Gangguan Irama Jantung Bisa Picu Strok, Kenali Gejalanya
Jantung bisa berdetak terlalu lambat, terlalu cepat, atau bahkan tak beraturan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan irama jantung alias fibrilasi atrium (artimia) bisa memicu strok. Seperti apa gejalanya?
Menurut dr. Sony Hilal Wicaksono, Sp.JP(K), fibrilasi atrium terjadi saat ruang jantung di bagian atas dan di bagian bawah tidak berkoordinasi dengan baik. Alhasil, jantung berdetak terlalu lambat, terlalu cepat, atau bahkan tidak beraturan.
"Irama jantung bisa tidak teratur dan juga bisa teratur," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) melalui siaran pers, Kamis (30/9).
Dr. Sony menjelaskan, irama jantung dikatakan normal jika denyutnya teratur dengan laju 40-110 kali per menit. Penderita gangguan irama jantung biasanya mengalami sejumlah gejala, seperti muncul rasa berdebar, sesak, lemas, pusing, bahkan bisa saja pingsan.
Pemeriksaan nadi mandiri menggunakan jari menjadi rekomendasi dokter untuk memantau terjadinya atrial fibrillation. Namun, tidak semua orang terlatih melakukannya, sehingga mereka disarankan datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan EKG 12 lead.
Dr. Sony mengatakan, kemampuan bantuan hidup dasar sangat dibutuhkan apabila ada orang-orang di sekitar Anda yang mengalami gejala ini. Beberapa langkah bantuan ini bisa disingkat dengan "DRSABCD".
Itu merupakan akronim dari "Danger" atau cek terlebih dahulu bahaya di sekitar. "Response" atau cek respons orang yang pingsan.
"Send for help", salah satunya dengan menghubungi ambulans. "Airway", yakni membebaskan jalan napas.
"Breathing" atau cek pernapasan. Lakukan "CPR" apabila tidak ada pergerakan napas.
"Lalu "Defibrillation" dipasang sesegera mungkin jika tersedia sembari menunggu ambulans datang," jelas dr. Sony.