Norwegia: Perekonomian Afghanistan di Ambang Kehancuran

Aset Afghanistan senilai miliaran dolar AS belum dapat dicairkan sehingga picu krisis

EPA-EFE/STRINGER
Seorang pedagang penukaran mata uang menghitung Afgani ketika orang-orang berkumpul untuk menarik uang dari sebuah bank di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland mengatakan tinggal hitung mundur perekonomian Afghanistan akan ambruk. Hal ini ia sampaikan saat berkunjung ke negara Timur Tengah itu.

Dalam pernyataannya, sekretaris jenderal mengatakan saat ini sistem bank resmi dapat hancur dalam hitungan hari. Sebab bank-bank di Afghanistan kekurangan uang tunai.

"Jika perekonomian hancur, maka layanan paling dasar sekali pun tidak lagi berfungsi dan kebutuhan kemanusiaan akan melonjak lebih tinggi lagi. Mengatasi krisis likuiditas sangat penting sebab organisasi bantuan ingin meningkatkan skala bantuan untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan," katanya seperti dikutip Khaama Press, Selasa (28/9).

Egeland meminta masyarakat internasional memberikan bantuan kemanusiaan yang paling dibutuhkan rakyat Afghanistan. Terutama karena musim dingin akan segera tiba dan membuat banyak orang hidup yang terpaksa mengungsi dan tinggal di jalan lebih sulit lagi.  

Menurutnya negara-negara anggota PBB harus segera menengahi kesepakatan multilateral untuk menstabilkan perekonomian Afghanistan, mendanai layanan masyarakat, dan mengatasi krisis likuiditas.

Masyarakat internasional belum mengakui pemerintahan Taliban. Aset Afghanistan senilai miliaran dolar AS di luar ekonomi juga belum dapat dicairkan sehingga negara itu mengalami krisis ekonomi dan kemanusiaan.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler