorisme, sekularisme, dan ancaman yang dirasakan terhadap identitas Eropa Kristen membenarkan mereka yang percaya pada ketidakterbandingan budaya.

Terhadap semua masalah ini, penulis perjalanan Tharik Hussain telah memberikan kontribusi berharga untuk meningkatkan literasi agama dan budaya. Hal ini dilakukan melalui perjalanannya melalui Balkan Barat untuk belajar tentang sejarah Muslimnya.

Untuk melakukan ini, ia bergantung pada rute yang disediakan oleh penjelajah Utsmaniyah yang terkenal Evliya Celebi (1611–1682). Dia dikenal dengan sepuluh jilid buku perjalanannya Seyahatname.

Latar belakang perjalanan Hussain sendiri dimulai dengan liburan keluarga. Ini membawanya untuk melakukan beberapa perjalanan darat melalui Bosnia, Serbia, Kosovo, Makedonia Utara, Albania dan Montenegro modern.

 

 

Tidak seperti panduan perjalanan standar, buku ini disebut tidak mengklaim objektivitas dan kaya akan pengamatan, anekdot, dan pertemuan pribadi. Penulis ingin melihat bagaimana imannya memiliki kehadiran historis yang lebih lama di Eropa, daripada pengalaman spesifiknya sendiri sebagai Muslim Inggris di Asia Selatan.

Tumbuh di London tahun 1980-an, Hussain tumbuh dengan diberi tahu bahwa dia tidak diinginkan di tempat yang dia sebut 'rumah.' Dia menyatakan, bahwa dia merasakan rasa identifikasi yang kuat dengan Muslim Eropa, karena Muslim pribumi Eropa selalu dibuat merasa seperti 'orang lain' oleh orang Barat dan secara historis Kristen di benua itu. Turnya ke wilayah Muslim ini merupakan penjelajahan dan pendidikan.

Hussain mencatat bahwa warisan Muslim kuno di seluruh Balkan ini juga merupakan warisan dirinya. Ini adalah warisan setiap Muslim dan non-Muslim Eropa dan ada banyak yang bisa dipelajari darinya. Melintasi wilayah, penulis menunjukkan, menemukan masjid di pegunungan, mengagumi pemandangan spektakuler, mengunjungi pondok-pondok sufi , mandi di hammam Ottoman, mencicipi masakan lokal dan kagum dengan kemurahan hati orang asing.

Balkan memiliki budaya Muslim Eropa asli yang sudah lama berdiri dan berbeda. Selain itu juga memiliki tradisi artistik, makanan, sastra, dan pencapaian budayanya sendiri yang bertahan dan berkembang saat ini, karena generasi muda yang bersemangat menemukan kembali akar Islamnya.

Perjalanan penulis disebut merupakan perayaan yang membuka mata tentang sejarah Muslim Eropa di Balkan. Akan tetapi juga mengungkapkan upaya yang disengaja untuk mende-islamisasi pencapaian peradaban Muslim. Ini dapat dilihat dengan jelas dalam upaya untuk menyangkal asal-usul Muslim dari arsitektur yang menakjubkan seperti Jembatan Mostar Ottoman abad ke-16.

 
Berita Terpopuler